TUJUAN PEMBELAJARAN SETELAH MEMPEJARI SESSI INI MAHASISWA DAPAT :

dokumen-dokumen yang mirip
3/22/2012. Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi

BAB V PEMBAHASAN. pada mata pelajaran PAI di SDI Miftahul Huda Plosokandang. Tulungagung, dibuktikan dari perolehan nilai

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina

Tatik Haryani, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013

OTAK DAN BERAGAM KECERDASAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

William James Sidis, berakhir tragis

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia mulai diperkenalkan sebagai suatu pendekatan baru. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

KECERDASAN SPIRITUAL, EMOSIONAL, DAN INTELEKTUAL DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang mendukung dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada SDM yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Sayangnya, kemajuan dibidang ini tidak diimbangi dengan kemajuan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penulis mengambil. 1. Konsepsi kecerdasan emosional dan spiritual didasari oleh konsep bahwa

PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara

BAB I PENDAHULUAN. Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

II. KAJIAN TEORI. A. Pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional seperti yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara 1. yang tersebar diseluruh tubuh 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB IV. variabel terikat (Y) dan tiga variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ). Variabel terikat (Y)

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya

A. Latar Belakang Masalah

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

KECERDASAN WIRAUSAHA. Kecerdasan Finansial dan Teknologi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menemukan program baru dalam meningkatkan mutu serta kualitas. pendidikan dilembaga mereka, agar tidak kalah dengan lembaga-lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NILAI-NILAI EQ (EMOTIONAL QUOTIENT) PADA NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN PEMBELAJARAN DI SMA

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda, antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari hal-hal sederhana sampai

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK?

LATAR BELAKANG. Ideal: Realita:

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan eksistensi kehidupanya di muka bumi. Ketiga potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan memiliki potensi diri serta perilaku yang berbeda-beda satu dengan yang

BAB III KONSEP DASAR KECERDASAN SPIRITUAL

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara. PUSDIKMIN

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB V PEMBAHASAN. kecerdasan spiritual pada nilai kejujuran di MTs Al-Ma arif pondok. pesantren Salafiyah As-Syafi iyah Panggung Tulungagung.

TUGAS 2 STANDAR LAYANAN PEMBELAJARAN. OLEH : LENI YUMIATI, S.Kom., M.Kom UNIVERSITAS ANDALAS

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaannya), adanya hubungan kurang baik antar rekan kerja,

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

PIDATO SAMBUTAN PADA PEMBUKAAN TRAINING ESQ DI JAKARTA SABTU, 13 FEBRUARI 2010

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Intelligent Quotient

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi, hal ini disebabakan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kualitas kinerja pegawai pemerintahan di Indonesia pada

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. hitungan hari saja. Bukan hanya perusahaan-perusahaan saja yang merasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

Kecerdasan Spiritual dalam Kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

MENGENAL KECERDASAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada landasan epistemologis mengenai manusia seutuhnya, yaitu. potensi menuju kehidupan yang lebih baik.

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

Transkripsi:

Kecerdasan

TUJUAN PEMBELAJARAN SETELAH MEMPEJARI SESSI INI MAHASISWA DAPAT : 1 Mengetahui HQ (Health Quotient) dan MQ (Moral Quotient) 2 3 Mengetahui EQ (Emotional Quotient) Mengetahui IQ (Intelligent Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient)

Kecerdasan Pemahaman, kecepatan dan kesempurnaan sesuatu. Kemampuan dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna. Kekuatan intuitip. Courtesy of : http://tarbiyah-iainantasari.ac.id/artikel_detail.cfm?judul=114

Leonardo da Vinci Universal Genius, asal Italy, IQ 220 Courtesy of : http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=189273

Johann Wolfgang von Goethe Germany, IQ 210

Gottfried Wilhelm von Leibniz Germany 205

Emanuel Swedenborg Sweden, IQ = 205

William James Sidis USA 200

Health Quotinent When one has health, one has hope, when one has hope, one has everything! ( http://ezinearticles.com/450354 ) Adalah kecerdasan untuk berkeinginan menjadi sehat lahir dan bathin. Artinya fisik dan pikiran merupakan hal yang penting untuk menjadi sehat. Kesehatan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan 100% tubuh dan pikiran kita untuk tujuan yang dipilih secara sadar. Ini adalah kondisi di mana bahwa tubuh dan pikiran anda bukan anda tapi milik anda. Kita harus menguasai tubuh dan pikiran kita.

Lanjutan We are responsible for our well-being and health of body, mind, emotion and soul. We must acquire the knowledge of know-how to look after our own health. HQ is a necessity for survival. All of us must learn to attain all 4 levels of health. This is the only race that all of us should be winners not whiners in achieving total health and happiness. Ignorance will be very expensive. Doctors cannot put scrambled eggs into its shells, nobody can. (http://ezinearticles.com/450354)

Moral Quotient Moral = akhlak, tingkah laku yang bersusila. Moral = Ciri-ciri khas seseorang atau kelompok orang dengan perilaku pantas dan baik menurut hukum atau adat istiadat yang mengatur tingkah laku. Moral = sikap dan tindakan yang memacu pada baik buruk. Normanya adalah menentukan benar salah sikap dan tindakan manusia dilihat dari aspek buruknya. Menurut Bourke, Moral sebagai padanan Etika.

Lanjutan MQ = Kecerdasan untuk mampu sepenuhnya hidup di tengah masyarakat. Artinya kita harus dapat mengurus diri sendiri dengan kebutuhan dasarnya dulu baru bisa membantu orang lain. Ibaratnya bagaimana mungkin kita memberi makan orang lain kalau kita sendiri tidak tahu dari mana asal makanan itu datang? Kemampuan ini adalah kombinasi antara informasi dan keterampilan.

Kecerdasan Moral Menurut Robert Coles, kecerdasan moral seolah-olah bidang ketiga dari kekgiatan otak (setelah IQ dan EQ) yang berhubungan dengan kemampuan yang tumbuh perlahan-lahan untuk merenungkan mana yang salah dan mana yang benar dengan menggunakan emosional dan intelektual manusia.

Intelligence Quotient Adalah kecerdasan logika. Menurut Stephen R. Covey, IQ adalah kecerdasan manusia yang berhubungan dengan mentalitas, yaitu kecerdasan untuk menganalisis, berfikir, menentukan kausalitas, berfikir abstak, bahasa, visualisasi, dan memahami sesuatu. IQ adalah alat kita untuk melakukan sesuatu letaklnya di otak bagian korteks manusia. Kemampuan ini pada awalnya dipandang sebagai penentu keberhasilan sesorang. Namun pada perkembangan terakhir IQ tidak lagi digunakan sebagai acuan paling mendasar dalam menentukan keberhasilan manusia. Karena membuat sempit paradigma tentang keberhasilan, dan juga pemusatan pada konsep ini sebagai satu satunya penentu keberhasilan individu dirasa kurang memuaskan karena banyak kegagalan yang dialami oleh individu yang ber IQ tinggi

lanjutan IQ adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, kita memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang, dan meraih nilai yang tinggi dalam uji IQ.

lanjutan Orang bisa saja mendapatkan hasil uji IQ yang tinggi, tapi mereka tidak berhasil dalam kehidupan pribadi maupun pekerjaan. Mereka sering mengesalkan orang lain;kesuksesan kiranya hanya tinggal mimpi. Biasanya mereka tidak tahu penyebabnya. Alasannya adalah karena mereka kurang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang dijelaskan oleh berbagai macam definisi. Singkatnya, EQ adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan didunia yang rumit, aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari. Dalam bahasa sehari-hari, EQ disebut sebagai akal sehat.

Emotional Quotient Adalah kecerdasan untuk memiliki kehidupan yang kaya emosi. Kecerdasan mengelola rasa. Artinya ia mampu membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. Ia mampu juga untuk menunjukkan sikap marah jika memang diperlukan untuk marah. Ia juga akan sedih jika memang suasananya mendukung untuk sedih, begitu pula jika ia sedang berada pada situasi gembira, ia mampu untuk mengungkapkan kegembiraannya. Orang seperti ini tampak alami dan manusiawi, karena ia bisa bergaul dengan sesama, mahluk hidup, alam, dan lingkungannya.

lanjutan Goleman menyodorkan fakta atau bukti bahwasanya dalam menjalani kehidupan dan penghidupan di dunia ini (termasuk interaksi sosial dan lain lain) merupakan sesuatu yang keliru jika menganggap bahwasanya kecerdasan logika (kognitif) atau yang sering disebut dengan Kecerdasan Berfikir (Intelligence Quotient) merupakan faktor yang menentukan sukses tidaknya seseorang dalam menjalani hidup.

lanjutan Pentingnya IQ dan EQ dalam mencapai kesuksesan dibuktikan oleh para pelaku terbaik sejarah manusia bumi, diantaranya adalah Bill Gates, orang terkaya di dunia, sang pemilik royalti Microsoft, Larry Ellison CEO of Oracle orang terkaya nomor dua, Michael Dell CEO dari DEL Corp., orang terkaya nomor tiga dan masih banyak lagi. Sepintas kita dibuat takjub oleh keunggulan kekuatan IQ dan EQ manusia. Namun ketakjuban itu tak berlangsung lama. Kita kembali tersentak oleh hasil akhir teori IQ dan EQ. bukankah semuanya hanya berorientasi kebendaan dan hubungan antar manusia semata? tiadakah teori lain yang dapat melahirkan sebuah muara selain hanya materi dan hubungan antara manusia? Bukankah hanya mengejar kebendaan, berarti hanya mencakup satu tujuan saja, yaitu amaliyah duniawi yang manifes, aktual dan fana?

Spiritual Quotient Munculah teori SQ. SQ (kecerdasan spiritual), yang merupakan temuan terkini secara ilmiah, pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, masingmasing dari Harvard University dan Oxford University melalui riset yang sangat komprehensif. Pembuktian ilmiah tentang SQ diantaranya adalah : pertama, riset ahli psikologi/syaraf, Michael Persinger pada awal tahun 1990-an, dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli syaraf V.S Ramachandran dan timnya dari California University, yang menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia. Ini sudah built-in sebagai pusat spiritual yang terletak diantara jaringan syaraf manusia.

Lanjutan SQ adalah kecerdasan mejadi ilahi. Keilahian yang dimaksud adalah bukan merujuk pada kemampuan supranatural yang mampu melihat dan menangkap roh atau getaran energi, di sini yang dimaksud adalah daya memiliki informasi yang berkualitas tinggi. Artinya orang yang ilahi adalah orang yang memiliki hasrat, yaitu keinginan yang kuat untuk membantu semua orang karena ia sanggup menghasilkan informasi yang produktif.

lanjutan SQ membimbing kecerdasan lainnya. Individu yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi, mampu menyandarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang ia peroleh, dari sana ketenangan hati akan muncul. Jika hati telah tenang (EQ) akan memberi sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi para simpatis. Bila ia telah tenang karena aliran darah telah teratur maka individu akan dapat berfikir secara optimal (IQ), sehingga ia lebih tepat dalam mengambil keputusan. Manajemen diri untuk mengolah hati dan potensi kamanusiaan tidak cukup hanya denga IQ dan EQ, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sangat berperan dalam diri manusia sebagai pembimbing kecerdasan lain

Emotional and Spiritual Quotient SQ dari barat tersebut belum atau bahkan menjangkau ketuhanan. Pembahasannya baru sebatas tataran biologi atau psikologi semata, tidak bersifat transedental. Akibatnya kita masih merasakan adanya "kebuntuan Maka muncullah teori ESQ (Emotional and Spiritual Quotient), dan kita patut bersyukur karena teori ini ditemukan di Indonesia oleh Ary Ginanjar Agustian beberapa tahun yang lalu. Beliau mengatakan bahwa kebenaran sejati, sebenarnya terletak pada suara hati yang bersumber dari Spiritual Center ini, yang tidak bisa ditipu oleh oleh siapapun, atau oleh apapun, termasuk diri kita sendiri. Hal ini digambarkan dalam ESQ model.

Lanjutan ESQ adalah cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi spiritual dalam proses berpikir kita (IQ) dan proses merasa kita (EQ) dalam membuat keputusan serta dalam berpikir atau melakukan sesuatu

Esensi dari teori ESQ Kita bisa melihat kebenaran jika emosi kita jernih. Beliau menemukan bahwa ada beberapa hal yang dapat menutupi kejernihan emosi kita yaitu: pengaruh prasangka negatif, pengaruh prinsip hidup, pengaruh pengalaman, pengaruh kepentingan & prioritas, pengaruh sudut pandang, pengaruh pembanding, dan pengaruh literatur. Alam pikiran sangat berpengaruh dalam kesuksesan, dan cara membangunnya adalah melalui Rukun Iman, sehingga nantinya akan terbentuk karakter manusia yang memiliki tingkat kecerdasan emosi dan spiritual yang tinggi seperti keadaan awal fitrah manusia. Perlunya pengasahan hati yang telah terbentuk melalui Rukun Islam yang terdiri atas : pernyataan misi melalui dua kalimat Syahadat, pembangunan karakter melalui Shalat, pengontrolan diri melalui Puasa, Hubungan sosial melalui Zakat dan total aksi melalui Haji. Hal ini dilakukan secara sistematis.