Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

TINJAUAN PUSTAKA Diskripsi Kappaphycus alvarezii

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dengan keanekaragaman hayati sangat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman bakteri dapat dilihat dari berbagai macam aspek, seperti

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan salah satu tumbuhan herba yang banyak mendapat

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BIO306. Prinsip Bioteknologi

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

BAB I PENDAHULUAN. tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan. pengembangannya di Indonesia (Suwarno, 2008).

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu sistem terpadu yang saling terkait dalam berbagai

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam

Polimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi nukleotidanukleotida. Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging

BAB XIII. SEKUENSING DNA

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

PENGENALAN BIOINFORMATIKA

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Pertelaan Tanaman Akasia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

EKSPRESI GEN. Kuliah ke 5 Biologi molekuler Erlindha Gangga

19/10/2016. The Central Dogma

IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI DARI PANTAI BANDEALIT JEMBER BERDASARKAN SEKUEN DNA PENGKODE 16S rrna SKRIPSI. Oleh Dina Fitriyah NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riska Lisnawati, 2015

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae,

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011, ISSN:

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.

DESAIN PRIMER. LAPORAN PRAKTIKUM disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Molekuler. oleh : Riani Ulfah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leuconostoc, Oenococcus, Pediococcus, Paralactobacillus, Streptococcus,

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. Pendahuluan...1 II. Tinjauan Pustaka...4 III. Kesimpulan...10 DAFTAR PUSTAKA...

Bioteknologi Tanaman KULIAH V. PCR, Sekuensing. Dr. Jamsari, Prog. Studi Pemuliaan Tanaman Jurusan BDP-FPUA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut (6):

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

2015 ISOLASI DAN AMPLIFIKASI GEN PARSIAL MELANOCORTIN - 1 RECEPTOR (MC1R) PADA IKAN GURAME

2015 ISOLASI DNA PARSIAL GEN

BIOTEKNOLOGI. Perubahan Genetik, Replikasi DNA, dan Ekspresi Gen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga

4 Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Maesaroh, 2013

IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI DARI PANTAI PAPUMA JEMBER BERDASARKAN SEKUEN DNA PENGKODE 16S rrna SKRIPSI. Oleh. Ratno Dwinanto NIM

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

Proses biologis dalam sel Prokariot (Replikasi) By Lina Elfita

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

replikasi akan bergerak melebar dari ori menuju dua arah yang berlawanan hingga tercapai suatu ujung (terminus).

Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA

RNA (Ribonucleic acid)

KAJIAN MOLEKULER BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT 9A HASIL ISOLASI DARI KOLON SAPI BALI MELALUI ANALISIS GEN 16S rrna SKRIPSI

KLONING. dari kata clone yang diturunkan dari bahasa Yunani klon, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman.

BAB I PENDAHULUAN. secara luas. Selain memiliki peran yang sangat penting dalam bidang ekologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

Kasus Penderita Diabetes

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

menggunakan program MEGA versi

Fakultas Biologi Unsoed

adalah proses DNA yang mengarahkan sintesis protein. ekspresi gen yang mengodekan protein mencakup dua tahap : transkripsi dan translasi.

EKSPRESI GEN. Dyah Ayu Widyastuti

HASIL DAN PEMBAHASAN

REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID )

REPLIKASI DNA. Febriana Dwi Wahyuni, M.Si.

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah.

ketebalan yang berbeda-beda dan kadang sangat sulit ditemukan dengan mikroskop. Namun, ada bukti secara kimiawi bahwa lamina inti benar-benar ada di

STRUKTUR KIMIAWI MATERI GENETIK

Soil Bacterial Genetic Diversity from Rhizosfev of Transgenic and Non transgenic Cotton Plantation in Soppeng, South Sula wesi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki Indah Permata Sari,2014

Gambar 2.1 udang mantis (hak cipta Erwin Kodiat)

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

REKAYASA GENETIKA. Genetika. Rekayasa. Sukarti Moeljopawiro. Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

Bioinformatika. Aplikasi Bioinformatika dalam Virologi

Transkripsi:

Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information) Identifikasi bakteri pada saat ini masih dilakukan secara konvensional melalui studi morfologi dan biokimia menggunakan buku sumber Bergey s Manual of Systematic Bacteriology. Metode identifikasi konvensional hanya berhasil mendeteksi satu atau dua jenis bakteri saja atau satu persen dari total mikroba dalam tanah. Metode ini memperbesar kemungkinan bakteri lain yang memiliki fenotip yang sama teridentifikasi menjadi spesies yang sama, padahal keduanya belum tentu secara genetik memiliki kesamaan. Sementara itu, bakteri jenis tertentu terkadang memiliki kemampuan membentuk endospora, sehingga hanya aktif pada waktu tertentu sesuai kondisi optimum pertumbuhannya. Hal ini dapat menghambat proses identifikasi bakteri menggunakan metode konvensional (Gonzalez et al., 2005:189). Sistem identifikasi konvensional yang digunakan pada saat ini membatasi proses identifikasi hanya sampai taksa genus atau sampai spesies untuk beberapa jenis bakteri tertentu. Sementara itu, data di lapangan menunjukkan perubahan database spesies bakteri dari waktu ke waktu (Anzai et al., 2000:1563). Untuk mengidentifikasi secara pasti pada tingkatan spesies diperlukan analisis lanjut secara molekuler. Teknik identifikasi menggunakan metode biologi molekuler telah berhasil mengidentifikasi kelompok mikroorganisme dari lingkungan secara spesifik (Macrae, 2000:79; Gonzalez et al., 2005: 190). Sampai saat ini, pada situs International Code of Nomenclature of Bacteria (http://www.bacterio.cict.fr/number.html#total) tercatat sebanyak 9.266 spesies bakteri yang sudah teridentifikasi, jumlah ini mengalami penambahan dari sejumlah 8.168 spesies pada tahun 2007 (Janda and Abbott, 2007:2761). Peningkatan jumlah ini diperoleh dari berbagai hasil penelitian bakteri pada tingkatan molekuler yang diterbitkan pada International Journal of Systematic Bacteriology dan International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology. Teknik yang saat ini populer untuk mengidentifikasi dan menganalis komunitas mikroorganisme tanah adalah dengan menggunakan teknologi analisis sikuen gen 16S rrna atau 16S rdna (Clarridge, 2004:840; Janda and Abbott, 2007:2761). Gen ini adalah gen yang mengkode RNA ribosomal pada subunit kecil ribosom (16S untuk prokariot) dan memiliki urutan yang khas dan berbeda pada setiap bakteri, sehingga bisa dijadikan penanda molekuler untuk proses identifikasi (Gonzalez et al., 2005:189; Paul, 2007:105-106). Data sikuen gen hasil studi molekuler bakteri menggunakan penanda gen 16S rrna dapat dijadikan alat untuk studi evolusioner pada tingkat organisme prokariotik (Dale and Park,

2004:264). Hasil analisis filogenetik bakteri berbasis gen 16S rrna saat ini bahkan sudah menjadi pelengkap pada buku sumber Bergey s Manual of Systematic Bacteriology edisi kedua (Garrity et al., 2004:34). Pemanfaatan gen 16S-rRNA telah digunakan sebagai parameter sistematik molekuler yang universal, representatif, dan praktis untuk mengkonstruksi kekerabatan filogenetik pada tingkat spesies (Case et al. 2007). Pada proses identifikasi bakteri yang yang akan diuji, sampel DNA bakteri yang berhasil diisolasi kemudian diamplifikasi secara in vitro dengan primer spesifik untuk gen 16S rrna menggunakan mesin PCR (Polymerase Chain Reaction) dan hasilnya dielektroforesis menggunakan gel agarosa. Sampel DNA bakteri yang telah diamplifikasi menggunakan primer gen 16S rrna selanjutnya disikuensing untuk memperoleh urutan sikuen gen 16S rrna. Sekuens 16S rrna sampel mikroba yang diperoleh dari hasil sekuensing. Sekuens tersebut dibuat dalam bentuk format FASTA untuk memudahkan pemindahan text antarplatform penyunting sekuens DNA ke pencari sekuens database GenBank. Sekuens DNA dalam format FASTA dimasukkan sebagai query dalam BLAST (Basic Local Alignment Search Tool) pada GenBank NCBI yang bertujuan untuk mengetahui data mikroba apa saja yang memiliki kesamaan tertinggi dengan sampel mikroba. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan identifikasi secara molekuler untuk mengetahui kelompok mikroorganisme dari lingkungan secara spesifik dengan memasukkan sekuens 16S rrna sampel dalam bentuk format FASTA yang diinput ke dalam situs NCBI. RUMUSAN MASALAH Identifikasi bakteri pada saat ini masih dilakukan secara konvensional melalui studi morfologi dan biokimia menggunakan buku sumber Bergey s Manual of Systematic Bacteriology. Metode identifikasi konvensional hanya berhasil mendeteksi satu atau dua jenis bakteri saja atau satu persen dari total mikroba dalam tanah. Teknik yang saat ini populer untuk mengidentifikasi dan menganalis komunitas mikroorganisme tanah adalah dengan menggunakan teknologi analisis sekuen gen 16S rrna atau 16S rdna (Clarridge, 2004:840; Janda and Abbott, 2007:2761). Gen ini adalah gen yang mengkode RNA ribosomal pada subunit kecil ribosom (16S untuk prokariot) dan memiliki urutan yang khas dan berbeda pada setiap bakteri, sehingga bisa dijadikan penanda molekuler untuk proses identifikasi (Gonzalez et al., 2005:189; Paul, 2007:105-106). Pemanfaatan gen 16S-rRNA telah digunakan sebagai parameter sistematik molekuler yang universal, representatif, dan praktis untuk mengkonstruksi kekerabatan filogenetik pada tingkat spesies (Case

et al. 2007). Metode ini memiliki keunggulan dibandingkan menggunakan pengujian fenotip karena urutan basa nitrogen dari seluruh spesies bakteri yang telah ditemukan dapat dijadikan pedoman apabila ditemukan spesies baru Sehingga, rumusan masalah di atas dapat diuraikan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana cara mengidentifikasi sampel bakteri dengan menggunakan metode NCBI? 2. Bagaimana identifikasi morfologi dan fisiologi dari isolat bakteri? 3. Bagaimana karakterisasi urutan nukleotida gen 16S rrna dari isolat bakteri? MANFAAT 1. Dapat diketahui spesies bakteri yang diisolasi secara pasti sampai taksa terendah, sehingga isolat bakteri bisa diperbanyak dan dikomersialisasikan untuk kepentingan tertentu 2. Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai hasil identifikasi isolat bakteri yang telah dikarakterisasi TUJUAN PENELITIAN Mengidentifikasi isolat bakteri sampai tingkatan taksa terendah (spesies atau subspesies) secara molekuler menggunakan gen 16S rrna. TINJAUAN PUSTAKA Identifikasi Bakteri dengan Teknik Molekuler Identifikasi bakteri dapat dilakukan menggunakan analisis fenotipik dengan mempelajari sifat fisiologis atau biokimianya (Hadioetomo 1993) maupun analisis genotipik secara molekuler. Seringkali hasil uji biokimia atau fisiologi tersebut berbeda karena perbedaan ekspresi gen. Untuk karakterisasi galur-galur dalam satu spesies perlu dilihat sifat yang paling mendasar dan relatif stabil yaitu analitik genotipik (Singleton 1995). Gen 16S-rRNA sebagai gen target untuk menganalisa keragaman genom bakteri. Dasar penggunaan gen 16S-rRNA dengan berbagai alasan mendasar yaitu ; (1) bersifat universal : protein synthesis machinery (2) sekuen basa-basanya bersifat konservatif; (3) jumlahnya melimpah dalam sel; (4) memenuhi ukuran untuk perhitungan secara statistika (tidak terlalu panjang dan terlalu pendek); (5) ketersediaan informasi (data bank/database di GenBank) (Madigan et al. 1997). Proses amplifikasi gen 16S-rRNA dapat dilakukan melalui teknik PCR.

Gen 16S-rRNA Kunci untuk mengerti keragaman mikroba adalah sistem klasifikasi yang dapat diandalkan. Secara tradisional, bakteri diklasifikasikan terutama berdasarkan sifat-sifat fenotipik. Akan tetapi hasinya tidak selalu dapat diandalkan secara filogeni. Metode molekuler terutama klasifikasi dan identifikasi berbasis filogenetik, menggunakan parameter yang tidak bergantung pada kondisi pertumbuhan dan media yang digunakan. Pendekatan yang umum dipakai saat ini adalah analisis sekuen gen 16S-rRNA (Case et al. 2007). Ribosomal RNA (r-rna) merupakan salah satu makromolekul paling menarik karena molekul ini merupakan kerangka dari ribosom yang sangat berperan dalam mekanisme translasi. Semua rrna identik secara fungsional yakni terlibat dalam produksi protein. Meski demikian, sekuen di bagianbagian tertentu terus berevolusi dan mengalami perubahan pada level struktur primer sambil tetap mempertahankan struktur sekunder dan tersier yang homologus (Schluenzen et al. 2000). Molekul rrna sangat khas karena disusun oleh daerah-daerah konservasi yang lebih tinggi dan lebih rendah secara evolusioner. Beberapa segmen RNA berevolusi sangat lambat sehingga filogeni dari taksa yang berdekatan dapat dikonstruksi kembali. Bagian lain cukup bervariasi sehingga dapat dipakai untuk menggolongkan spesies ke dalam genus. Banyaknya posisi pada molekul 16S-rRNA dan 23S-rRNA yang berevolusi secara bebas menyediakan data untuk menduga hubungan filogenetik sekelompok mikroba. Alasan praktis pemakaian rrna adalah ketersediaan bagi umum untuk dapat mengakses database. Sifat rrna yang sangat terkonservasi memungkinkan untuk mensintesis primer universal untuk proses PCR yang mampu melekat pada sekuen terkonservasi dari gen rrna ketiga domain filogentik: Archaea, Bacteria dan Eukarya. Daerah yang sangat terkonservasi tersebut seringkali dipakai menjadi situs pelekatan primer dalam rangka mengamplifikasi gen 16S-rRNA secara in vitro dari template yang diisolasi langsung dari lingkungan (Drancourt et al. 2000). Didasarkan pada prinsip amplifikasi gen 16S-rRNA dengan teknik PCR menggunakan DNA templat yang diisolasi dari lingkungan dapat dibuat pustaka klon gen tersebut. Sekuen gen 16S-rRNA selanjutnya dapat digunakan untuk menduga sifat-sifat organisme yang belum dapat dikulturkan; mengidentifikasi model untuk kultivasi (dari kerabat dekat); sintetis pelacak oligonukleotida untuk tujuan identifikasi, pemisahan morfologi, fisik, deteksi pertumbuhan spesifik dalam kultur campuran, memantau distribusinya di alam dan mengevaluasi laju pertumbuhan relative in situ; dan survey keragaman hayati dengan cepat dan komprehensif. Karena kemudahan dan kecepatannya, saat ini teknik PCR

digunakan secara luas sebagai metode pilihan untuk mengamplifikasi fragmen DNA spesifik. Terdapat beberapa primer universal yang umum digunakan untuk mengamplifikasi gen 16S-rRNA bakteri, diantaranya 23f dan 24f serta 1392r dan 1492r (penomoran primer mengikuti konsensus sekuen 16S-rRNA E. Coli). Marchesi et al. (1998) mendesain dan mengevaluasi primer 63f dan 1387r untuk amplifikasi gen 16S-rRNA dari domain bakteri. Pasangan primer ini mampu mengamplifikasi gen 16SrRNA dengan ukuran sekitar 1300 pasang basa. Kedua primer ini berhasil mengamplifikasi gen 16S-rRNA dari spesies yang secara teoritis menunjukkan derajat mismatch pada ujung 5 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pasangan 27F-1392R. Keberhasilan tersebut juga menunjukkan konsistensi untuk mengamplifikasi gen 16S-rRNA dari templat DNA yang diisolasi dari organisme yang tergolong dalam Coryneform, Micrococcus (Gram positif, High G+C). PCR (Polymerase Chain Reaction) Teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan teknik untuk keperluan amplifikasi DNA secara in vitro yang seringkali mempunyai sensitivitas dan spesifisitas tinggi. Amplifikasi DNA secara in vitro dengan PCR terdiri atas beberapa siklus yang setiap siklusnya terdiri dari 3 tahap yaitu tahap denaturasi, pelekatan (annealing) dan pemanjangan (elongasi). Tahap denaturasi adalah pembentukan DNA utas tunggal dari DNA utas ganda (putusnya hidrogen dari kedua utas tunggal DNA yang komplementer) yang umumnya terjadi pada suhu 95oC. Tahap annealing yaitu pelekatan primer yang terjadi pada suhu 35-65oC, bergantung panjang pendeknya oligonukleotida primer yang digunakan. Sedangkan tahap pemanjangan primer terjadi sebagai hasil aktivitas polimerisasi oleh enzim Taq polimerase, yang pada umumnya dilakukan pada suhu 70 C (Griffin dan Griffin 1993; Madigan et al. 1997). Teknik ini banyak dilakukan untuk keperluan deteksi atau identifikasi cepat bakteri patogen (Madigan et al. 1997). Teknik PCR-RFLP gen 16SrRNA dikembangkan untuk mengetahui keragaman bakteri dengan cara mengamplifikasi gen 16S-rRNA menggunakan primer universal domain bakteria (Marchesi et al. 1998). Adanya keragaman genetik ini dapat dilihat dengan membandingkan profil DNA hasil amplifikasi (dalam hal ini gen 16S-rRNA) setelah didigesti dengan enzim restriksi tertentu (Suwanto 1995). Perbedaan profil DNA (jumlah dan ukuran pita DNA yang terbentuk pada gel elektroforesis) menunjukkan adanya keragaman genetik. Teknik PCR adalah suatu teknik biologi molekuler untuk memperbanyak sekuen DNA tertentu (lebih dari 100 juta kopi) dengan waktu relatif singkat (beberapa jam), oleh karena itu teknik ini bisa

disebut amplifikasi DNA. Dengan PCR, molekul DNA dapat diperbanyak sampai jutaan kopi dalam tabung reaksi. Beberapa primer yang dapat digunakan untuk mengamplifikasi gen 16SrRNA (Marchesi et al. 1998), diantaranya adalah 27f dan 149r. Namun kedua primer tersebut belum dapat mengamplifikasi sampel bakteri yang berasal dari beragam sumber seperti sedimen laut dalam, bakteri rongga mulut, dan bakteri yang diisolasi dari ephiliton (bakteri yang berasosiasi dengan batu pada habitat air mengalir). Selain itu ada pula primer 63f dan 1387r yang telah diuji coba berhasil mengamplifikasi gen 16S-rRNA dari berbagai sumber diantaranya sedimen laut dalam. Karakterisasi bakteri patogen pada tingkat subspesies menjadi suatu studi yang sangat penting untuk mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan epidemologi penyakit. Metode karakterisasi bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan analisis fenotip yaitu dengan mempelajari sifat fisiologis atau biokimianya maupun analisis genotipik/secara molekuler. Seringkali hasil uji biokimia atau fisiologis tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan ataupun kondisi sel itu sendiri karena perbedaan ekspresi gen. Untuk karakterisasi galur-galur dalam suatu spesies perlu dilihat sifat yang paling mendasar dan relatif stabil yaitu dengan analisis genotipik (Suwanto 1995). Para ahli taksonomi mikroba dewasa ini telah mengakui bahwa analisis DNA merupakan cara terbaik untuk karakterisasi spesies dan menentukan hubungan antara organisme yang berbeda-beda. Secara ideal, perbandingan antara galur dalam spesies dapat dilakukan dengan menganalisis sekuen DNA seluruh genom organisme tersebut dan kemudian membandingkannya dengan sekuen DNA dari genom organisme lain. Namun saat ini, cara ini kurang praktis untuk analisa secara rutin (Suwanto 1995). Secara umum metode molekuler untuk keperluan pencirian dan identifikasi bakteri dapat digolongkan menjadi metode yang berdasar pada analisis asam nukleat atau analisis protein. Analisis profil asam nukleat mencakup analisis profil plasmid (plasmid profilling). Sekuensing Dewasa ini hampir semua usaha sekuensing DNA dilakukan dengan menggunakan metode terminasi rantai yang dikembangkan oleh Frederick Sanger. Teknik tersebut melibatkan terminasi atau penghentian reaksi sintesis DNA in vitro yang spesifik untuk sekuens tertentu menggunakan substrat nukleotida yang telah dimodifikasi. Sekuens DNA menyandikan informasi yang diperlukan bagi makhluk hidup untuk melangsungkan hidup dan berkembang biak. Dengan demikian, penentuan sekuens DNA berguna di dalam ilmu pengetahuan 'murni' mengenai mengapa dan bagaimana makhluk hidup dapat hidup,

selain berguna dalam penerapan praktis. Karena DNA merupakan ciri kunci makhluk hidup, pengetahuan akan sekuens DNA dapat berguna dalam penelitian biologi manapun. Sebagai contoh, dalam ilmu pengobatan sekuensing DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, dan mengembangkan pengobatan penyakit genetik. Demikian pula halnya, penelitian pada agen penyebab penyakit (patogen) dapat membuka jalan bagi pengobatan penyakit menular. Bioteknologi, yang dapat pula memanfaatkan sekuensing DNA, merupakan bidang yang berkembang pesat dan berpotensi menghasilkan banyak barang dan jasa berguna. Karena RNA dibentuk dengan transkripsi dari DNA, informasi yang dikandung RNA juga terdapat di dalam DNA cetakannya sehingga sekuensing DNA cetakan tersebut sudah cukup untuk membaca informasi pada RNA. Namun demikian, sekuensing RNA dibutuhkan khususnya pada eukaryot, karena molekul RNA eukaryot tidak selalu sebanding dengan DNA cetakannya karena pemotongan intron setelah proses transkripsi. Pada metode terminasi rantai (metode Frederich Sanger), perpanjangan atau ekstensi rantai DNA dimulai pada situs spesifik pada DNA cetakan dengan menggunakan oligonukleotida pendek yang disebut primer yang komplementer terhadap DNA pada daerah situs tersebut. Primer tersebut diperpanjang menggunakan DNA polimerase, enzim yang mereplikasi DNA. Bersama dengan primer dan DNA polimerase, diikutsertakan pula empat jenis basa deoksinukleotida (satuan pembentuk DNA), juga nukleotida pemutus atau penghenti rantai (terminator rantai) dalam konsentrasi rendah (biasanya di-deoksinukleotida). Penggabungan nukleotida pemutus rantai tersebut secara terbatas kepada rantai DNA oleh polimerase DNA menghasilkan fragmen-fragmen DNA yang berhenti bertumbuh hanya pada posisi pada DNA tempat nukleotida tertentu tersebut tergabungkan. Fragmen-fragmen DNA tersebut lalu dipisahkan menurut ukurannya dengan elektroforesis gel poliakrilamida, atau sekarang semakin lazim dengan elektroforesis menggunakan tabung gelas berjari-jari kecil (pipa kapiler) yang diisi dengan polimer kental (Alberts et al. 2002). Seiring dengan perkembangannya, kini terdapat beberapa macam metode sekuensing terminasi rantai yang berbeda satu sama lain terutama dalam hal pendeteksian fragmen DNA hasil reaksi sekuensing. Gen Bank NCBI Gen Bank (R) adalah data base komprehensif yang berisi urutan nukleotida publik tersedia untuk lebih dari 260.000 organisme bernama, diperoleh terutama melalui pengajuan dari laboratorium individu dan

kiriman dari proyek sequencing batch skala besar. Kebanyakan pengiriman dibuat menggunakan Bank It berbasis web atau standalone payet program dan nomor aksesi ditugaskan oleh staf Gen Bank pada saat diterima. Data harian pertukaran dengan Laboratorium Biologi Molekuler Eropa Nukleotida Sequence Data base di Eropa dan DNA Data Bank of Japan memastikan cakupan seluruh dunia. Gen Bank dapat diakses melalui sistem pencarian NCBI itu, Entrez, yang mengintegrasikan data dari DNA utama dan urutan protein data base bersama dengan taksonomi, genom, pemetaan, struktur protein dan informasi domain, dan literatur jurnal biomedis melalui PubMed. BLAST menyediakan pencarian kesamaan urutan Gen Bank dan data base urutan lainnya, yang dirilis dua bulan sekali lengkap dan update harian dari Gen Bank tersedia dengan FTP. Untuk mengakses Gen Bank dan pengambilan terkait dan jasa analisis, mulai di Situs Web NCBI: www.ncbi.nlm.nih.gov. Ostell et al. (2001) mengemukakan bahwa format FASTA memuat sebuah baris definisi dan karakter dari sekuens yang dapat digunakan sebagai input bagi sebuah variasi dari program program analisis. Hal inilah yang dimanfaatkan untuk memperoleh informasi jenis mikroba yang memiliki tingkat kesamaan tertinggi dengan sampel mikroba melalui input format FASTA tersebut sebagai query dalam BLAST (Basic Local Alignment Search Tool) pada GenBank NCBI. Selain itu, sekuens dalam format FASTA tersebut juga akan memudahkan pemindahan text antar-platform penyunting sekuens DNA ke pencari sekuens database GenBank pada NCBI