BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

Nama : Deni Aulia NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan telah menjadi ujung tombak

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap Bank. Selain itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

ANALISI TINGKAT KESEHATAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA. TBK DENGAN METODE RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

ANALISIS KESEHATAN BANK MANDIRI DAN BANK BCADENGAN METODE RGEC TAHUN Dwi Rahayu Suhendro Anita Wijayanti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai penggerak perekonomian dalam suatu negara. Menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan


I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

1. Penilaian tingkat kesehatan bank dilihat dari faktor Risk Profile pada periode 2013 menunjukkan Bank Syariah Mandiri masuk kategori sangat sehat,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank,

BAB I PENDAHULUAN. semua sektor perekonomian. Dengan memberikan kredit kepada sektor

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI INDONESIA BERDASARKAN METODE RGEC PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan. dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank memegang peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Sebagai salah satu lembaga penyedia jasa keuangan, bank mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan modal bagi pelaku bisnis untuk memulai dan menjalankan kegiatan usaha atau untuk kegiatan investasi. Menurut UU No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Dalam menjalankan kegiatannya, bank berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkan dana kepada pihak yang kekurangan dana (deficit unit). Dana yang dihimpun dari masyarakat nantinya akan dialokasikan kembali kepada masyarakat untuk berbagai kegiatan yang diharapkan dapat menunjang perekonomian. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok dari industri perbankan sedangkan menyediakan jasa-jasa lainnya merupakan kegiatan pendukung. Bank menghimpun dana dari masyarakat dengan menyediakan jasa simpanan dalam bentuk tabungan, giro, deposito atau bentukbentuk lainnya. Masyarakat yang membutuhkan atau mengalami kekurangan dana dapat mengajukan pinjaman atau kredit kepada pihak bank. 1

Penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan bisnis diharapkan dapat memberikan stimulan bagi masyarakat untuk membuka usaha dan menjalankan bisnis. Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian diperbaharui dengan UU No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, bank memperoleh keuntungan utama dari aktivitas penyaluran kredit. Suku bunga dari fasilitas pemberian kredit yang dibebankan kepada debitur menjadi pendapatan utama bagi bank. Bagi masyarakat, fasilitas kredit dapat mendorong pelaku usaha untuk membangun dan mengembangkan bisnisnya dikarenakan ketersediaan pembiayaan modal terhadap bisnis yang akan atau sedang digeluti. Di Indonesia sendiri, jumlah penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank hampir seluruhnya terkonsentrasi di bank umum. Menurut Statistik Perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia per Desember 2014, sekitar 98,43% dari total jumlah penyaluran kredit bank pada tahun 2014 berada pada bank umum, sedangkan sisanya sekitar 1,57% disalurkan oleh Bank Perkreditan Rakyat. Karena sebagian besar penyaluran kredit terkonsentrasi pada bank umum, maka kondisi penyaluran kredit bank umum sangat tepat digunakan untuk menggambarkan kondisi penyaluran kredit perbankan di Indonesia. 2

Jumlah penyaluran kredit bank umum menunjukkan tren positif sejak tahun 2010 yang menandakan bahwa antusiasme masyarakat meminjam dana ke bank meningkat setiap tahunnya. Hal itu diperlihatkan pada gambar penyaluran kredit bank umum tahun 2010-2014 berikut. 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: Statistik Perbankan indonesia 2014 www.bi.go.id (Data Diolah) Gambar 1.1 Penyaluran Kredit Bank Umum Tahun 2010-2014 (Dalam Miliar Rupiah) Gambar 1.1 menunjukkan bahwa penyaluran kredit bank umum setiap tahunnya mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan kredit dari masyarakat maupun korporasi setiap tahunnya mengalami pertumbuhan dimana dapat diartikan sebagai hal yang baik karena pertumbuhan kredit dapat mencerminkan pertumbuhan kebutuhan akan modal untuk kegiatan bisnis maupun investasi yang dapat mendorong pertumbuhan dan menyokong keberlangsungan perekonomian negara. Disisi bank sebagai kreditur, pertumbuhan kredit mencerminkan pertumbuhan laba bagi industri perbankan yang didapat dari suku bunga kredit yang dibebankan kepada debitur. Semakin banyak kredit yang disalurkan, maka otomatis semakin banyak pendapatan bunga kredit yang akan diterima oleh bank. 3

Akan tetapi, seiring dengan keuntungan yang didapat, bank juga menghadapi risiko yang cukup tinggi dari aktivitas penyaluran kredit. Penyaluran kredit harus dianalisis dengan cermat dan teliti untuk menghindari risiko-risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank. Dalam memberikan kredit, bank harus melakukan penelusuran dan pengawasan terhadap debitur yang menerima fasilitas kredit tersebut. Sebagai lembaga keuangan yang memegang peran yang vital dalam perekonomian, bank dituntut untuk berada dalam kondisi yang baik agar dapat menjalankan fungsinya dalam menopang perekonomian. Perbankan merupakan bisnis kepercayaan atau agent of trust sehingga sangat penting untuk menjaga kepercayaan dari masyarakat dengan terus menjaga tingkat kesehatan bank. Dengan mendapat kepercayaan dari masyarakat, bank dapat memperoleh dana likuid yang nantinya akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit. Pengawasan yang baik dan sesuai prosedur yang ditetapkan oleh Bank Indonesia akan dapat mencegah terjadinya praktik-praktik yang tidak sehat dan dapat membahayakan kelangsungan usaha bank. Bank Umum diwajibkan untuk mematuhi seluruh regulasi dari Bank Indonesia dan melakukan self-assesment terhadap tingkat kesehatannya masing-masing. Dalam mengukur tingkat kesehatan bank, bank melakukan analisis terhadap kinerja keuangan melalui beberapa aspek. Bank Indonesia lewat Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 yang diatur dalam Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan 4

Bank Umum menetapkan metode penilaian tingkat kesehatan bank dengan pendekatan risiko yang disebut dengan Risk-Based Bank Rating (RBBR) yang menilai tingkat kesehatan bank berdasarkan empat aspek: Profil Risiko (Risk Profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (Earnings), dan Permodalan (Capital). Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank ini merupakan tata cara penilaian baru menggantikan tata cara penilaian sebelumnya yaitu analisis CAMELS. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dan dijadikan proksi dari indikatorindikator RBBR adalah Non Performing Loan (NPL) yang merupakan proksi dari profil risiko, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang merupakan proksi dari Good Corporate Governance, Return on Assets (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) yang merupakan proksi dari rentabilitas, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan proksi dari permodalan. Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu rasio pada risiko kredit yang digunakan untuk menilai profil risiko. Risiko kredit menunjukkan kemungkinan terjadinya risiko tidak tertagihnya piutang terhadap sejumlah pinjaman yang telah diberikan (Rivai dkk, 2007:731). NPL menggambarkan kondisi tingkat kemampuan bank dalam menagih kembali kredit yang disalurkan kepada debitur. Semakin rendah NPL maka semakin baik kualitas kredit dari suatu bank. Semakin baik kualitas kredit bank, maka penyaluran kreditnya juga menjadi semakin baik. Menurut Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No.3/30/DPNP Tanggal 14 Desember 2001, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 5

diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasi lainnya). Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil rasio biaya (beban) operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban) operasional dengan pendapatan operasionalnya (Rivai dkk, 2007:722). Sehingga, diperkirakan bahwa BOPO memiliki hubungan negatif terhadap penyaluran kredit dimana semakin kecil nilai BOPO maka semakin baik pemaksimalan pendapatan terhadap beban bank yang juga mengindikasikan semakin baik penyaluran kredit bank. Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROA menggambarkan kemampuan bank untuk memaksimalkan penggunaan aset berupa dana untuk disalurkan sebagai kredit untuk memperoleh laba bagi bank sehingga diperkirakan bahwa semakin besar nilai ROA maka semakin baik kegiatan penyaluran kredit bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA suatu bank, maka pendapatan yang diperoleh bank juga semakin besar, dengan keuntungan yang besar yang diperoleh oleh bank maka akan semakin besar pula jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh bank tersebut (Dendawijaya, 2005:118). 6

Net Interest Margin (NIM) menunjukkan kemampuan earning assets dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih (Rivai dkk, 2007:721). Sesuai Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004, rasio Net Interest Margin diukur dengan membandingkan antara pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktiva produktifnya, dimana pendapatan bunga bersih diperoleh dari selisih antara pendapatan bunga dengan beban bunga. Net Interest Margin (NIM) pada dasarnya adalah rasio keuangan yang merupakan hasil dari perbandingan antara pendapatan dari bunga terhadap aktiva dan selisih antara bunga simpanan dan bunga pinjaman. Dengan kata lain, NIM menggambarkan kemampuan bank untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih dari aktivitas operasionalnya dengan memanfaatkan aktiva-aktiva produktif bank tersebut sehingga diperkirakan, semakin besar rasio ini maka semakin efektif penyaluran aktiva produktif bank dalam bentuk kredit. Capital Adequacy Ratio (CAR) menurut Dendawijaya (2005:121) merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko. Artinya, CAR menggambarkan kesiapan modal bank untuk menanggulangi kemungkinan risiko yang dapat diterima oleh bank. Bank Indonesia menetapkan standar untuk CAR minimum yang harus dimiliki oleh setiap bank yaitu sebesar 8%. Dapat dikatakan bahwa rasio ini merupakan benteng pertahanan bagi suatu bank. Bank yang memiliki CAR yang tinggi memiliki modal yang cukup untuk melakukan kegiatan operasionalnya termasuk didalamnya kegiatan penyaluran kredit kepada masyarakat dan menanggung risiko-risiko yang mungkin akan timbul ketika 7

menjalankan kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi CAR yang dimiliki suatu bank, maka bank tersebut akan semakin leluasa dalam menjalankan aktivitas operasionalnya karena modal yang dimiliki akan dapat meng-cover risiko-risiko yang mungkin terjadi. Dana pihak ketiga adalah dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dan merupakan sumber dana terbesar bagi bank. Dana-dana yang dihimpun bank dari masyarakat akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk simpanan atau kredit yang disertai dengan pembebanan bunga. Menurut Dahlan Siamat (2005) salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit, dan sumber utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Semakin banyak dana yang dapat dikumpulkan bank dari masyarakat, semakin banyak pula dana likuid yang dapat disalurkan kembali oleh bank. Tabel 1.1 berikut menunjukkan perkembangan penyaluran kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) dari bank umum di Indonesia tahun 2010-2014. 8

Tabel 1.1 Perkembangan Kredit, DPK, NPL, BOPO, ROA, NIM dan CAR Pada Bank Umum Tahun 2010-2014 Rasio Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Kredit (Miliar Rupiah) 1.765.845 2.200.094 2.725.674 3.319.842 3.706.501 DPK (Miliar Rupiah) 2.338.824 2.785.024 3.225.198 3.663.968 4.114.420 NPL (%) 2,56 2,17 2,85 2,70 2,16 BOPO (%) 86,14 85,42 74,10 74,08 76,29 ROA (%) 2,86 3,03 3,11 3,08 2,85 NIM (%) 5,27 5,22 5,49 4,89 4,23 CAR (%) 17,18 16,05 17,43 18,13 19,57 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2014 www.bi.go.id (Data Diolah) Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pada setiap tahunnya sejak tahun 2010 sampai tahun 2014, penyaluran kredit bank umum selalu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Tahun 2010, penyaluran kredit bank umum adalah sebesar Rp.1.765.845M. Di tahun berikutnya, tahun 2011 penyaluran kredit bank umum menjadi Rp.2.200.094M atau meningkat sebesar 24.59% dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2012, penyaluran kredit bank umum adalah sebesar Rp.2.725.674M atau meningkat sebesar 23,88% dari tahun 2011. Pada tahun 2013, penyaluran kredit bank umum adalah sebesar Rp.3.319.842M meningkat sebesar 21,79% dari tahun 2013. Pada tahun 2014, penyaluran kredit bank umum mencapai Rp.3.706.501M atau meningkat sebesar 11,64% dari tahun 2013. Pada bagian Dana Pihak Ketiga menunjukkan pertumbuhan yang konsisten naik dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Tahun 2010, DPK bank umum adalah sebesar Rp.2.338.824M. tahun 2011 DPK bank umum naik ke angka Rp.2.786.024M. Kemudian pada tahun 2012 DPK mengalami peningkatan kembali menjadi Rp. 3.225.198M. pada tahun 2013, DPK bank umum adalah 9

sebesar Rp.3.663.968M. pada tahun 2014, DPK bank umum mengalami peningkatan kembali mencapai angka Rp.4.114.420M. peningkatan jumlah DPK searah dengan peningkatan penyaluran kredit bank umum. Hal ini sesuai dengan terori yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit. Pada bagian Non Performing Loan menunjukkan perkembangan yang fluktuatif dari tahun 2010-2014. Pada tahun 2010, NPL bank umum sebesar 2,56%. Kemudian pada tahun 2011, NPL bank umum mengalami penurunan ke angka 2,17%. Namun pada tahun 2012, NPL bank umum mengalami kenaikan menjadi 2,85%. Di tahun berikutnya, pada tahun 2013, NPL mengalami penurunan kembali dari tahun sebelumnya yaitu 2,70%. Pada tahun 2014, NPL bank umum berada di posisi 2,16%. Peningkatan jumlah kredit harusnya searah dengan penurunan rasio NPL, namun berdasarkan data yang diperlihatkan pada tabel ternyata meskipun perkembangan NPL fluktuatif, perkembangan penyaluran kredit tetap secara konsisten naik setiap tahunnya. Pada bagian Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, pada tahun 2010-2013 diperlihatkan bahwa BOPO bank umum mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu sebesar 86,14% pada tahun 2010, turun menjadi sebesar 85,42% pada tahun 2011, kemudian turun lagi menjadi 74,10% pada tahun 2012, dan meskipun tidak begitu signifikan tetapi juga turun menjadi 74,08% pada tahun 2013. Namun pada tahun 2014, BOPO bank umum mengalami kenaikan menjadi 76,29%. Hal ini tidak sejalan dengan asumsi bahwa semakin kecil nilai BOPO maka semakin besar penyaluran kredit bank karena meskipun BOPO naik pada 10

tahun 2014, penyaluran kredit bank umum tetap mengalami kenaikan pada tahun yang sama. Pada bagian Return on Assets menunjukkan peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2012 yaitu sebesar 2,86% pada tahun 2010, pada tahun 2011 naik menjadi 3,03% dan naik lagi menjadi 3,11% pada tahun 2012. Namun pada tahun 2013 ROA bank umum turun ke angka 3,08% dan turun lagi pada tahun 2014 menjadi 2,85%. Pertumbuhan penyaluran kredit seharusnya berpengaruh positif dengan pertumbuhan ROA, tetapi data menunjukkan bahwa meskipun ROA bank umum mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2014, penyaluran kredit bank umum tetap mengalami kenaikan pada tahun yang sama. Pada bagian Net Interest Margin, diperlihatkan bahwa pada tahun 2010 NIM bank umum adalah sebesar 5,27%. Di tahun berikutnya, NIM bank umum mengalami penurunan menjadi 5,22%. Pada tahun 2012 NIM bank umum naik menjadi 5,49%. Pada tahun 2013, NIM bank umum kembali mengalami penurunan menjadi 4,89% dan turun kembali di tahun 2014 menjadi 4,23%. Dari data yang disajikan dapat diketahui bahwa meskipun pertumbuhan NIM bank umum cenderung fluktuatif, penyaluran kredit tetap konsisten naik setiap tahunnya. Pada bagian Capital Adequacy Ratio sempat mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu dari 17,18% pada tahun 2010 menjadi 16,05% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 sampai tahun 2014 CAR bank umum mengalami peningkatan yaitu masing-masing sebesar 17,43% pada tahun 2012, kemudian pada tahun 2013 naik menjadi 18,13%, dan naik lagi menjadi 19,57% pada tahun 2014. Perubahan 11

nilai CAR seharusnya berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit. Namun berdasarkan data yang didapat, meskipun CAR bank umum turun pada tahun 2011, penyaluran kredit bank umum tetap naik pada tahun yang sama. Telah banyak penelitan yang dilakukan yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit perbankan, akan tetapi masih ditemukan research gap atau perbedan hasil antara penelitian yang satu dengan penelitian lainnya. Perbedaan hasil tersebut ditemukan pada variabel DPK, NPL, ROA, dan CAR terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Penelitan mengenai pengaruh DPK terhadap penyaluran kredit perbankan yang dilakukan oleh Pratama (2010), Hassanudin dan Prihatiningsih (2010), Yuda (2010), Sari (2013), Dewiyani (2013) dan Primasari (2015) menyatakan bahwa DPK berpengaruh positif dan siginifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Namun hasil berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Satria dan Subegti (2010) yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit. Penelitan mengenai pengaruh NPL terhadap penyaluran kredit yang dilakukan oleh Pratama (2010), Yuda (2010), dan Sari (2013) menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Sedangkan menurut penelitan yang dilakukan oleh Hassanudin dan Prihatiningsih (2010), dan Satria dan Subegti (2010), menyatakan bahwa NPL memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Hasil yang berbeda juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Primasari (2015) dan Dewiyani 12

(2013) yang menyatakan bahwa NPL memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Penelitian mengenai pengaruh ROA terhadap penyaluran kredit perbankan yang dilakukan oleh Satria dan Subegti (2010) menyatakan bahwa ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Hasil berbeda ditemukan pada penelitan yang dilakukan oleh Yuda (2010) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Primasari (2015) menyatakan bahwa ROA memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Penelitian mengenai pengaruh CAR terhadap penyaluran kredit perbankan yang dilakukan oleh Pratama (2010), Yuda (2010) dan Sari (2013) menyatakan bahwa CAR memiliki pengaruh negatif dan siginifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Sedangkan menurut penelitan yang dilakukan oleh Satria dan Subegti (2010) menyatakan bahwa CAR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Hasil berbeda ditemukan pada penelitan yang dilakukan oleh Primasari (2015) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Berikut tabel ringkasan research gap yang ditemukan dari penelitanpenelitan terdahulu yang menganalisis pengaruh DPK, NPL, ROA, dan CAR terhadap penyaluran kredit perbankan: 13

Variabel Peneliti Primasari (2015) Sari (2013) Pratama (2010) DPK Hassanudin dan Prihatiningsih (2010) Yuda (2010) Satria dan Subegti (2010) Primasari (2015) Pratama (2010) Sari (2013) Yuda (2010) NPL Hassanudin dan Prihatiningsih (2010) Satria dan Subegti (2010) Febriyanto (2013) Dewiyani (2013) Satria dan Subegti (2010) Primasari (2015) ROA Yuda (2010) Febriyanto (2013) Satria dan Subegti (2010) Pratama (2010) Sari (2013) CAR Yuda (2010) Primasari (2015) Febriyanto (2013) Dewiyani (2013) Sumber : Berbagai penelitian terdahulu Tabel 1.2 Research Gap Hasil Penelitian Positif Negatif Siginfikan Signifikan Tidak Signifikan Berdasarkan fenomena dan teori yang telah diungkapkan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penyaluran kredit bank umum. Peneliti membatasi penelitian terhadap faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit, yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequacy Ratio (CAR). 14

Selanjutnya penelitian ini diberi judul Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Rasio Risk Based Bank Rating Terhadap Penyaluran Kredit Pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh siginfikan terhadap penyaluran kredit bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap penyaluran kredit bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada beberapa pihak antara lain: 15

1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan serta informasi mengenai temuan dan bukti empiris yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit perbankan di Indonesia. 2. Bagi Perusahaan Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi dasar pertimbangan perbankan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam pengambilan kebijakan mengenai penyaluran kredit. 3. Bagi Peneliti Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan, serta informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit. 4. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian diharapkan dapat menambah refrensi, informasi dan wawasan kepada pengguna untuk mengatahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit serta sebagai sumber pengetahuan. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penyaluran kredit perbankan. 16