Volume 11 Nomor 2 September 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM ORGANIK DAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH ATONIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI ARABIKA (COFFEA ARABICA L.

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

Volume 11 Nomor 2 September 2014

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Volume 13 Nomor 1 Maret 2016

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

Volume 10 Nomor 2 September 2013

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TATA CARA PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

Volume 13 Nomor 2 September 2016

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. MATERI DAN METODE

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

3. METODE DAN PELAKSANAAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di ladang yang berada di RT 09 Dusun Gasek,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

Cara Menanam Cabe di Polybag

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

III.TATA CARA PENELITIAN

Kajian Aplikasi Dosis Pupuk ZA dan Kalium Anak Agung Gede Putra 10

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

PEMBERIAN MOLASES DAN MULSA ORGANIK PADA MEDIA TANAM PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA (GMELINA ARBOREA ROXB)

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Transkripsi:

Volume 11 Nomor 2 September 2014 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 11 2 Hal. 103-200 Tabanan September 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH ATONIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (THEOBROMA CACAO L.) WAYAN LANA PUTU WISARDJA Fakultas Pertanian Universitas Tabanan ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui pengaruh jenis media tanam dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik serta interaksinya terhadap pertumbuhan bibit kakao, dilaksanakan di Desa Riang Gede Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan dengan ketinggian tempat sekitar ± 400 m dari permukaan laut (dpl). Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dihitung dari mulai penanaman benih sampai panen yaitu pada bulan Mei sampai dengan Juli 2014. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan pola faktorial. yang diberikan adalah jenis media tanam dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik, setiap perlakuan diulang tiga kali. Interaksi antara jenis media tanam dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik berpengaruh nyata (p < 0,05) terhadap parameter berat basah bibit di bawah tanah dan total berat kering oven bibit. kombinasi media tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) dan konsentrasi 1,5 cc Atonik dalam 2 l air (M 1K 3) meningkatkan berat basah bibit di bawah tanah sebesar 54,80 % (3,87 g) dibandingkan dengan perlakuan kombinasi media tanah + pasir + pupuk organik Green Valley (2:1:1) dan konsentrasi 0,5 cc Atonik dalam 2 l air (M 2K 1) (2,50 g). Selanjutnya perlakuan kombinasi media tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) dan konsentrasi 0 cc Atonik dalam 2 l air (M 1K 0) meningkatkan total berat kering oven bibit dengan nyata sebesar 51,81 % (2,93 g) dibandingkan dengan perlakuan kombinasi media tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) dan konsentrasi 0,5 cc Atonik dalam 2 l air (M 1K 1) (1,93 g). tunggal jenis media tanam meningkatkan total berat kering oven bibit. media tanam tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) (M 1) meningkatkan total berat kering oven bibit sebesar 15,98 % (2,54 g) dibandingkan dengan media tanam tanah + pasir + pupuk organik Shisako (2:1:1) (M 1) (2,19 g). tunggal konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik tidak mampu meningkatkan total berat kering oven bibit dan seluruh parameter yang diamati. Rata-rata total berat kering oven bibit pada keempat tingkat konsentrasi adalah sebesar 2,33 g. Kata kunci : Jenis media tanam, konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik, kakao (Theobroma cacao L.). PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu hasil pertanian Indonesia yang cukup potensial dalam menyumbang devisa negara. Di tingkat dunia, kakao Indonesia menempati posisi ketiga setelah Pantai Gading dan Gana (Wahyudi 2008). Hal ini didukung dengan areal tanaman kakao di Indonesia yang masih banyak tersedia, tenaga kerja dan tenaga ahli kakao. Tidak berlebihan rasanya bila potensi masih dapat ditingkatkan. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga mengisi pasokan kakao dunia yang diperkirakan mencapai 20 % bersama negara Asia lainya seperti Malaysia, Filipina dan Papua New Guinea (Suparta, 2008). Lebih lanjut dikatakan bahwa, sekitar 70 % dari pasokan kakao Indonesia tersebut diisi oleh Sulawesi (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah), sedangkan sisanya diisi oleh daerah lain. Pada tahun 1998 produksi kakao nasional mencapai 456.499 t biji kering dari luas areal 577.855 ha dengan perkiraan devisa sebesar 503 juta US dolar atau 12,17 % dari luas total ekspor hasil perkebunan (Anon., 2000 a). Khusus untuk provinsi Bali sejak tahun 1984 telah dirintis pengembangan kakao yang ditanam secara tumpang sari pada areal perkebunan kelapa. Luas tanaman kakao di Bali sampai tahun 2002 mencapai 7.700 ha dengan total produksi sebanyak 5.727.802 t biji kering dengan nilai ekspor sebesar US $ 1.661.074 (Anon., 2003 a). 160 Majalah Ilmiah Untab, Vo. 11 No. 2 Septermber 2014

Produksi kakao di kabupaten Tabanan terus mengalami peningkatan dimana pada akhir tahun 2005 luas areal tanaman kakao 4.784,200 ha, dengan produksi 4.252,090 t., jika dibandingkan dengan pada tahun 2004 yaang mencapai areal 3.149,732 ha, dengan produksi 2.273,860 t (Anon., 2006). Lebih lanjut dinyatakan adanya peningkatan luas areal maupun peningkatan produksi tersebut, karena tingginya animo petani dalam mengembangkan tanaman kakao dan secara ekonomis tanaman ini sangat menguntungkan, mempunyai harga yang cukup tinggi dan relatif stabil jika dibandingkan dengan komoditas lainya. Pembibitan merupakan langkah awal yang menentukan dalam proses kehidupan tanaman selanjutnya, oleh karena itu pembibitan harus memperoleh perlakuan-perlakuan sebaik mungkin agar kelak diperoleh bibit yang berkualitas yang siap tanam. Para petani kakao di lapangan melakukan perlakuan terhadap biji kakao yang telah diseleksi untuk benih yaitu dengan perendaman benih selama beberapa waktu untuk mempercepat munculnya tunas. Menurut pengalaman petani di daerah Jembrana, bahwa biji kakao untuk benih sebelum disemai, dilakukan perlakuan perendaman dengan air selama 24 jam, hal ini dimaksudkan agar mempermudah dan mempercepat tumbuhnya tunas. Petani di lapangan tidak pernah menggunakan Zat Pengatur Tumbuh Atonik untuk memacu pertumbuhan benih karena menambah biaya produksi usahanya (Anon., 2004). Pembibitan kakao harus dilakukan dalam Berbeda dengan tanaman perkebunan lainya seperti kopi, bisa saja langsung dibibitkan di tanah tanpa menggunakan Hal ini disebabkab karena perakaran tanaman kopi sangat banyak, sedangkan pada tanaman kakao relatif sedikit dan sangat peka pada waktu transplanting. Ukuran polybag yang digunakan adalah 25 x 30 cm dengan ketebalan 0,05 mm, yang diisi campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Media pembibitan yang baik terdiri atas tanah lapis olah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 (Anon., 2009). Selanjutnya menurut Prawoto (2008 b) dalam pembuatan media pesemaian tanaman kakao dapat berupa campuran tanah subur, pupuk kandang, dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Sebelum digunakan campuran media tersebut diayak terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam polybag berukuran 20 x 30 cm sampai sekitar 1-2 cm di bawah tepi Omon (1997 dalam Priadjati et al., 2004) menyatakan bahwa Atonik dengan konsentrasi 20 ppm akan meningkatkan pertumbuhan akar sebesar 60 % sampai 93 % pada stek bibit Diospyros borneensis L. Atonik dapat dipergunakan untuk mencegah kerontokan buah dan meningkatkan hasil mangga (Magifera indica L.) sebesar 49 % ( Anon., 2004 c ). Hasil penelitian Sutarja (2004) menyatakan bahwa hasil bibit kakao yang terbaik adalah dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh Atonik dengan konsentrasi 1 cc dalam 2 l air dengan lama perendaman benih 8 jam. Hasil penelitian yang dilakukan Putrantijo (2004) adalah memberikan perlakuan benih dengan perendaman pada Atonik sebesar 1 cc dalam 2 l air, memberikan hasil terbaik yaitu benih dapat tumbuh 7 hst, atau meningkat sebesar 58,33 % dibandingkan masa tumbuh benih tanpa perlakuan yaitu selama 12 hst. Sampai saat ini masih sedikit penelitian tentang pengaruh Jenis Media dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). Untuk itu, dilakukan penelitian ini dengan harapan perkecambahan benih kakao dapat dipacu dengan perlakuan Zat Pengatur Tumbuh Atonik sehingga kandungan unsur hara yang ada pada perlakuan jenis media dapat segera dimanfaatkan oleh akar bibit untuk pertumbuhan selanjutnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan kantong plastik/polybag yang merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial. yang diuji terdiri dari dua faktor yaitu : jenis media tanam (M) yang terdiri dari 3 (tiga) macam dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (K) dengan 4 (empat) tingkatan. Faktor I : jenis media tanam (M) yang terdiri dari 3 macam yaitu : M 1: Media tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1), M 2 : Media tanah + pasir + pupuk organik Green Valley (2:1:1), M 3 : Media tanah + pasir + pupuk organik Shisako (2:1:1). Sedangkan faktor II : konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (K) yang terdiri dari 4 tingkat perlakuan, yaitu : K 0 : Konsentrasi 0 cc Atonik dalam 2 l air, K 1 : Konsentrasi 0,5 cc Atonik dalam 2 l air, K 2 : Konsentrasi 1 cc Atonik dalam 2 l air, K 3 : Konsentrasi 1,5 cc Atonik dalam 2 l air. Kedua faktor dikombinasikan sehingga didapat 12 I Wayan Lana, Putu Wisardja, Pengaruh Jenis Media Tanam... 161

perlakuan kombinasi dengan jumlah ulangan tiga kali. Setiap perlakuan terdiri atas 1 (satu) polybag, sehingga seluruh polybag yang diperlukan sebanyak 12 x 3 = 36 buah Penelitian ini dilaksanakan di Desa Riang Gede Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan dengan ketinggian tempat sekitar ± 400 m dari permukaan laut (dpl). Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dihitung dari mulai penanaman benih sampai panen yaitu pada bulan Mei sampai dengan Juli 2014. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : tanah, pasir, pupuk organik (Setiawan, Green Valley dan Shisako), pupuk hayati Tiens Golden Harvest, Zat Pengatur Tumbuh Atonik, air, kantong plastik/polybag dengan ukuran 20 x 10 cm dan ketebalan 0,08 mm, benih kakao, bambu, atap daun kelapa yang dianyam dan lain-lain. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, parang, sekop, ayakan pasir, ember, timbangan, oven dan lain-lain yang dianggap perlu. Pelaksanaan Penelitian meliputi persiapan bedengan yaitu Pada lokasi penelitian dibuat bedengan dengan ukuran 100 cm x 300 cm dan sekeliling bedengan dibuat saluran draenase agar tidak tergenang air hujan jika ada hujan. Bedengan dibuat rata dan dibersihkan dari rumput rumputan liar atau tanaman pengganggu lainnya/gulma. Untuk menghindari bibit dari teriknya matahari dan pukulan air hujan maka perlu dibuatkan naungan setinggi 1,5 m di bagian timur dan 1,2 m di bagian barat. Bahan dari naungan berasal dari bambu dan atapnya terbuat dari anyaman daun kelapa. Persiapan media : Tanah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari tanah tegalan yang berada sekitar tempat penelitian dan dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Udayana Denpasar (Lampiran 1). Tanah yang diambil langsung dikering-anginkan kemudian diayak, dengan tujuan untuk mendapatkan butiran-butiran tanah yang agak halus. Pasir yang digunakan adalah pasir yang halus yang diambil dari kali atau sungai terdekat dengan cara dikering-anginkan dan diayak. Pupuk organik Setiawan dibeli dari UD. Setiawan yang berlokasi di Banjar Sangging, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan. Pupuk organik Shisako dan Green Valley dibeli dari Kios Saprodi. Zat Pengatur Tumbuh Atonik dibeli di Toko Saprodi yang ada di kota Tabanan. Media terdiri dari campuran tanah, pasir dan pupuk organik (Setiawan, Green Valley dan Shisako) sesuai perlakuan jenis media tanam dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Sebelum dicampur, tanah dan pasir terlebih dahulu dikeringanginkan selama 5 hari tergantung dari keadaan cuaca. Pencampuran tanah, pasir dan pupuk kandang dilakukan setelah tanah ditumbuk kemudian diayak begitu pula dengan pasirnya dengan ayakan yang lubangnya berukuran 2 mm. Selanjutnya dibuat tiga macam campuran yaitu : 1. Campuran tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (M 1) sampai rata dengan perbandingan 2 : 1 : 1 sebanyak 12 2. Campuran tanah + pasir + pupuk organik Green Valley (M 2) sampai rata dengan perbandingan 2 : 1 : 1 sebanyak 12 3. Campuran tanah + pasir + pupuk organik Shisako (M 3) sampai rata dengan perbandingan 2 : 1 : 1 sebanyak 12 Selanjutnya polybag atau kantong plastik diisi dengan campuran tersebut sampai hampir penuh (2 cm dari batas bibir atas polybag), kemudian media tanam dalam polybag ditimbang untuk mendapatkan berat media tanam yang seragam yaitu dengan berat media 1,3 kg (dalam keadaan kering) polybag -1. Setelah dilakukan penimbangan selanjutnya media dalam polybag diatur letaknya sesuai dengan pengacakan dengan jarak polybag 15 cm x 20 cm kemudian media disiram dengan air (dengan volume yang sama tiap polybag) sampai tanah dalam polybag dalam kondisi basah (kapasitas lapang) seluruhnya. Persiapan biji untuk benih : Biji untuk benih diambil dari buah yang sehat, masak dipohon dan tidak kelewat masak. Ciri ciri dari buah yang masak adalah adanya perubahan warna dari kulitnya, dan bila buah digoncang goncangkan maka akan terdengar bijinya akan terlepas. Kalau dilihat dari umurnya adalah sekitar 170 hari sejak pembuahan. Biji yang diambil untuk benih adalah biji yang letaknya dibagian tengah tengah buah yang bentuknya bulat lonjong, dipilih yang seragam dan tidak cacat. Ukuran bijinya seragam dengan berat antara 2 2,5 g biji -1. Buah yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis kakao lindak, yang diperoleh dari kebun petani yang telah berumur 10 tahun dan telah menghasilkan buah secara berturut turut. Biji yang diambil dari buah selanjutnya dibersihkan dari lendir (pulp) dengan jalan meremas remas dengan abu dapur dan kemudian dicuci sampai bersih dan dikeringkan dengan kain lap yang bertujuan untuk menghindari serangan jamur dan serangga terutama semut. Biji yang 162 Majalah Ilmiah Untab, Vo. 11 No. 2 Septermber 2014

terpilih diberi perlakuan perendaman selama 8 jam dalam larutan Zat Pengatur Tumbuh Atonik dan air dengan konsentrasi 4 tingkat perlakuan yang menggunakan 4 buah ember dan diberi label, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan perlakuan tersebut. Keempat tingkat perlakuan biji tersebut yaitu : - Perendaman biji dengan konsentrasi 0 cc Atonik dalam 2 l air (K 0) untuk 9 - Perendaman biji dengan konsentrasi 0,5 cc Atonik dalam 2 l air (K 1) untuk 9 - Perendaman biji dengan konsentrasi 1 cc Atonik dalam 2 l air (K 2) untuk 9 - Perendaman biji dengan konsentrasi 1,5 cc Atonik dalam 2 l air K 3) untuk 9 Setelah perlakuan benih selesai, baru dilakukan penanaman pada masing-masing media dalam polybag sesuai dengan label yang telah ditentukan. Penanaman benih : Penanaman benih dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2010, dengan cara meletakkan benih dalam posisi melintang/tidur dan ditanam dengan kedalaman rata dengan permukaan media tanam. Setiap polybag ditanami dengan 2 biji/benih kakao. Setelah benih tumbuh kemudian dilakukan seleksi dengan membiarkan hanya satu batang bibit yang tetap tumbuh dan dipilih yang tumbuhnya terbaik. Bibit yang tidak terpilih, dicabut dengan sangat hati-hati agar tidak menggagu perakaran bibit yang dibiarkan tumbuh. Pemeliharaan bibit : Pemeliharaan bibit dalam kantong plastik (polybag) meliputi pemupukan, penyiraman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan dengan menggunakan pupuk hayati Tiens Golden Harves dilakukan hanya sekali yaitu satu hari sebelum tanam dengan dosis 2 cc polybag -1, yang diberikan pada semua perlakuan. Adapun tujuannya adalah untuk menstimulir unsur hara yang terkandung dalam setiap jenis pupuk organik sehingga lebih cepat tersedia bagi tanaman (bibit kakao). Penyiraman pada kantong plastik dimaksudkan agar media pembibitan tidak kering dan tidak terlalu basah dan dilakukan 1 hari sekali atau disesuaikan dengan kebutuhan dan cuaca, dengan takaran air yang sama pada semua perlakuan. Penyiangan dilakukan setiap ada gulma tumbuh atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma yang ada. Rumput rumput yang tumbuh di dalam kantong plastik maupun di antara kantong plastik dilakukan pencabutan kemudian dibuang. Pengendalian terhadap hama dan penyakit dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida Meotrin setiap 2 minggu sekali sebanyak 3 kali dengan dosis 2 cc l -1 air, karena daun daun yang muda sangat disenangi oleh ulat, sedangkan untuk serangan jamur atau cendawan dan penyakit lainnya, maka sebelum benih ditanam dilakukan penyemprotan dengan larutan fungisida Dithane M-45 pada seluruh media dalam Pengamatan dan Parameter ; Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian (umur bibit 60 hst) terhadap parameter-parameter yang meliputi bagian tanaman di atas tanah dan di bawah tanah, kecuali parameter saat munculnya tunas yang diamati setiap hari setelah benih ditanam. Adapun parameter parameter yang diamati adalah sebagai berikut : 1. Saat munculnya tunas (hari setelah tanam/hst), 2. Tinggi bibit (cm), 3. Jumlah daun bibit (helai), 4. Total luas daun bibit (cm 2 ), 5. Diameter batang bibit (mm), 6. Panjang akar bibit (cm), 7. Jumlah akar bibit (buah), 8. Berat basah bagian bibit di atas tanah (g) 9. Berat basah bagian bibit di bawah tanah (g), 10. Total berat basah bibit (g), 11. Berat kering oven bagian bibit di atas tanah (g), 12. Berat kering oven bagian bibit di bawah tanah (g), 13. Total berat kering oven bibit (g,), 14. Ratio berat kering oven bagian bibit di atas dan di bawah tanah (%) Data data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut, dianalisis secara statistik dengan metode analisis varian. Apabila perlakuan dalam penelitian tersebut berpengaruh nyata atau sangat nyata maka akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 %, untuk membandingkan perlakuan kombinasi dipakai uji Duncan taraf 5 %, sehingga bisa diperoleh suatu kesimpulan dalam penelitian (Steel dan Torrie, 1991; Gaspersz, 1991 dalam Karnata, 2004). HASIL DAN PEMBAHASAN Interaksi antara jenis media tanam dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik berpengaruh nyata (p < 0,05) terhadap parameter berat basah bibit di bawah tanah dan total berat kering oven bibit. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan jenis media tanam dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik secara bersama-sama menyebabkan peningkatan berat basah bibit di I Wayan Lana, Putu Wisardja, Pengaruh Jenis Media Tanam... 163

bawah tanah dan total berat kering oven bibit. Dimana perlakuan kombinasi media tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) dan konsentrasi 1,5 cc Atonik dalam 2 l air (M 1K 3) mampu meningkatkan berat basah bibit di bawah tanah sebesar 54,80 % (3,87g) dibandingkan perlakuan kombinasi media tanah + pasir + pupuk organik Green Valley (2:1:1) dan konsentrasi 0,5 cc Atonik dalam 2 l air (M 2K 1) dengan hasil 2,50 g (Tabel 1 ). Tabel 1. Pengaruh interaksi antara jenis media tanam (M) dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (K) terhadap berat basah bibit di bawah tanah Berat basah bibit di bawah tanah (g) Jenis media tanam (M) Konsentrasi Zat pengatur M 1 M 2 M 3 Tumbuh Atonik (K) K 0 3,80 a 3,10 ab 2,73 b K 1 2,53 b 2,50 b 3,47 ab K 2 3,43 ab 3,20 ab 2,70 b K 3 3,87 a 2,83 b 2,83 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%. Selanjutnya perlakuan kombinasi media tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) dan konsentrasi 0 cc Atonik dalam 2 l air (M 1K 0) mampu meningkatkan total berat kering oven bibit sebesar 51,81 % (2,93 g) dibandingkan perlakuan kombinasi media tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) dan konsentrasi 0,5 cc Atonik dalam 2 l air (M 1K 1) dengan hasil 1,93 g (Tabel 2). Tingginya total berat kering oven bibit pada perlakuan kombinasi M 1K 0 (yang tidak menggunakan Atonik) disebabkan karena pada awal pertumbuhan, bagian akarlah yang mulai berkembang, selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan dan perkembangan bagian bibit di atas tanah (tunas, daun dan batang). Dengan terbentuknya tunas, daun dan batang, maka bibit sudah bisa membentuk hormon tumbuh (plant hormone) secara alami sehingga pertumbuhan bibit tidak lagi membutuhkan hormon tambahan, oleh karena itu, pemberian Zat Pengatur Tumbuh Atonik tidak lagi berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit, atau bahkan menghambat pertumbuhan bibit apabila ada pada konsentrasi yang berlebihan. Tabel 2. Pengaruh interaksi antara jenis media tanam (M) dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik (K) terhadap total berat kering oven bibit Total berat kering oven bibit (g) Jenis media tanam (M) Konsentrasi Zat pengatur M 1 M 2 M 3 Tumbuh Atonik (K) K 0 2,93 a 2,23 bc 2,07 c K 1 1,93 c 2,30 bc 2,27 bc K 2 2,67 ab 2,27 bc 2,10 c K 3 2,63 ab 2,17 bc 2,33 bc Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5% jenis media tanam secara tunggal meningkatkan total berat kering oven bibit. Peningkatan parameter ini disebabkan oleh meningkatnya berat kering oven bibit di atas tanah. media tanam tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) (M 1) meningkatkan berat kering oven bibit di atas tanah sebesar 23,16 % dibandingkan dengan perlakuan media tanam tanah + pasir + pupuk organik Shisako (2:1:1) (M 3) (Tabel 3). Peningkatan total berat kering oven bibit pada perlakuan media tanam tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) (M 1) dibandingkan dengan perlakuan media tanam tanah + pasir + pupuk organik Shisako (2:1:1) (M 3) disebabkan juga oleh meningkatnya total berat basah bibit. media tanam tanah + 164 Majalah Ilmiah Untab, Vo. 11 No. 2 Septermber 2014

pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) (M 1) meningkatkan total berat basah bibit sebesar 26,32 % dibandingkan dengan perlakuan media tanam tanah + pasir + pupuk organik Shisako (2:1:1) (M 3) (Tabel 3). Tabel 3. Pengaruh tunggal jenis media tanam dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik terhadap total berat basah bibit, berat kering oven bibit di atas tanah dan berat kering oven bibit di bawah tanah Jenis media tanam (M): Total berat basah bibit (g) Berat kering oven bibit di atas tanah (g) Berat kering oven bibit di bawah tanah (g) Tanah+pasir+ppk.org.Setiawan (2:1:1)(M 1) 12,67 a 2,18 a 0,44 a Tanah+pasir+ppk.org.Green Valley (2:1:1)(M 2) 10,98 b 1,85 b 0,39 a Tanah+pasir+ppk.org.Shisako (2:1:1)(M 3) 10,03 b 1,77 b 0,43 a BNT 5 % 1,45 0,27 ns Konsentrasi ZPT Atonik : 0 cc Atonik dalam 2 l air (K 0) 11,60 a 1,98 a 0,43 a 0,5 cc Atonik dalam 2 l air (K 1) 10,62 a 1,88 a 0,40 a 1,0 cc Atonik dalam 2 l air (K 2) 11,51 a 1,94 a 0,40 a 1,5 cc Atonik dalam 2 l air (K 3) 11,18 a 1,93 a 0,44 a BNT 5 % ns ns ns Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Tabel 4. Pengaruh tunggal jenis media tanam dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik terhadap saat muncul tunas, tinggi bibit dan jumlah daun bibit Saat muncul nya tunas (hst) Tinggi bibit (cm) Jumlah daun bibit (helai) Jenis media tanam (M): Tanah+pasir+ppk.org.Setiawan (2:1:1)(M 1) 11,00 a 22,56 a 8,33 a Tanah+pasir+ppk.org.Green Valley (2:1:1)(M 2) 11,17 a 20,98 ab 8,08 ab Tanah+pasir+ppk.org.Shisako (2:1:1)(M 3) 10,83 a 20,17 b 7,25 b BNT 5 % ns 1,80 0,86 Konsentrasi ZPT Atonik : 0 cc Atonik dalam 2 l air (K 0) 11,00 a 20,56 a 8,33 a 0,5 cc Atonik dalam 2 l air (K 1) 9,89 a 20,80 a 7,44 a 1,0 cc Atonik dalam 2 l air (K 2) 11,78 a 21,47 a 7,56 a 1,5 cc Atonik dalam 2 l air (K 3) 11,33 a 22,12 a 8,22 a BNT 5 % ns ns ns Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. I Wayan Lana, Putu Wisardja, Pengaruh Jenis Media Tanam... 165

Peningkatan pertumbuhan organorgan bibit tanaman yang berfungsi dalam menghasilkan assimilat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kakao. Pertumbuhan lebih lanjut dari bibit kakao berbanding lurus dengan produksi assimilat yang dihasilkan oleh organ-organ tanaman yang melakukan proses fotosintesis (semakin meningkat assimilat, maka semakin meningkat pertumbuhan bibit). Organ bibit tanaman yang melakukan proses fotosintesis adalah daun. Tabel 5. Pengaruh tunggal jenis media tanam dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik terhadap total luas daun bibit, diameter batang bibit dan panjang akar bibit Total luas daun bibit (cm 2 ) Jenis media tanam (M): Diameter batang bibit (mm) Panjang akar bibit (cm) Tanah+pasir+ppk.org.Setiawan (2:1:1)(M 1) 745,81 a 4,01 a 32,60 a Tanah+pasir+ppk.org.Green Valley (2:1:1)(M 2) 572,89 b 3,95 ab 22,06 b Tanah+pasir+ppk.org.Shisako (2:1:1)(M 3) 476,45 b 3,85 b 22,94 b BNT 5 % 152,74 0,11 5,00 Konsentrasi ZPT Atonik : 0 cc Atonik dalam 2 l air (K 0) 625,15 a 3,93 a 28,07 a 0,5 cc Atonik dalam 2 l air (K 1) 570,66 a 3,98 a 23,44 a 1,0 cc Atonik dalam 2 l air (K 2) 587,31 a 3,87 a 25,92 a 1,5 cc Atonik dalam 2 l air (K 3) 610,42 a 3,97 a 26,03 a BNT 5 % ns ns ns Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. media tanam tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) (M 1) meningkatkan jumlah daun bibit sebesar 14,90 % dan luas daun bibit sebesar 56,54 % dibandingkan dengan perlakuan media tanam tanah + pasir + pupuk organik Shisako (2:1:1) (M 3) (Tabel 4 dan 5). Peningkatan kedua parameter ini mampu meningkatkan assimilat atau bahan kering yang akan didistribusikan ke seluruh organ tanaman. Diantaranya didistribusikan ke organ tubuh di atas tanah. Hal ini dibuktikan dari tingginya berat kering oven bibit di atas tanah. Keadaan ini didukung pula oleh korelasi yang positip antara berat kering oven bibit di atas tanah dengan jumlah daun bibit dimana semakin tinggi bibit menyebabkan semakin banyak jumlah daun, karena semakin tinggi batang, maka semakin banyak ruas batang yang merupakan tempat duduknya daun. media tanam tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) (M 1) meningkatkan tinggi bibit sebesar 11,85 % dibandingkan dengan perlakuan media tanam tanah + pasir + pupuk organik Shisako (2:1:1) (M 3) (Tabel 4). Peningkatan berat kering oven bibit di atas tanah pada perlakuan media tanam tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) (M 1) disebabkan juga oleh meningkatnya pertumbuhan bagian bibit di bawah tanah, yaitu panjang akar (Tabel 5). Peningkatan panjang akar menyebabkan ekspansi penyerapan air dan unsur hara yang terkandung pada media tanam semakin luas dan banyak sehingga mampu mendukung proses fotosintesis pada daun tanaman, yang akhirnya mampu meningkatkan bahan kering organ tanaman di atas tanah. Hal ini dibuktikan oleh korelasi yang positip antara panjang akar dengan bahan kering organ tanaman di atas tanah. Peningkatan produksi bahan kering atau assimilat ini juga mampu meningkatkan diameter batang 166 Majalah Ilmiah Untab, Vo. 11 No. 2 Septermber 2014

bibit. Semakin meningkat diameter batang bibit menyebabkan semakin meningkat berat kering oven bibit di atas tanah. Tabel 6. Pengaruh tunggal jenis media tanam dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik terhadap jumlah akar bibit dan berat basah bibit di atas tanah Jumlah akar bibit(buah) Berat basah bibit di atas tanah (g) Jenis media tanam (M): Tanah+pasir+ppk.org.Setiawan (2:1:1)(M 1) 34,58 a 9,26 a Tanah+pasir+ppk.org.Green Valley (2:1:1)(M 2) 34,33 a 7,89 ab Tanah+pasir+ppk.org.Shisako (2:1:1)(M 3) 35,58 a 7,10 b BNT 5 % ns 1,38 Konsentrasi ZPT Atonik : 0 cc Atonik dalam 2 l air (K 0) 34,44 a 8,28 a 0,5 cc Atonik dalam 2 l air (K 1) 37,22 a 7,66 a 1,0 cc Atonik dalam 2 l air (K 2) 35,00 a 8,40 a 1,5 cc Atonik dalam 2 l air (K 3) 36,67 a 8,00 a BNT 5 % ns ns Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Peningkatan nilai parameter pada media tanam pupuk organik Setiawan di atas, mengindikasikan bahwa pupuk organik Setiawan mampu memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk Green Valley dan Shisako. Padahal ketiga pupuk organik tersebut sudah siap memberikan unsur hara kepada akar bibit kakao, karena tidak lagi mengalami proses dekomposisi pada media tanam. Disisi lain, apabila dikaitkan dengan analisis tanah pada Lampiran 1, yang ph-nya agak masam (ph = 6,010) berarti pupuk organik Setiawan diduga mampu meningkatkan ph tanah menjadi netral (ph = 7). Hal ini sesuai dengan fungsi pupuk organik yang bisa memperbaiki sifat kimia tanah, diantaranya memperbaiki ph tanah. Kenyataan ini juga membuktikan bahwa pupuk organik produksi lokal (Setiawan) ternyata mampu memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan pupuk organik yang diproduksi dengan teknologi yang lebih maju. konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik secara tunggal tidak mampu meningkatkan pertumbuhan bibit kakao. Hal ini ditunjukkan oleh tidak adanya pengaruh nyata pada seluruh parameter yang diamati. Akan tetapi apabila dilihat secara visual, ternyata perlakuan konsentrasi 1,0 cc Atonik dalam 2 l air cenderung menunjukkan pertumbuhan di atas tanah yang lebih baik dibandingkan dengan tingkat konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik lainnya. Kondisi ini jelas sekali terlihat sebelum bibit dibongkar (akhir penelitian). Diantaranya terlihat dari kecenderungan tingginya nilai rasio berat kering oven bibit pada konsentrasi 1,0 cc Atonik dalam 2 l air, yaitu 522 % (Tabel 7). Keadaan ini berarti pertumbuhan di atas tanah cenderung lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan di bawah tanah. Kecenderungan tingginya rasio berat kering oven bibit pada konsentrasi 1,0 cc Atonik dalam 2 l air disebabkan oleh kecenderungan tingginya berat basah bibit di atas tanah (Tabel 6). Selanjutnya kecenderungan tingginya berat basah bibit di atas tanah pada konsentrasi 1,0 cc Atonik dalam 2 l air disebabkan oleh kecenderungan meningkatnya tinggi tanaman dan lebih cepatnya saat munculnya tuna I Wayan Lana, Putu Wisardja, Pengaruh Jenis Media Tanam... 167

Tabel 7. Pengaruh tunggal jenis media tanam dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik terhadap rasio berat kering oven bibit Rasio berat kering oven bibit (%) Jenis media tanam (M): Tanah+pasir+ppk.org.Setiawan (2:1:1)(M 1) Tanah+pasir+ppk.org.Green Valley (2:1:1)(M 2) Tanah+pasir+ppk.org.Shisako (2:1:1)(M 3) BNT 5 % 533 a 517 a 430 a ns Konsentrasi ZPT Atonik : 0 cc Atonik dalam 2 l air (K 0) 0,5 cc Atonik dalam 2 l air (K 1) 1,0 cc Atonik dalam 2 l air (K 2) 1,5 cc Atonik dalam 2 l air (K 3) BNT 5 % 498 a 499 a 522 a 454 a ns Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Apabila dikaitkan dengan analisis korelasi akibat perlakuan Zat Pengatur Tumbuh Atonik, ternyata sebagian besar parameter yang diamati tidak berhubungan erat dengan parameter lainnya. Akan tetapi, pada prinsipnya keberhasilan pembibitan diawalinya dengan pertumbuhan tunas yang ditunjukkan oleh saat munculnya tunas. Semakin cepat munculnya tunas maka semakin meningkat pertumbuhan bibit kakao. Hal ini dibuktikan dengan korelasi negatip antara saat munculnya tunas dengan diameter batang bibit dan antara saat munculnya tunas dengan jumlah akar bibit. Selanjutnya meningkatnya jumlah akar menyebabkan lebih banyak unsur hara dan air yang dapat diserap oleh akar sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan bibit di atas tanah, diantaranya meningkatkan diameter batang bibit. Kenyataan ini didukung oleh korelasi yang positif antara jumlah akar bibit dengan diameter batang bibit. Pengaruh yang tidak nyata pada seluruh parameter yang diamati akibat perlakuan Zat Pengatur Tumbuh Atonik kemungkinan disebabkan oleh tidak mampunya bahan aktif yang terkandung pada Atonik masuk ke dalam benih akibat lama perendaman yang relatif singkat sehingga proses fisiologis tidak berjalan dengan baik. Atau kemungkinan lainnya adalah auksin alami yang terkandung dalam benih kakao sudah cukup tersedia di dalam benih sehingga penambahan Atonik yang mengandung bahan aktif sintetik yang sama fungsinya dengan auksin tidak terlalu besar pengaruhnya. Kemungkinan yang lain bisa saja konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik yang diperlakukan kurang konsentrasinya sehingga belum mampu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bibit kakao, walaupun sebenarnya hormone tumbuh auksin berfungsi efektif dalam takaran rendah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembasahan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Interaksi antara jenis media tanam dan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik berpengaruh nyata (p < 0,05) terhadap parameter berat basah bibit di bawah tanah dan total berat kering oven bibit. kombinasi media tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) dan konsentrasi 168 Majalah Ilmiah Untab, Vo. 11 No. 2 Septermber 2014

1,5 cc Atonik dalam 2 l air (M 1K 3) meningkatkan berat basah bibit di bawah tanah sebesar 54,80 % (3,87 g) dibandingkan dengan perlakuan kombinasi media tanah + pasir + pupuk organik Green Valley (2:1:1) dan konsentrasi 0,5 cc Atonik dalam 2 l air (M 2K 1) (2,50 g). Selanjutnya perlakuan kombinasi media tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) dan konsentrasi 0 cc Atonik dalam 2 l air (M 1K 0) meningkatkan total berat kering oven bibit dengan nyata sebesar 51,81 % (2,93 g) dibandingkan dengan perlakuan kombinasi media tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) dan konsentrasi 0,5 cc Atonik dalam 2 l air (M 1K 1) (1,93 g). 2. tunggal jenis media tanam meningkatkan total berat kering oven bibit. media tanam tanah + pasir + pupuk organik Setiawan (2:1:1) (M 1) meningkatkan total berat kering oven bibit sebesar 15,98 % (2,54 g) dibandingkan dengan media tanam tanah + pasir + pupuk organik Shisako (2:1:1) (M 1) (2,19 g). 3. tunggal konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik tidak mampu meningkatkan total berat kering oven bibit dan seluruh parameter yang diamati. Ratarata total berat kering oven bibit pada keempat tingkat konsentrasi adalah sebesar 2,33 g. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pembibitan tanaman kakao yang dilakukan pada daerah yang kondisi lingkungannya sama atau mendekati sama dengan tempat penelitian ini, maka dapat disarankan menggunakan media tanam tanah + pasir + pupuk organik Setiawan dengan perbandingan 2:1:1 dengan tanpa menggunakan Zat Pengatur Tumbuh Atonik. 2. Sebagai pembanding dengan hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan perlakuan jenis media tanam yang sama, tetapi dengan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik yang lebih tinggi dari tingkat konsentrasi pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2000. Statistik Tanaman Perkebunan Propinsi Bali. Denpasar : Pemerintan Propinsi Bali Dinas Perkebunan. -----------. 2003. Statistik Tanaman Perkebunan Propinsi Bali. Denpasar : Pemerintan Propinsi Bali Dinas Perkebunan. -----------. 2004. Petunjuk Teknis Budidaya Kakao. Tabanan. Dinas Perkebunan. -----------. 2004 a. Atonik (Nitrophenolate) Plant Growth Regulator. Avalilable from : URL ; http://www.ifspindo.net.id/. ------------. 2004 b. Informasi Kantor Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Jembrana : Sub Dinas Perkebunan Kabupaten. -----------. 2006. Teknis Pembibitan Kakao, Tabanan : Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Tabanan. Karnata, I N. 2004. Pengaruh Waktu Tanam dan Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) di Lahan Kering Beriklim Basah. (tesis). Denpasar : Universitas Udayana. Priadjati, A., Smith, W. T. M., Tolkamp, G. W. 2004. Vegetative Propagation to assure a Continuous Supply of Plant Material for Forrest Rehabilitation Available from : URL : http://www.tropenbos.nl/. Putrantijo, N. 2004. Peneltian Pendahuluan Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman pada Zat Pengatur Tumbuh Atonik Terhadap Saat Tumbuh Benih Kakao. Suparta. I W. 2008, Pengendalian Hama Penggerek dan Penyakit Busuk Buah Kakao Secara Integrasi. Denpasar; Dinas Perkebunan Provinsi Bali. Sutarja I K. 2004. Pengaruh Posisi Tanam Benih dan Lama Perendaman dengan Zat Pengatur Tumbuh Atonik Terhadap Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). (skripsi). Tabanan : Fakultas Pertanian Universitas Tabanan. I Wayan Lana, Putu Wisardja, Pengaruh Jenis Media Tanam... 169