BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu belakangan ini pemerintah lebih mengutamakan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan remaja yang dihadapi sekarang berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

Sgmendung2gmail.com

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA. remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kelahian dibanding tahuin sebelumnya,namun ledakan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

Oleh : PUJI LESTARI NIM : PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

SAMBUTAN SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEBUMEN P A D A SOSIALISASI PROGRAM GENERASI BERENCANA (GENRE) DI SMA NEGERI 2 KEBUMEN Sabtu, 13 Juni 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

Latar Belakang. Diwilayah Kecamatan Tarub dari Kantor Urusan Agama (KUA) diperoleh data sebagai berikut : TAHUN KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

KAMPANYE PROGRAM BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07 Januari-Juni

BAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


BAB 1 PENDAHULUAN. karena masalah pertumbuhan penduduk adalah masalah yang sangat membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan, penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat Indonesia. Namun demikian, perkawinan di bawah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

UPAYA KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DALAM MENGEMBANGKAN PROGRAM GENERASI BERENCANA (GENRE) DI KABUPATEN BERAU

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara,

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

I. PENDAHULUAN. mengalami masalah kependudukan. Masalah kependudukan di Indonesia tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PORTAL PELATIHAN PRA-NIKAH (PORPLAN) UNTUK MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN PADA PERNIKAHAN DINI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial merupakan sebuah fenomena yang beragam, perlu adanya pengembangan sosial berkelanjutan untuk membenahi permasalahan sehingga mampu menekan kesenjangan sosial di masyarakat kedepannya. Di Indonesia dengan beranekaragam suku, budaya dan adat menambah munculnya berbagai permasalahan. Perlu adanya penekanan masalah mulai dari akarnya. Maka dari itu belakangan ini pemerintah lebih mengutamakan untuk menyelamatkan generasi muda dari permasalahan remaja di masa depan. Tidak hanya permasalahan sosial saja tapi mencakup dari permasalahan remaja yang komprehensif sehingga dampaknya tidak hanya dalam bidang sosial saja melainkan dalam bidang agama, ekonomi, budaya, kesehatan dan sebagainya. Dengan upaya pemerintah menyelamatkan generasi muda ini harapannya ke depan menjadikan remaja yang berencana mampu meraih pendidikan setinggi tingginya, berkarir, berkeluarga dengan kesiapan yang matang dan mampu berpartisipasi dalam masyarakat serta mempraktekkan hidup sehat. Menurut buku kurikulum diklat BkkbN terdapat data data sebagai berikut, Sebagaimana diketahui, saat ini jumlah remaja usia 10-24 tahun di Indonesia berjumlah 63.443.448 atau 27,6% dari jumlah penduduk Indonesia 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk 2010). Remaja sangat rentan terhadap resiko TRIAD KRR 1

(Sexsualitas, HIV dan AIDS, NAPZA) dan Pernikahan dini. Terkait dengan data pernikahan di usia dini, Bappenas (2008) menemukan bahwa 34,5% dari 2.049.000 perkawinan yang ada adalah tergolong perkawinan anak. Hal serupa juga ditunjukkan oleh Riset Kesehatan Dasar (2010) yang menemukan bahwa pernikahan usia 15-19 tahun mencapai 41,9%, bahkan pernikahan pada usia 10-14 tahun sebesar 4,8%. Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Plan Indonesia (2011) tentang pernikahan dini dan KDRT di Kabupaten di Indonesia (Indramayu, Grobogan, Rembang, Tabanan, Dompu, Timor Tengah, Sikka dan Lembata) menemukan bahwa 33,5% anak usia 13-18 tahun pernah menikah, dan rata rata menikah pada usia 16 tahun serta 44% anak perempuan yan ng menikah dini dan mengalami KDRT dengan frekuensi tinggi dan sisanya 56% dengan frekuensi rendah. (Buku Kurikulum diklat teknis pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa oleh BkkbN Direktorat Bina Ketahanan Remaja. Jakarta 2013). Dari data diatas dengan berbagai keadaan remaja saat ini, membuktikan bahwa remaja sangat rentan terhadap resiko resiko membahayakan di dalam lingkungannya sendiri dan dengan begitu sangat penting bagi semua pihak untuk memperhatikan dan melindungi remaja dengan berbagai cara, seperti halnya pemerintah mengeluarkan banyak progam untuk kepedulianya terhadap remaja, progam progam inilah yang harus dikampanyekan secara maksimal. Maka dari itu strategi yang digunakan untuk mengkampanyekan progam harus jitu dan tepat 2

sasaran. Di dalam bukunya Keith Butterick dijelaskan bahwa sebuah strategi Public Relations adalah pendekatan menyeluruh bagi sebuah kampanye atau progam dan penjelasan rasional dibelakang progam taktis dan akan didekte dan ditentukan oleh persoalan yang muncul dari analisis dan penelitian. (Butterick, Keith : 2012). Strategi kampanye pemerintahan ini juga dapat dikatakan sebagi Social Marketing Instansi BkkbN yaitu dijelaskan oleh Rusady Ruslan (2006) istilah Social Marketing (Pemasaran sosial) ditampilkan pertama kali pada tahun 1971, adalah suatu konsep dan upaya strategi pihak Public Relations ; untuk mengubah perilaku publik. Dari data yang ada di Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Ponorogo, setiap tahunnya PA mengeluarkan dispensasi kawin terus meningkat. Untuk tahun 2016 sendiri setidaknya data yang masuk setiap bulannya sekitar 10 permintaan dispensasi kawin. untuk total yang dikabulkan sampai Juni sekitar 47 permintaan dipensasi kawin. Data itu sudah melebihi pada tahun lalu Kata Humas Pengadilan Agama Ponorogo, Abdullah Sofwandi kepada beritajatim.com, Rabu (3/8/2016). Sesuai U No. 1 Tahun 1974 tentang pernikahan, Dispensasi Pernikahan atau Dispenasi Kawin (DK) ialah permohonan dispensasi bagi calon mempelai yang belum memenuhi batasan usia minimal pernikahan yakni kurang dari 19 tahun untuk pria dan kurang dari 16 tahun untuk wanita.dia mengatakan tidak bisa mencegah dispensasi kawin tersebut. Pasalnya mereka yang rata rata meminta dispensasi kawin yakni pasangan yang terlanjur hamil duluan. Dan Kantor Urusan Agama (KUA) tidak bisa menikahkan karena belum cukup umur. jadi mau tidak mau memang PA Kabupaten Ponorogo harus 3

mengeluarkan dispensasi kawin rata rata yang minta memang sudah terlanjur hamil dan tidak cukup umur menikah dimata hukum Indonesia terangnya. Sofwan menturkan dari data yang ada kebanyakan siswa yang masih memakai baju putih biru alias masih SMP, untuk umur otomatis masih dibawah 17 tahun. (beritajatim.com edisi 03 Agustus 2016. Judul berita : Pernikahan Dini Mulai marak di Ponorogo, reporter : pramita kusumaningrum) diakses 5 April 2017 14:17WIB(http://m.beritajatim.com/gaya_hidup/272868/pernikahan_dini_mulai_ marak_di_ponorogo.html). Dijelaskan pula dalam buku kurikulum diklat Teknis BkkbN bahwa jumlah proporsi remaja yang besar tersebut akan mempengaruhi jumlah penduduk di masa mendatang, ketika sebagian dari generasi ini akan segera memasuki masa reproduksi. Data SDKI 2007 menunjukkan bahwa median usia kawin atau nikah pertama perempuandi Indonesia masih relative muda (19,8 tahun). Masih rendahnya median usia kawin pertama perempuan ini akan berakibat pada tingginya angka Total Fertility Rate (TFR), yang saat ini berada pada angka 2,6 SDKI 2012. (Kurikulum diklat Teknis BkkbN Jakarta : 2013) Dengan permasalahan diatas dan ditambah pula dengan maraknya pernikahan dini ini akan menambah pertumbuhan penduduk menjadi semakin pesat, itu merupakan dampak umumnya, selain itu dengan usia pernikahan yang masih muda menyebabkan permasalahan lain di antaranya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) karena kurang siapnya mental keluarga, kurang 4

mapannya dalam membangun keluarga dan bisa juga dikarenakan tingkat pendidikan keluarga. Tidak hanya itu saja dalam segi kesehatan perempuan lah yang lebih mendapatkan resiko dari pernikahan dini ini, mulai dari organ reproduksinya yang belum matang sehingga rawan untuk mampu mengandung dan melahirkan normal. Maka dari itulah upaya yang dilakukan untuk mengatasi dan merubah erbagai kondisi diatas adalah melalui pendewasaan usia perkawinan yang dikemas dalam Program GenRe (Generasi Berencana ) yang digagas oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN). Melalui program GenRe ini remaja diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang perlunya menunda usia perkawinan dilihat dari sudut pandang kesehatan, psikologis, dan ekonomi serta kependudukan sehingga akan merubah sikap dan perilaku remaja. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti strategi apa yang digunakan oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Ponorogo agar progam Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) bisa tersampaikan atau mengenai sasaran yaitu remaja ponorogo dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, di dalam bukunya Rusady Ruslan (2003) pendekatan kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan, pemahaman tersebut dapat ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi focus penelitian dan kemudian ditarik suatu kesimpulan 5

berupa pemahaman umum tentang kenyataan kenyataan tersebut.. Analisis untuk penelitian ini menggunakan analisis SWOT (Strength Weakness Opportunities Threats) yang merupakan analisis yang sudah tidak asing lagi untuk meneliti tentang strategi. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti mengambil judul permasalahan yaitu Strategi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinas PP & KB) dalam Mengkampanyekan Progam Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) terhadap Remaja Ponorogo. B. Rumusan Masalah Pada bagian ini akan diuraikan tentang rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, Peneliti merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana Strategi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dalam mengkampanyekan progam Pendewasaan Usia Perkawinan terhadap remaja Ponorogo? 2. Faktor faktor apa sajakah yang menjadi penghambat dan pendukung bagi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dalam mengkampanyekan Progam Pendewasaan Usia Perkawinan terhadap remaja Ponorogo? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui strategi yang digunakan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dalam mengkampanyekan progam Pendewasaan Usia Perkawinan terhadap remaja Ponorogo. 6

2. Untuk mengetahui faktor faktor penghambat dan pendukung Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dalam mengkampanyekan progam Pendewasaan Usia Perkawinan terhadap remaja Ponorogo. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan Praktis 1. Memberikan pengetahuan dan wawasan tambahan kepada peneliti dan praktisi komunikasi terkait strategi komunikasi. 2. Diharapkan hasil dari penelitian dapat menjadi masukan bagi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dalam mengkampanyekan progam Pendewasaan Usia Perkawinan terhadap remaja Ponorogo. Kegunaan Teoritis 1. Pengembangan keilmuan melalui upaya mengkaji, menerapkan, menguji teori, dan konsep tentang bidang ilmu komuniasi 2. Dan diharapkan bisa menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya terkait penelitian tentang strategi komunikasi sebuah instansi. 7