BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisatadewasa ini adalah sebuah mega bisnis karena jutaan orang mengeluarkan banyak uang untuk meninggalkan rumah dan pekerjaan dengan alasan untuk memuaskan, membahagiakan diri (pleasure) serta untuk menghabiskan waktu luang (leisure). Hal ini menjadi bagian penting dalam kehidupan dan gaya hidup masyarakat di negara-negaramaju. Menurut MacDonald (dalam Pitana, 2009:32) memposisikan pariwisata sebagai bagian esensial dalam kehidupan sehari-hari merupakan fenomena yang relatif baru. Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia dalam mencari sesuatu yang belum diketahui, menjelajah wilayah baru, mencari perubahan suasana, atau untuk mendapatkan perjalanan baru(murphy dalam Sedarmayanti, 2014:2).Secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu, diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan meninggalkan tempat semula, dan bukan untuk mencari nafkah pada tempat yang dikunjunginya, tetapi semata mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam(yoeti, 2008:7). Menurut Wahab (dalam Yoeti, 2008:36) Pariwisata sebagai suatu industri yang perlu dikembangkan pada suatu negara karena pariwisata merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Kegiatannya dapat mendorong perkembangan di beberapa sektor perekonomian nasional misalnya: 1) 1
2 peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunnya prasarana dan sarana demi pengembangan pariwisata;2) meningkatkan industri-industribaru yang erat kaitannya dengan pariwisata misalnyatransportation, accommodation (hotel, motel, holiday, village, camping) yang juga akhirnya menciptakan permintaan seperti touris transportation, hotel equipment; 3) meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan restoran, seperti vegetables, fruits, flowers, eggs, meats sebagai akibat semakin banyak orang melakukan perjalanan wisata; 4) memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional termasuk makanan dan minuman, ukiran Jepara, patung Bali, dan 5) membantu mambangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak tersentuh pembangunan. Setelah memasuki kemerdekaanpada tahun 2002, Timor-Leste membentuk sebuah pemerintahan yang independen serta mendapat dukungan secara maksimal dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pembentukan pemerintah baru ini membawa konsekuensi bahwa Timor-Leste juga harus menyusun programprogrampembangunan yang dapat meresponspada kebutuhanmasyarakat lokal seperti aspek pendidikan,kesehatan, listrik, dan transportasi. Selain aspek-aspek di atas, terdapat juga program yang bersifat tambahan yaitu kepariwisataan yang jarang sekali diprioritaskanpada beberapa tahun terakhir oleh pemerintah Timor- Leste, ketika mengetahui bahwa pariwisata adalah sebuah aktivitas yang sangat berguna bagi suatu negara, sebagai pengganti sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (seperti minyak dan gas), maka mulailah pemerintah Timor-Leste tertarik untuk mengembangkan kepariwisataan dalam arti luas. Hal ini menjadi
3 pertimbangan pengembangan pariwisata di Timor-Leste karena pemerintah menganggap bahwa produk pariwisata tidak akan pernah musnah atau hilang. Sektor pariwisata juga memegangperanan pentingdalampembangunan kemasyarakatankarenapariwisata beserta daya tariknya dikembangkan atau dikelola dengan baik, akan dapat menguntungkan masyarakat, sepertidapat membuka lapangan kerja, menambah pendapatan negara, mempromosikan produk yang dimiliki oleh suatu negara, mempromosikan budaya, serta memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan nasional(yoeti, 2002:240). Perkembangan pariwisata di Timor-Leste dapat mendorong pemerintah untukmemfasilitasi pertumbuhan industri pariwisata dengan memperbaiki infrastruktur disetiap Daerah Tujuan Wisata (DTW) termasuk Bandarudara Dili danperluasan jaringan telekomunikasi.selain itu, juga akandibangun pusat pelatihan pariwisata dan perhotelan di Dili dalam limatahun ke depan serta pusat informasi pariwisata juga akan didirikan di Dili, Lospalos, Balibo, dan Baucau. Meningkatnya industri pariwisata di Daerah Tujuan Wisata Timor-Leste, penyediaan fasilitas makanan dan minuman tentu saja tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan wisatawan sebagai bagian dari produk wisata. Karena keinginan untuk memberi kepuasan bagi wisatawan, membuat para pengusaha yang bergerak dalam penyediaan makanan dan minuman melakukan berbagai usaha untuk menyediakan berbagai hidangan yang sesuai dengan taste wisatawan yang datang dari berbagai negara. Dengan gencarnya usaha untuk memperkenalkan makanan dan minuman tradisional membuat wisatawan mancanegara mulai
4 menyesuaikan dan menyukai makanan dan minuman khas dari tempat wisata yang mereka kunjungi (Prasiasa, 2013:6). Pariwisata dengan menikmati makanan lokal yang bersifat tradisional dapat menjadi produk yang unik, menarik dan berhargabagi wisatawandikenal dengan Wisata Kuliner merupakan salah satu jenis wisata yang mengedepankan makanan lokal, yang memiliki peran penting karena akan menjadi pengalaman baru bagi wisatawan. Pengalaman baru dapat diperoleh wisatawan berupa keunikan cita rasa, penggunaan bumbu tradisional, carapengolahan serta kemasan yang bersifat tradisional. Meningkatnyamakanan tradisional pada industri pariwisata diharapkan dapat memberikan dampak terhadap keberlanjutan pariwisata di Timor-Lestekhususnya pada Kota Dili karena saat ini belum diketahui bahwa makanan tradisional yang ada pada industri pariwisata dapatdikenal sebagai makanan khas atau identitas negara Timor-Leste. Oleh karena itu,perlu dilakukan program pengembangan makanan tradisional sehingga dapat menjadi daya tarik wisata kuliner dalam rangka menjaga ciri dan identitas suatu bangsa. Dalam rangka menjaga tetap lestarinya makanan tradisional Dili,Timor-Leste antara lain seperti saboko, tukir, dan ketupa untuk mendukung perkembangan pariwisata, perlu dilakukan penelitian guna mendukung pengembangan makanan tradisional sebagai wisata kuliner di Dili.
5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Apa sajakah jenis-jenis makanan tradisional yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata kuliner di Dili? 2) Bagaimanakah persepsi wisatawan terhadap makanan tradisional di Dili? 3) Bagaimanakah bentuk programpengembangan makanan tradisional sebagai daya tarik wisata kuliner di Dili? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuanpenelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan makanan tradisional sebagai daya tarik wisata kulinersertauntuk mengetahui pentingnya pengembangan wisata kuliner dalam industri pariwisata di Dili, Timor-Leste. 1.3.2 Tujuan Khusus Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mengidentifikasijenis-jenis makanan tradisional yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata kuliner di Dili. 2) Mengetahui persepsi wisatawan terhadap makanan tradisional di Dili.
6 3) Merumuskanbentuk program dalam pengembangan makanan tradisional sebagai daya tarik wisata kuliner di Dili. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis 1) Hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan manfaat sekaligus sumbangan pemikiran berkaitan dengan teori gastronomi, pengetahuan tentang makanan tradisional, serta pariwisata dan daya tarik wisata kuliner. 2) Mengembangkan teori persepsi,khususnya berkaitan dengan makanan tradisional, sertaprogram pengembangan makanan tradisional pada industri pariwisata. 1.4.2 Manfaat Praktis 1) Untuk dapat memberikan pemahaman, khususnya mengenai usaha dan program pengembangan makanan tradisional sebagai daya tarik wisata kuliner. 2) Sebagai bahan perbandingan bagi yang ingin mengetahui makanan tradisional sebagai salah satu pendukung wisata kuliner. 3) Memberikan masukan bagi pengembangan industri pariwisata berkaitan dengan wisata kuliner di Dili. 4) Bagi pemerintah Timor-Leste, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil dalam hal pengembangan pariwisata, khususnya wisata kuliner.