Arum Wisnanti 26, Sunardi 27, Dinawati Trapsilasiwi 28

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN LEMBAR KERJA SISWA MODEL PEMBELAJARAN CORE DENGAN TEKNIK MIND MAPPING

Nurul Afisa 24, Titik Sugiarti 25, Dinawati Trapsilasiwi 26

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Laily Anisa Nurhidayati 38, Susanto 39, Dafik 40

Tika Nurpitasari 23, Suharto 24, Arika Indah Kristiana 25

Novi Dwi Lestari 10, Hobri 11, Dinawati Trapsilasiwi 12

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

Siti Masruha 21, Sunardi 22, Arika Indah K 23

Maharani Gita K. 4, Dinawati Trapsilasiwi 5, Arika Indah K. 6

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SETTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) POKOK BAHASAN KUBUS dan BALOK

Alvian Agung K 22, Suharto 23, Dinawati Trapsilasiwi 24

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN KELAS VIII SMP

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERKARAKTER BERBASIS QUANTUM TEACHING PADA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII SMP

Verial Rohisah R 34, Sunardi 35, Didik Sugeng P 36

Erna Yunita Sari 37, Sunardi 38, Susanto 39

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERKARAKTER BERDASARKAN WHOLE BRAIN TEACHING POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG KELAS IX SMP

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN SETTING

Agung Setiabudi et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika...

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DIPADUKAN BUDAYA LOKAL PAPUA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) POKOK BAHASAN PERBANDINGAN UNTUK SMP KELAS VII BERSTANDAR NCTM (NATIONAL COUNCIL OF TEACHERS OF MATHEMATICS)

Siti Nurhayati 21, Didik S. Pambudi 22, Dinawati Trapsilasiwi 23

M. Wildan Athoillah 13, Dafik 14, Hobri 15

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KARAKTER DENGAN COOPERATIVE LEARNING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA METODE GENIUS LEARNING

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

Ferina Widya Wiyanti et al., : Pengembangan Tes Matematika Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi...

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KETERAMPILAN MELUKIS SUDUT UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SKRIPSI

Karuniaji Fitra Insani 35, Suharto 36, Arika Indah. K 37

Indah Figa Wardhani 1, Hobri 2, Ervin Oktavianingtyas 3

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS WEB MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN APLIKASI MOODLE SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KEUANGAN BERDASARKAN MODEL POLYA SISWA SMK NEGERI 6 JEMBER

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK SETIAP TAHAP MODEL POLYA DARI SISWASMK IBU PAKUSARI JURUSAN MULTIMEDIA PADAPOKOK BAHASAN PROGRAM LINIER

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES KALKULUS LANJUT 2 BERBASIS PEMECAHAN MASALAH. Fitrianto Eko Subekti dan Reny Amalia Widiyanti

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL SUDUT, LUAS, DAN KELILING SEGITIGA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 MLATI, SLEMAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PENDEKATAN REALISTICSMATHEMATICS EDUCATION

Lubis Muzaki 3, Slamin 4, Dafik 5

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

Aya Shofia Maulida et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran berbantuan Media Simulasi Virtual...

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Surakarta pada kelas X Semester II

Sinta Hartini Dewi et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berstandar...

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

Ellan 1, Hobri 2, Nurcholif 3

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH TERBUKA BERBASIS POLYA SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX SMP NEGERI 7 JEMBER

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED SISWA KELAS X SMA TAMAN MADYA JETIS YOGYAKARTA

RATNA DWI WULANDARI NIM

BAB III METODE PENELITIAN

UJI INSTRUMEN SOAL KOGNITIF

BAB III METODE PENELITIAN

WIYATA DHARMA Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Website:

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BRAILLE SUBPOKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI KELAS VII SMPLB-A (TUNANETRA)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN BEBAN KOGNITIF PADA MATERI TRIGONOMETRI KELAS X SMK

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK

BAB III METODE PENELITIAN. Tibawa Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Waktu penelitian, sejak

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya

Key Words: Whole Brain Teaching, Quantum Learning, Lesson Plan, Student Book, Worksheet and Final Test.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan sampel.

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif ini penulis ingin memaparkan data-data dan menganalisis data

Arif Priyanto et al., Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika...

Yudy Tri Utami 3, Susanto 4, Arif 5

Rositasari et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pendekatan Contextual...

Ratna Syafitri 31, Dafik 32, Hobri 33

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan Van den Akker (1999:3-5) tujuan penelitian pengembangan bisa

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE SISWA KELAS VIID SMP N 1 SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG

Desi Wahyuningtyas 16, Didik Sugeng Pambudi 17, Dinawati Trapsilasiwi 18

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

Kiki Dewi Rahmawati et al., Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa... Kata kunci: kemampuan metakognisi, metakognisi, penyelesaian masalah, polya.

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PEMBELAJARAN PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL DI MAN YOGYAKARTA I

BAB III METODE PENELITIAN

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

PENGEMBANGAN INDIKATOR 4C S YANG SELARAS DENGAN KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMA/MA KELAS XI SEMESTER 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan ( Classroom Action Research ),

Gathut Limardani et al., Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan...

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN

Abstract

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS REALISTIK UNTUK MATERI RUANG DIMENSI TIGA PADA KELAS X SMA N 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ABSTRACT

Pengembangan Trainer Audio... (Beni Juniarto R R)1

BAB III METODE PENELITIAN

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Penelitian

Transkripsi:

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN METAKOGNISI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII Arum Wisnanti 26, Sunardi 27, Dinawati Trapsilasiwi 28 Abstract.Metacognitionis thestudents' understanding of their weaknessesandstrengthsin learningandself-regulating during they are study, such asplanning, use andevaluationprocess. The research purposes are knowing process and result of development of instruments assessment junior high school students metacognition in solving mathematical story problems on the topic of pythagoras theorem in class viii. Instruments assessmentdevelopment model refers to Plomp model. Based on validation process and tryout the instruments assessment can be concluded that the learning sets had been appropriate with validate, reliable and practicecriteria. The result of the researchshows that the instruments satisfy the criteria of validity coefficient reaches 0,92, the reliability coefficient 0,8 andthe practicality percentage reaches 100 %. Key Words:instruments assessment, metacognition, problem solving PENDAHULUAN Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas ini dituntut seiring dengan kemajuan ilmu teknologi (IPTEK). Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas SDM adalah dengan menyempurnakan kurikulum yang digunakan dari waktu ke waktu. Pemerintah selalu memperbarui kurikulum dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan peserta didik yang ada di dalamnya. Dalam peningkatan pendidikan, pemerintah fokus pada kemampuan peserta didik. Proses perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas guru serta bahan ajar. Pada proses pembelajaran peserta didik dimungkinkan adanya peningkatan kesadaran terhadap apa yang telah dipelajari. Hal ini berkaitan dengan hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar peserta didik dapat dikatakan berkualitas apabila peserta didik 26 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 27 Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 28 Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember

78 Kadikma, Vol. 5, No. 1, hal 77-86, April 2014 secara sadar mampu mengontrol proses kognitifnya dan berdampak pada peningkatan kemampuan metakognisinya. Dengan kata lain, bahwa kemampuan metakognisi juga memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas hasil belajar. Karena pada dasarnya metakognisi dalam proses pembelajaran menjadi pengontrol dan pemantau cara berpikir peserta didik. Pada mata pelajaran matematika kemampuan metakognisi berkaitan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah. Dalam pemecahan masalah, kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika dan menafsirkan solusi yang didapat. Kemampuan-kemampuan tersebut sangat penting dalam proses penyelesaian sehingga siswa dituntut untuk mengikuti langkah-langkah atau tahap-tahap dalam memecahkan masalah yaitu membaca, memahami masalah, analisis, eksplorasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pemeriksaan solusi. Dalam hal ini, kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dapat diterapkan secara langsung ketika menghadapi permasalahan berupa soal cerita matematika. Pemberian soal cerita di sekolah menengah dimaksudkan untuk memperkenalkan kepada siswa tentang kegunaan matematika dalam kehidupan seharihari dan untuk melatih kemampuan mereka dalam pemecahan masalah. Selain itu, dengan adanya cara ini diharapkan dapat menimbulkan rasa senang siswa untuk belajar matematika karena mereka menyadari pentingnya matematika dalam kehidupan seharihari. Namun, kenyataannya banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti setiap langkah pemecahan masalah. Akibatnya tidak sedikit siswa tanpa sadar melakukan penyimpangan pada saat menyelesaikan soal cerita. Sehingga banyak siswa yang melakukan kesalahan dan tidak mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik. Siswa juga tidak menyadari aktifitas kognitifnya dalam memahami masalah yang menimbulkan kesulitan. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan siswa adalah saat menyelesaikan soal cerita pada materi Theorema Pythagoras. Pemahaman terhadap materi teorema Pythagoras perlu ditekankan pada siswa sejak dini karena merupakan pengetahuan dasar dalam belajar matematika lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari. Kesulitan yang dialami siswa mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa pada materi teorema Pythagoras. Kesulitan ini diduga karena kurang

Arum dkk: Pengembangan Instrumen Penilaian Metakognisi Siswa 79 tepatnya strategi pembelajaran yang digunakan. Kurang tepatnya pemilihan strategi pembelajaran akan mempengaruhi proses terbentuknya pengetahuan pada siswa, apalagi pada materi yang dianggap sulit oleh siswa. Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan, siswa membutuhkan kemampuan untuk menyadari dan menganalisis proses berpikir mereka, termasuk berpikir tentang bagaimana memahami masalah dan strategi yang digunakan untuk menemukan solusi. Serta dibutuhkannya kemampuan untuk memantau, mengatur, dan merefleksikan tindakan kognitifnya pada setiap langkah pemecahan masalah. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah bagian dari metakognisi. Metakognisi merupakan kamampuan untuk mengetahui proses berpikir siswa dan bagaimana siswa mengontrol serta memantau pemikiran mereka ketika menyelesaikan soal (Zainul, 2010). Metakognisi memberi kemudahan untuk siswa dalam menyadari proses berpikir ketika menyelesaikan soal dan mengatur usaha yang dilakukan dalam memperoleh penyelesaian. Dengan demikian metakognisi juga memiliki peran penting dalam keberhasilan pembelajaran, terutama pada proses pemecahan masalah. Oleh karena itu, perlu diberikan perhatian lebih terhadap pengembangan kemampuan metakognisi. Secara umum, penilaian yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran hanya menekankan pada tiga aspek yang telah dikelompokkan Bloom yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dan tidak melibatkan penilaian proses berpikir siswa. Hal ini disebabkan guru belum mengetahui dan memahami kesadaran proses berpikir siswa. Perlu adanya pengembangan instrumen untuk penilaian aspek metakognisi siswa. Dengan perangkat ini, guru dapat mengetahui dan memahami kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, sehingga guru bisa memberikan bimbingan yang sesuai kepada masing-masing siswa. Oleh karena itu,diadakan penelitian pengembangan dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana proses pengembangan instrumen penilaian metakognisi siswa SMP dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pokok bahasan teorema Pythagoras?; (2) Bagaimana hasil pengembangan instrumen penilaian metakognisi siswa SMP dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pokok bahasan teorema Pythagoras?

80 Kadikma, Vol. 5, No. 1, hal 77-86, April 2014 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pengembangan (developmental research). Menurut Seels & Richey (dalam Hobri, 2010) penelitian pengembangan berorientasi pada pengembangan produk, proses pengembangannya dideskripsikan seteliti mungkin, dan produk akhirnya dievaluasi.pada penelitian ini produk yang dikembangkan berupa instrumen penilaian metakognisi siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Proses pengembangan berkaitan dengan kegiatan pada setiap tahap pengembangan. Produk akhir dievaluasi berdasarkan aspek kualitas yang ditetapkan. Penelitian pengembangan ini menggunakan model Plomp yang terdiri dari lima fase yang meliputi (1) fase investigasi awal, (2) fase desain, (3) fase realisasi/konstruksi, (4) fase tes, evaluasi, dan revisi, serta (5) fase implementasi. Kegiatan yang dilakukan pada fase awal akhir ini terfokus pada pengumpulan dan analisis informasi, mendefinisikan masalah dan merencanakan kegiatan selanjutnya. Kegiatan pada fase perancangan (desain) lebih difokuskan pada hasil yang telah didapatkan pada fase investigasin awal, kemudian dirancang solusinya. Fase realisasi merupakan realisasi dari fase desain. Pada fase tes, evaluasi, dan revisi dilakukan untuk menghasilkan instumen yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan data yang diperoleh dari uji coba. Fase ini terdiri dari penilaian para ahli di bidang matematika dan uji coba lapangan. Perangkat pembelajaran dikatakan layak jika memenuhi kevalidan, reliabel dan kepraktisan. Dikatakan valid jika koefisien validitas lebih dari sama dengan 0,60. Butir penyataan pada instrumen penilaian dikatakan mempunyai reliabel tinggi atau sangat tinggi jika koefisien reliabilitas lebih dari 0,60. Instrumen penilaian metakognisi dikatakan praktis jika persentase guru/praktisi yang menyetujui adanya instrumen penilaian metakognisi mencapai 60% atau lebih. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi metode wawancara, metode tes, dan metode angket. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Data-data yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah: 1) Validasi instrumen ( )( )( ) = ( )( )( )

Arum dkk: Pengembangan Instrumen Penilaian Metakognisi Siswa 81 Keterangan: = koefisien validitas instrumen N = banyak indikator yang ada pada instrumen (Arikunto, 2011:72) X = perolehan skor yang dilakukan oleh validator 1 Y = perolehan skor yang dilakukan oleh validator 2 Z = perolehan skor yang dilakukan oleh validator 3 Koefisien validitas ( ) diinterpretasikan ke dalam kategori-kategori yang mennjukkan derajat kevalidan dari instrumen penilaian metakognisi hasil pengembangan. Purwanto (1992:139) membagi interpretasi koefisien validitas ke dalam 5 kategori. Semakin tinggi derajat kevalidan, semakin baik instrumen yang dihasilkan, dalam arti instrumen penilaian metakognisis siswa dapat digunakan sebagai pedoman penilaian kemampuan berpikir siswa SMP. Tabel 1. Kategori Interpretasi Koefisien Validitas Besar Interpretasi 0,80 < 1,00 Sangat tinggi 0,60 < 0,80 Tinggi 0,40 < 0,60 Sedang 0,20 < 0,40 Rendah 0,20 Sangat rendah Validitas butir soal Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas butir soal pemecahan masalah dapat digunakan rumus korelasi product moment berikut: XY ( X)( Y) = ( X X )(N Y Y ) (Arikunto, 2011:78) Keterangan : = koefisien validitas skor tiap pertanyaan dengan skor total setiap butir pertanyaan N = jumlah pertanyaan yang dicantumkan X = skor setiap butir pertanyaan Y = skor total setiap butir pertanyaan

82 Kadikma, Vol. 5, No. 1, hal 77-86, April 2014 2) Reliabilitas Rumus untuk mengukur reliabilitas instrumen yaitu dengan menggunakan formula statistik Alpha (Arikunto, 2006:196). = 1 1 Rumus untuk mencari varians adalah : = ( ) Keterangan : = koefisien realibilitas instrumen = banyaknya butir pertanyaan = total varians tiap butir ; j = 1,2,...,k = total varians. 3) Kepraktisan Rumus yang digunakan untuk mengetahui kelayakan instrumen penilaian metakognisi siwa dalam menyelesaikan soal cerita adalah : = 100% Keterangan : P = presentase kelayakan instrumen n = banyaknya guru yang menyetujui adanya instrumen penilaian metakognisis siswa dalam menyelesaikan soal cerita N = jumlah guru seluruhnya Instrumen penilaian metakognisi siswa dikatakan praktis jika presentase guru/praktisi yang menyetujui adanya instrumen penilaian metakognisis mencapai 60 % atau lebih HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan yaitu model Plomp yang terdiri dari lima fase yang meliputi (1) fase investigasi awal, (2) fase perencanaan/desain, (3) fase realisasi/konstruksi, (4) fase tes, evaluasi, dan revisi, Hasil dari penelitian ini adalah instrumen penilaian metakognisi siswa..

Arum dkk: Pengembangan Instrumen Penilaian Metakognisi Siswa 83 Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran 1) Uji Validitas Uji validitas tiap item pernyataan pada instrumen diperoleh melalui validasi oleh para ahli (validator). Item instrumen dikatakan valid jika masing-masing indikator (kejelasan bahasa dan validasi konstruk) disetujui minimal satu ahli. Selain itu, dari hasil analisis validitas instrumen oleh para ahli telah mencapai kriteria validitas. Adapun untuk koefisien validitas instrumen pada aspek kejelasan bahasa mencapai 0,922 dan pada aspek validasi konstruk mencapai 0,921. Dari kedua koefisien validitas tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen valid dengan interpretasi sangat tinggi. Oleh karena itu, keseluruhan dari item pernyataan pada instrumen ini dapat digunakan untuk menilai kemampuan metakognisi siswa dalam menyelesaikan permasalahan berupa soal cerita matematika. Namun koefisien kevalidan yang sangat baik bukan menunjukkan bahwa instrumen yang telah dikembangkan sempurna. Hal ini sesuai dengan saran dari validator untuk melakukan revisi item pernyataan pada instrumen penilaian metakognisi. Revisi dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Revisi Instrumen Penilaian Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Sebelum Revisi Setelah Revisi Item 5, saya berpikir tentang hal-hal saya berpikir tentang hal-hal yang yang penting dan yang saya butuhkan penting dan saya butuhkan untuk untuk menyelesaikan masalah pada menyelesaikan masalah pada soal. soal. Sebelum Revisi Item 15, saya mengingat kembali cara penyelesaian yang sesuai, apakah saya sudah melakukan apa yang ditanyakan pada soal. Item 16, saya berpikir dan bertanya kepada diri-sendiri apakah jawaban saya sudah dimengerti dan dipahami. Setelah Revisi saya mengingat kembali cara penyelesaian yang sesuai, apakah saya sudah mendapatkan apa yang ditanyakan pada soal. saya berpikir dan bertanya kepada dirisendiri apakah langkah penyelesaian saya sudah dimengerti dan dipahami. 2) Uji Reliabilitas Pada hasil analisis reliabilitas, instrumen penilaian metakognisi memiliki koefisien reliabilitas mencapai 0,866. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen memiliki tingkat reliabel sangat tinggi.

84 Kadikma, Vol. 5, No. 1, hal 77-86, April 2014 3) Uji Kepraktisan Uji kepraktisan bertujuan untuk mengetahui persentase guru matematika yang menyetujui adanya instrumen penilaian metakognisi siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Instrumen dikatakan praktis jika persentase guru yang menyetujui instrumen penilaian metakognisi siswa telah mencapai 60% atau lebih. Dari 3 guru yang telah mengisi pedoman angket menyatakan setuju dengan adanya instrumen penilaian metakognisi siswa sehingga persentase kepraktisan mencapai 100%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa instrumen ini telah memenuhi kriteria kepraktisan. Setelah dilakukan uji validasi, reliabilitas dan kepraktisan didapatkan bahwa instrumen ini layak sehingga dihasilkan instrumen penilaian metakognisi siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Instrumen ini dapat digunakan oleh para guru matematika SMP untuk dijadikan pedoman dalam menilai kemampuan metakognisi siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Dari proses dan hasil pengembangan instrumen penilaian metakognisi siswa maka dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Proses pengembangan instrumen penilaian metakognisi siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika melalui 5 fase, yaitu : (1) fase investigasi awal, yaitu mencari informasi tentang pentingnya metakognisi dalam menyelesaikan permasalahan; (2) fase desain, yaitu membuat kisi-kisi instrumen penilaian metakognisi sesuai dengan tahapan metakognisi yang dikembangkan oleh schoenfeld dan Arzt sebagai indikator instrumen; (3) fase realisasi, yaitu mentukan 18 item pernyataan yang mengungkapkan kemampuan matakognisi siswa; (4) fase tes, evaluasi dan revisi, yaitu memvalidasi instrumen kepada 2 orang dosen pendidikan matematika dan satu guru matematika, mengujicobakan kepada subyek coba siswa SMP kelas VIII, serta menguji kelayakan instrumen kepada guru melalui pedoman angket; (5) fase implementasi, yaitu menarik kesimpulan. Proses pengembangan pada fase (1), (2) dan (3) menghasilkan instrumen penilaian metakognisi siswa awal. Sedangkan pada proses pengembangan fase (4) adalah melakukan validasi dan ujicoba untuk menghasilkan instrumen penilaian metakognisi siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pokok bahasan theorema Pythagoras yang valid, reliabel dan

Arum dkk: Pengembangan Instrumen Penilaian Metakognisi Siswa 85 praktis. Proses pengembangan fase (5) adalah penarikan kesimpulan dari fase-fase sebelumnya. b. Dari hasil ujicoba diperoleh instrumen penilaian metakognisi siswa dalam menyelesaikan permasalahan soal cerita matematika pada pokok bahasan theorema Pythagoras yang valid, reliabel dan praktis. Instrumen telah memenuhi kriteria validitas, yaitu dengan koefisien validitas kejelasan bahasa mencapai 0,922 dan validasi konstruk mencapai 0,921. Instrumen juga memenuhi kriteria reliabilitas, yaitu dengan koefisien reliabilitas mencapai 0,868 yang berarti sangat tinggi. Sedangkan kriteria kepraktisan juga dipenuhi. Sehingga dihasilkan Instumen Penilaian Metakognisi Siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pokok bahasan theorema Pythagoras. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Hobri. 2010. Metodologi Penelitian Pengembangan (Aplikasi Pada PenelitianPendidikan Matematika). Jember: Pena Salsabila. Imron, Z. 2009. Pengembangan Instrumen Metakognisi Siswa SMP Dalam Memecahkan Masalah Matematika Kelas VII.Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Jember: Program Studi Matematika FKIP Universitas Jember Schoenfeld, A.H. 1985. Mathematical Problem Solving. Orlando.Academic Press.

86 Kadikma, Vol. 5, No. 1, hal 77-86, April 2014