STASIUN METEOROLOGI NABIRE ANALISA CUACA TERKAIT ANGIN KENCANG DI SLEMAN TANGGAL 09 JANUARI 2017 OLEH : EUSEBIO ANDRONIKOS SAMPE, S.Tr NABIRE 2017
ANALISA CUACA TERKAIT ANGIN KENCANG DI SLEMAN TANGGAL 09 JANUARI 2017 I. PENDAHULUAN Sleman, (http://jogja.tribunnews.com) - Hujan disertai angin kencang kembali melanda sebagian wilayah Sleman, Senin (9/1/2017) siang. Sejumlah pohon tumbang diterjang angin. Satu diantaranya terjadi di Dusun Bangunrejo Tridadi Sleman. Warga sekitar, Kurniawan (32) mengungkapkan sedikitnya ada lima pohon sengon berukuran sedang tumbang. "Ada lima pohon, dua mengenai atap rumah dan satu mengenai kandang," ujarnya. Saat ini sejumlah warga bergotong-royong untuk mengevakuasi pepohonan tersebut. Sleman, (http://krjogja.com) Wilayah Kabupaten Sleman diguyur hujan deras disertai angin kencang, Senin (09/01/2017) sekira Pukul 13.00 WIB. Akibatnya, banyak pohon bertumbangan namun belum diperoleh data akurat mengenai korban jiwa atau materi. Pemilik akun facebook Sarkum Dawet yang disitat dari akun komunitas Info Cegatan Jogja (ICJ) memberi informasi telah terjadi angin puting beliung yg mengakibatkan pohon beringin tumbang di depan masjid besar sleman kota. Sedangkan Zamzani Radith's Asnantainfo warga Karangtanjung Pandowoharjo Sleman memberikan informasi serupa. "Angin kencang robohkan beberapa pohon di dusun saya, Karangtanjung Pandowoharjo Sleman. Mohon doa dan bantuannya. Terimakasih," tulisnya sebagaimana dikutip dari akun sosial ICJ. Pemiliki akun lain Godhek mengabarkan Jalan Kronggahan Kabupaten lumpuh akibat beberapa pohon roboh. Sedangkan Primajati Endarwanto dan Nazar Idam Setyayuda menginformasikan sejumlah pohon oboh di Kawasan Denggung.
Gambar 1. Kejadian pohon tumbang di Sleman tanggal 09 Januari 2017 Gambar 2. Kejadian pohon tumbang di Sleman tanggal 09 Januari 2017
Gambar 3. Lokasi Peta Sleman II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Satelit Cuaca Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 EH pada tanggal 09 Januari 2017 yang diambil mulai 06.20 sampai 12.30 UTC (13.20-19.30 WIB) memperlihatkan terdapatnya awan-awan konvektif tunggal (awan hujan) disekitaran wilayah Jawa Tengah bagian selatan termasuk wilayah Kabupaten Sleman. Terlihat kumpulan awan konvektif tunggal yang bergerak masuk ke wilayah sleman berasal dari arah barat. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (-48) s/d (-56) 0 C, yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat serta angin kecang. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Sleman pada jam 06.20 UTC.
Gambar 4. Citra satelit Himawari 8 EH jam 06.20 12.30 UTC tanggal 09 Januari 2017 B. DINAMIKA ATMOSFER B.1. Outgoing Longwave Radiation (OLR) Gambar 5. Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 12 Juli 2016 s/d 13 Januari 2017
Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 13 Juli 2016 s/d 11 Januari 2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Sleman : -10 W/m2 s/d -30 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung lebih tebal dari rata-rata klimatologisnya. B.2. Suhu Muka Laut (SST) Data model analisis SST tanggal 09 Januari 2017 menunjukkan bahwa suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia cukup hangat berkisar 27 30 C. Analisis anomali SST bernilai positif (+0.5) (+2.0) C di sekitar perairan dekat Wilayah Sleman. Kondisi ini menunjukkan potensi penguapan yang cukup tinggi sehingga kadar uap air tersedia cukup banyak di sekitar wilayah tersebut. Gambar 6. Analisa SST & Anomali SST tanggal 09 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
B.3. ENSO (El Nino South Osciilation) Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 09 Januari 2017 yang bernilai 0.39 dan data SOI tanggal 09 Januari 2017 yang bernilai + 6.5, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 09 Januari 2017, menunjukkan kondisi normal yaitu pengaruhnya tidak signifikan terhadap hujan harian di wilayah Indonesia serta suplai uap air dari samudera pasifik timur ke pasifik barat tidak signifikan yaitu aktivitas potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian timur rendah. Gambar 7. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI Tanggal 09 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
B.4. MJO (Madden Julian Oscillation) Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 09 Januari 2017 yang berada di tengah lingkaran kuadran, sehingga tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia. Gambar 8. Track MJO tanggal 09 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
B.5. DMI (Dipole Mode Index) Indeks Dipole Mode menunjukkan nilai -0.05 mengindikasikan supply uap air dari Samudera Hindia tidak signifikan ke wilayah Indonesia bagian Barat, sehingga aktivitas pembentukan awan di wilayah Indonesia bagian Barat kurang signifikan pula. Gambar 9. Indeks IOD tanggal 09 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
B.6. Analisa Tekanan Udara Permukaan Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 09 Januari 2017 terlihat bahwa secara umum wilayah Indonesia bagian utara terdapat beberapa pola gangguan cuaca yakni 2 (dua) daerah tekanan rendah (Low Pressure) dan wilayah Indonesia bagian selatan terdapat 4 (empat) daerah tekanan rendah (Low Pressure). Hal tersebut menandakan bahwa kondisi yang mendukung aktifnya pergerakan massa udara dari wilayah Indonesia bagian utara menuju wilayah Indonesia bagian selatan. Gambar 10. Analisa Tekanan Udara Permukaan jam 00.00 tanggal 09 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
B.7. Komponen Angin Berdasarkan gambar pola arus angin streamline pada tanggal 09 Januari 2017 jam 00.00 UTC diatas terlihat adanya pergerakan angin yang membawa massa udara dingin dari samudera Hindia dan melewati wilayah Sleman. Selain itu adanya pola shearline diatas wilayah Sleman serta adanya pola tekanan rendah (Low Pressure) yang dapat berperan untuk pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan dan angin kencang. Gambar 11. Analisa arus angin Jam 00.00 tanggal 09 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
B.8. Indeks Labilitas Udara Nilai K.Indeks yaitu 40 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif kuat. Gambar 12. K.Indeks jam 00.00 UTC tanggal 09 Januari 2017 Nilai Lifted Indeks berkisar antara -1 yang mengindikasikan kemungkinan potensi badai guntur yang sedang. Gambar 13. Lifted Indeks jam 00.00 UTC tanggal 09 Januari 2017
badai guntur. Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi Gambar 14. Showalter Indeks jam 00.00 UTC tanggal 09 Januari 2017 III. KESIMPULAN 1. Adanya tutupan awan konvektif tunggal yang cukup tebal di atas wilayah Sleman dari siang hingga malam hari menandakan adanya potensi terjadinya angin kencang dan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. 2. Nilai anomali OLR disekitar wilayah Sleman : -10 W/m2 hingga -30 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung lebih tebal dari rata-rata klimatologisnya. 3. Dari analisa komponen angin terlihat adanya pola shearline diatas wilayah Sleman serta adanya Low Pressure yang dapat berperan untuk pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan dengan intensitas lebat. 4. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (-48) s/d (-56) 0 C, yang berpotensi menimbulkan angin kencang dan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
5. Indeks labilitas udara : Nilai K.Indeks yaitu 40 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif kuat. Nilai Lifted Indeks berkisar antara -1 yang mengindikasikan kemungkinan potensi badai guntur yang sedang. Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur.