BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman padi dapat hidup baik pada daerah yang beriklim panas yang lembab, sehingga pada tanaman padi sawah membutuhkan air yang cukup banyak terutama pada saat pembentukan malai (bunga padi), pembungaan dan pembuahan. Sedangkan pada saat pembungaan dan pemanenan tanaman ini tidak membutuhkan air yang berlebihan. Menurut Grist (1960), padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut. Divisio Sub division Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Poales : Graminae : Oryza Linn Specie s : Oryza sativa L. Tohir (1993), mengatakan bahwa tanaman padi diusahakan pada dua jenis lahan yaitu lahan basah (sawah) dan lahan kering (tadah hujan). Padi yang diusahakan pada lahan basah (sawah) dikenal sebagai padi sawah, sedangkan padi yang dibudidayakan pada lahan kering (tadah) dikenal sebagai padi ladang. Dalam penanaman padi sawah pengairan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, sehingga penggunaannya lebih efektif. Sedangkan pada lahan kering 6
7 atau sawah tadah hujan, kebutuhan tanaman akan air semata-mata sangat diharapkan pada datangnya air hujan. Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Dengan kata lain, padi dapat hidup baik di daerah yang beriklim panas yang lembab. Beberapa faktor iklim ( tidak terkontrol) yang dapat memperngaruhi produksi padi sawah di Provinsi Sumatera Utara yakni suhu, kelembaban udara dan curah hujan. a. Suhu Suhu mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman. Suhu yang panas merupakan suhu yang sesuai bagi tanaman padi. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 24 o C 30 o C. Suhu optimum merupakan suhu yang tepat untuk keadaan pertumbuhan dan perkembangan padi. Berdasarkan penelitian Welch et,al (2010) yaitu meningkatnya suhu diluar daerah optimal yang menjadi lebih panas maka produksi padi akan menurun. Sehingga keadaan suhu yang baik mampu meningkatkan produksi padi a. Kelembaban Udara Kelembaban udara yang sesuai dapat dilihat dengan keadaan suhu di daerah penanaman padi. Sehingga tanaman padi dapat tumbuh baik dengan mneghasil produksi yang besar. Wilayah dengan keadaan suhu 27 o C - 32 o C dengan kelembaban lebih dari 85% dapat di katagorikan sebagai daerah yang sesuai untuk pertanaman padi. Berikut Tabel 2.1 mengenai kesesuai suhu dan kelembaban udara (Rathnayake,2016).
8 Tabel 2.1 Kesesuaian Suhu dan Kelembaban Suhu Kelembaban Kesesuaian 27 o C - 32 o C 60% - 80% Sangat Sesuai 80% 85% Sangat Sesuai >85% Sesuai 32 o C - 35 o C 60% - 80% Sesuai 80% 85% Sedang >85% Sedang >35 o C 60% - 80% Hampir Sesuai Sumber : Rathyanake, 2016 b. Curah hujan 80% 85% Tidak Sesuai >85% Tidak Sesuai Curah hujan dinyatakan dalam satuan mm/tahun. Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000mm. Berdasarkan penelitian Aisyah (2014) curah hujan mempengaruhi produksi padi, apabila curah hujan rendah maka akan terjadi kekeringan dan menyebkan terhambatnya masa tanaman atau menyebabkan gagal panen. Adapun faktor input terkontrol yang mempengaruhi produksi padi sawah di Sumatera Utara adalah luas panen, ketersediaan pupuk subsidi ( Urea, SP-36 dan NPK) pada tanaman padi. c. Luas Panen Luas areal panen padi adalah jumlah seluruh lahan yang dapat memproduksi padi. Areal panen yang memadai merupakan salah satu syarat untuk
9 terjaminnya produksi beras yang mencukupi. Peningkatan luas areal panen padi secara tidak langsung akan meningkatkan produksi padi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi alam yang terjadi pada suatu musin tanam. Apabila kondisi alam bersahabat dalam artian tidak terjadi kekeringan maupun kabanjiran, maka dapat diharapkan terjadi peningkatan dalam luas areal panen padi, sehingga berpengaruh terhadap produksi beras (Sya ad 2012) d. Pupuk Subsidi Melalui Surat Keputusan Menperindag No. 70/MPP/Kep/2/2003 tanggal 11 Pebruari 2003, tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian, Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program Pemerintah. 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Perubahan Iklim Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi unsur-unsur iklim di atmosfer bumi dalam jangka waktu panjang yang disebabkan oleh aktivitas perubahan komposisi atmosfer dan kesalahan tata guna lahan oleh manusia. Petani di Indonesia melakukan adaptasi perubahan iklim karena pernah mengalami gagal panen, salah satunya mengubah pola tanam dan waktu tanam yang sesuai dengan keadaan iklim yang terjadi. Petani sudah berusaha melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim untuk mempertahankan produksi dan produktivitasnya. Akan tetapi, apabila tidak diimbangi dengan pihak pihak lain dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK), maka usaha petani akan semakin sulit.
10 2.2.2. Unsur-unsur Perubahan Iklim Menurut Soerjani (2008), teori iklim merupakan teori yang melandaskan perubahan-perubahan iklim yang berfluktuasi dari cuaca yang terjadi. Pada dasarnya perubahan iklim dapat terjadi karena alam dan karena campur tangan manusia dan dapat berlangsung dalam skala luas dan skala kecil. a. Suhu Terdapat perbedaan suhu dari belahan dunia satu dengan yang lainnya. Bahkan perbedaan suhu dapat terjadi pada suatu tempat dengan ketinggian yang berbeda. Setiap kenaikan 100m suatu tempat dari permukaan laut, maka suhu udara akan turun sebesar 0,6 o C (Leonheart,2010). Selain itu, suhu udara dapat mengalami perbedaan dengan jenis musim pada suatu daerah. b. Curah Hujan Perubahan iklim tidak hanya dipengaruhi oleh suhu, akan tetapi juga dipengaruhi oleh curah hujan yang tidak merata dalam waktu yang tidak dapat diprediksi. Curah hujan dapat mempengaruhi pergeseran musim yang berdampak pada periode masa tanam. Curah hujan yang terlalu rendah akan menyebabkan menurunnya ketersedian air. Sebaliknya curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan banjir, berdampak pada kegagalan panen karena tanaman rusak dan tergenang. c. Kelembaban Kelembaban berpengaruh pada perkembangbiakan Organisme Perusak Tanaman. Pada lahan persawahan, umunya tingkat kelembaban yang tinggi dapat mempercepat perkembangbiakan OPT. Akibatnya, produksi tidak dapat optimal, bahkan menyebabkan gagal panen.
11 2.2.4. Dampak Perubahan Iklim a. Kekeringan Kekeringan adalah kondisi dimana curah hujan rendah, suhu meningkat dan kelembaban rendah. Kekeringan dapat menyebabkan lahan pertanian tidak bisa ditanami karena kekurangan persediaan sehingga petani mengalami gagal panen. b. Banjir Banjir terjadi karena terlalu banyak curah hujan yang turun pada suatu daerah dan menyebabkan air tergenang. Banjir dapat berdampak pada penurunan produksi pertanian, kegagalan panen, kesehatan manusia. Salinitas yang kurang baik menyebabkan air tidak dapat mengalir ke tempat seharusnya dan menggenang menjadi banjir. c. Mempercepat Perkembangan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) Perubahan iklim memicu perkembangan OPT. Apabila terjadi musim hujan panjang, maka tingkat kelembaban tinggi ddan menyebabkan penyakit tanaman akan cepat berkembang. 2.2.2. Fungsi Produksi Fungsi produksi menunjukkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan dalam jangka waktu terntentu menggunakan berbagai kombinasi sumber daya yang digunakan dalam produksi. Suatu fungsi produksi menggambarkan semua metode produksi yang efisien secara teknis dalam arti kuantitas faktor produksi yang minimal. Produksi padi tergantung pada salah satu penggunaan input pupuk dan luas panen. Secara umum diketahui bahwa output akan meningkat seiring dengan
12 penambahan input pupuk hingga tingkat penggunaan pupuk tertentu. Pada tingkat penggunaan input yang lebih banyak output akan menurun karena terjadi ketidakseimbangan unsur hara di dalam tanah. Sedangkan luas panen, output akan meningkat apabila luas areal panen meningkat. Sebaliknya, apabila luas panen rendah maka output produksi padi juga rendah. 2.3. Penelitian Terdahulu Berikut ini merupakan informasi dari beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi pandangan untuk penelitian yang dilakukan oleh: Berdasarkan penelitian Yuliawana, T. dan Handoko, I. (2015), yang berjudul Efek Pada Meningkatknya Suhu Terhadap Produksi Padi di Indonesia Menggunakan Metode Shierary Rice denga Sistem Infromasi Geografis (SIG). Dengan hasil analisis bahwa suhu telah memberikan efek terhadap produksi padi. Produksi padi akan menurun 14,4% dengan meningkatnya 1 o C suhu udara. Hal ini berdasarkan pada bentuk lahan sawah, irigasi serta drainase. Klivensi, I. M. (2015), yang berjudul Analisis Faktor Produksi Padi Sawah Di Desa Tompasobaru Dua. Menggunakan metode Regresi Linear Beganda. Dengan hasil analisis variabel luas panen, pupuk dan Tenaga Kerja berpengaruh terhadap produksi padi di Desa Tompasobaru. Aisyah, S. (2014), yang berjudul Pengaruh Iklim dan Input Produksi Terhadap Produksi Padi Di Provinsi Jawa Tengah. Menggunakan Regresi Data Panel. Dengan hasil analisis bahwa variabel curah hujan, suhu berpengaruh signifikan terhadap produksi padi di Jawa Tengah dan variabel tenaga kerja dan pupuk tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi di Jawa Tengah.
13 Hosang, P.R., Tatuh, J., dan Johannes E.X. Rogi (2012), yang berjudul Analisis Kuantitatif Model Shierary Rice. Dengan hasil produksi/produktivitas padi mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu udara dan curah hujan. Ketersedian beras akan mengalami defisit mulai tahun 2020. Ahmed, M N. dan Schmitz, M. (2011), yang berjudul Penilaian Ekonomi dari Dampak Perubahan Iklim di Pertanian Pakistan. Dengan metode Regresi Data Panel. Dengan hasil analisis bahwa perubahan iklim menunjukkan dampak yang signikan terhadap produksi tanaman pangan dan adanya pengaruh signifikan faktor pertanian, dengan kenaikan satu unit faktor pertanian per hektar mampu meningkatkan 1100kg/ha produksi tanaman pangan. Adams et al. (2009), yang berjudul Dampak Perubahan Iklim di Sektor Pertanian Asia Tenggara. Dengan hasil analisis adanya pengaruh dari dampak perubahan iklim di wilayah Asia Tenggara yang menyebabkan kerugian besar sektor pertanian di Asia Tenggara. Triyanto, J. (2006), yang berjudul Analisis Produksi Padi di Jawa Tengah. Menggunakan metode Regresi Linear Berganda. Dengan hasil analisis variabel luas lahan, tenaga kerja, benih dan pompa air memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Jawa Tengah. Peng, et al (2004), yang berjudul Produksi Padi Menurun dengan Suhu Udara Malam Meningkat Akibar Pemanasan Global di Philipina. Dengan hasil analisis produksi padi di philipina menurun sebesar 15% setiap kenaikan 1 0 C suhu udara pada saat musim tanama
14 2.4. Kerangka Pemikiran Produksi padi sawah merupakan hasil dari pemanfaatan input produksi secara bersama-sama. Sehingga ada beberapa faktor yang mampu mempengaruhi produksi padi sawah, yakni faktor tidak terkontrol dan yang terkontrol, faktor yang tidak terkontrol adalah iklim. Perubahan iklim dapat memberikan dampak positif serta negatif terhadap budidaya padi sawah di Provinsi Sumatera Utara, serta faktor yang terkontrol pupuk subsidi, luas panen dan irigasi juga berkontribusi dalam menyebabkan angka produksi tanaman pertanian tidak stabil. Dengan aspek tersebut dibutuhkan studi yang mempelajari bagaimana dampak dari perubahan iklim serta bagaimana penilaian ekonomi terhadap produksi padi sawah. Berikut ini keterangan secara singkat mengenai hal tersebut yang digambarkan dalam kerangka pemikiran dalam Gambar 1.1. Faktor Tidak Terkontrol Faktor Terkontrol Suhu Curah hujan Kelembaban Produktivitas Padi Sawah Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Luas Panen Pupuk Subsidi Keterangan : Adanya Pengaruh
15 2.5. Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun hipotesis yang perlu diuji kebenarannya yaitu sebagai berikut: 1. Suhu berpengaruh terhadap produksi padi sawah di Provinsi Sumatera Utara. 2. Curah Hujan berpengaruh terhadap produksi padi sawah di Provinsi Sumatera Utara. 3. Kelembaban berpengaruh terhadap produksi padi sawah di Provinsi Sumatera Utara. 4. Luas panen berpengaruh terhadap produksi padi sawah di Provinsi Sumatera Utara. 5. Pupuk subsidi berpengaruh terhadap produksi padi sawah di Provinsi Sumatera Utara.