Bab I. Pendahuluan. Luka bakar adalah trauma pada jaringan yang disebabkan oleh suhu tinggi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan panas, api, bahan kimia, listrik, atau radiasi. 1. mortalitas yang tinggi, terutama pada usia dibawah 40 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA SALURAN NAPAS BAWAH INTRAVITAL, PERIMORTEM DAN POSTMORTEM MENCIT BALB/C YANG DIBERI PAPARAN API

GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA SALURAN NAPAS BAWAH INTRAVITAL, PERIMORTEM DAN POSTMORTEM MENCIT BALB/C YANG DIBERI PAPARAN API

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar dari setiap manusia yang ada di bumi ini. Hak untuk hidup sehat bukan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh iritan, inhalasi alergen dan toksik obat-obatan yang menyebabkan

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan bakar bensin merupakan produk komersial dengan volume terbesar di

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB I PENDAHULUAN. 50% dari jumlah korban sengatan listrik akan mengalami kematian. 1 Banyaknya

Bab II. Tinjauan Pustaka. dari cavum nasi, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok keempat di dunia setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

Material Safety Data Sheet

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Zat pewarna makanan alami sejak dulu telah dikenal dalam. industri makanan untuk meningkatkan daya tarik produk makanan

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

BAB I PENDAHULUAN. terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (WHO). Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi

BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

PENGARUH PEMAPARAN UAP ANTI NYAMUK ELEKTRIK YANG MENGANDUNG ALLETHRIN TERHADAP BERAT DAN WARNA PARU-PARU TIKUS

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan dasar pembuatan batik adalah lilin batik. Lilin batik ini akan

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit. 1, 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Udara merupakan komponen penting dalam bernapas. Udara yang bersih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan. penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat,

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

Anatomi dan Fisiologi saluran pernafasan. 1/9/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia sangat besar, realisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bensin diperoleh dari penyulingan minyak bumi. Produk minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2003). Penggunaan pestisida dalam mengatasi organisme pengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan khususnya untuk bahan obat-obatan (Susi et al., 2009). Sesuai

PERANCANGAN DETEKTOR ASAP SEDERHANA UNTUK MENJAGA KESEHATAN SISTEM PERNAPASAN MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Luka bakar adalah trauma pada jaringan yang disebabkan oleh suhu tinggi, air panas, arus listrik, zat kimiawi, api, atau radiasi. 1 Kejadian luka bakar di dunia pada tahun 2004 diestimasikan 11 individu setiap 1,000,000 populasi dimana tingkat insidensi tertinggi di Asia Tenggara dan terrendah di Amerika. 2, 3 Insidensi luka bakar di negara pendapatan rendah dan menengah adalah 13 individu setiap 1,000,000 populasi, lebih tinggi bila dibandingkan terhadap insidensi di negara pendapatan tinggi yaitu 14 individu setiap 10,000,000 populasi. 1, 2 Pada kasus luka bakar hebat terjadi disrupsi barrier kulit akibat trauma termis selain itu terjadi pula kerusakan pada saluran napas akibat trauma inhalasi asap dan efek toksisitas sistemik akibat akumulasi CO dalam darah yang dapat dihitung dari %COHb. Efek langsung dari disrupsi barrier kulit adalah kematian pada korban kebakaran akibat sepsis yang mengakibatkan kegagalan multi organ (MODS). Trauma inhalasi akut akan menyebabkan kerusakan epitel dari saluran napas atas yang berupa epitel kolumner berlapis semu. Epitel kolumner secara histologis memiliki tingkat pertahanan yang lebih rendah dari epitel skuamous dikarenakan tidak adanya lapisan keratin pada permukaannya. Epitel kolumner memiliki apparatus berupa sel goblet yang berfungsi menghasilkan mucin. Dalam keadaan paparan panas berlebih yang mengakibatkan kematian sel, sel goblet akan 1

2 mengalami nekrosis dan menumpahkan musin ke jaringan ekstra sel. Hal ini berkontribusi terhadap pembentukan sumbat mukus (cast) pada saluran napas bawah seperti bronkiolus dan bronkiolus terminal. Eksposur dari gas panas dan partikel asap juga mengiritasi saluran napas sehingga merupakan faktor predominansi terjadinya trakeitis, bronkitis, bronkiolitis. 4, 5 Pada kasus kematian akibat kebakaran, salah satu penyebab utama kematian adalah kerusakan sistem pernapasan terutama alveoli organ paru yang menyebabkan depresi difusi oksigen. 6 Menurut Fracasso et al hasil otopsi menunjukkan terjadinya reaksi inflamasi radang disertai pembentukan mukus yang mengobstruksi saluran laring, trakea dan bronkus. 7 Pada korban mati akibat kebakaran sering ditemukan kerusakan pada organ paru yang proporsional terhadap luas luka bakar pada permukaan tubuh. 8 Keadaan insufisiensi pulmoner memperparah keadaan pasien yang telah mengalami shock hipoperfusi. Insufisiensi pulmoner yang disebabkan inhalasi udara panas dan asap merupakan penyebab kematian terbesar (>50%) korban kebakaran. 6 Ketika suatu organisme mengalami trauma, sel-sel yang terkena trauma akan merespon rangasangan tersebut dengan menghasilkan reaksi inflamasi sebagai bentuk pertahanan sel. 9 Pada kematian akibat kebakaran, pemeriksaan saluran napas sangatlah penting. Seseorang yang terpapar api saat masih hidup cenderung sering menghirup udara panas bersamaan partikel asap sehingga diperlukan pemeriksaan lanjut secara mikroskopis. 6 Pemeriksaan mikroskopis dan gambaran histopatologis menentukan mekanisme patofisiologi penyebab

3 kematian terutama pada kasus kematian cepat karena trauma saluran pernapasan akut akibat inhalasi asap. 9 Luka bakar pada saluran napas atas menunjukkan terjadinya kerusakan epitel trakea. 8 Disfungsi sistem mukosiliaris hidung pada umumnya disebabkan oleh inhalasi gas panas. Disfungsi sistem mukosiliaris menyebabkan terhambatnya kemampuan pembersihan saluran napas atas. Penurunan klirens mukosiliaris menyebabkan deposisi partikel asap di mukosa saluran napas. 10 Kontak langsung antara gas panas dan partikel asap terhadap epitel trakea menyebabkan pembentukan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan pada epitel trakea dan penurunan kemampuan regenerasi epitel setelah eksposur luka bakar. 11 Partikel asap dalam kasus kebakaran umumnya terdiri dari karbon monoksida. Efek mematikan dari karbon monoksida sudah dikenal sejak zaman Yunani dan Romawi, dimana semasa itu gas karbon monoksida digunakan untuk eksekusi. 12 Pada tahun 1857 Bernard et al menyatakan bahwa efek berbahaya CO disebabkan oleh perpindahan reversibel oksigen dari hemoglobin untuk membentuk karboksihemoglobin. 13 Pada tahun 1926 telah dibuktikan bahwa hipoksia disebabkan tidak hanya oleh karena daya transportasi oksigen yang inadekuat tetapi juga oleh karena gangguan penyerapan oksigen oleh jaringan. Warberg et al menggunakan kultur ragi untuk menunjukkan bahwa pengambilan oksigen terhambat oleh paparan karbon monoksida dalam jumlah besar. 13 Hal ini menyebabkan asfiksia perlahan yang berkontribusi terhadap penurunan perfusi jaringan.

4 Investigasi kematian pada kasus kebakaran memiliki beberapa tujuan termasuk diantaranya yang signifikan adalah identifikasi korban. Tujuan penting lainnya adalah untuk memastikan apakah korban meninggal selama terjadi kebakaran, atau sejak sebelum terjadi kebakaran untuk menyelidiki kemungkinan pembunuhan yang dipalsukan dengan kecelakaan kebakaran. 14 1.2 Rumusan masalah Bagaimanakah perbedaan gambaran histopatologi saluran napas atas intravital, perimortem dan postmortem mencit BALB/c yang diberikan paparan api? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan gambaran histopatologi saluran napas atas intravital, perimortem dan postmortem mencit BALB/c yang diberikan paparan api. 1.3.2 Tujuan khusus Mengetahui gambaran histopatologi saluran napas atas intravital mencit BALB/c yang diberikan paparan api selama 10 detik. Mengetahui gambaran histopatologi saluran napas atas intravital mencit BALB/c yang diberikan paparan api selama 20 detik. Mengetahui gambaran histopatologi saluran napas atas perimortem mencit BALB/c yang diberikan paparan api selama 10 detik.

5 Mengetahui gambaran histopatologi saluran napas atas perimortem mencit BALB/c yang diberikan paparan api selama 20 detik. Mengetahui gambaran histopatologi saluran napas atas postmortem mencit BALB/c yang diberikan paparan api selama 10 detik. Mengetahui gambaran histopatologi saluran napas atas postmortem mencit BALB/c yang diberikan paparan api selama 20 detik. Membandingkan gambaran histopatologi saluran napas atas intravital mencit BALB/c yang diberikan paparan api selama 10 detik terhadap Membandingkan gambaran histopatologi saluran napas atas intravital mencit BALB/c yang diberikan paparan api selama 20 detik terhadap Membandingkan gambaran histopatologi saluran napas atas perimortem mencit BALB/c yang diberikan paparan api selama 10 detik terhadap Membandingkan gambaran histopatologi saluran napas atas perimortem mencit BALB/c yang diberikan paparan api selama 20 detik terhadap

6 Membandingkan gambaran histopatologi saluran napas atas postmortem mencit BALB/c yang diberikan paparan api selama 10 detik terhadap Membandingkan gambaran histopatologi saluran napas atas postmortem mencit BALB/c yang diberikan paparan api selama 20 detik terhadap 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Menambah pemahaman teori tentang gambaran histopatologis luka bakar pada saluran napas atas. 1.4.2 Manfaat Aplikatif Meningkatkan pengetahuan dalam membedakan luka bakar terjadi sebelum atau sesudah kematian pada kasus korban kebakaran. Meningkatkan pengetahuan membedakan luka bakar antemortem dengan postmortem serta kaitannya terhadap penyebab kematian.

7 1.5 Orisinalitas No Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan 1 Bohnert M, Anderson J, Rothschild M, Böhm J. Immunohistochemical expression of fibronectin in the lungs of fire victims proves intravital reaction in fatal burns. Int J Legal Med. 2010;124(6):583-8. Studi immunohistokimia untuk mendeteksi keberadaan fibronektin paru dilakukan pada 73 korban kebakaran (63 kasus intravital dan 10 kasus postmortem). Metode : Eksperimental Pada grup intravital ekspresi fibronektin lebih kuat dibandingkan pada grup kontrol dan grup postmortem. Penilaian reaksi inflamasi dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan mengukur fibronektin. 2 Proudfoot A, Summers C, Jackson T, Hind M, Griffiths M. LSC 2012 abstract - Neutrophil trafficking in acute lung injury: A novel human ex vivo model. European Respiratory Journal. 2014;40(Suppl 56). Paru dari donor mati batang otak (N=3) ditempatkan pada unit perfusi paru ex vivo kemudian dihangatkan. Lipopolisakarida E.Coli (LPS, 6mg) diinjeksikan ke paru secara intrabronkhial. Gambaran CT, biopsi jaringan dan BALF untuk preparat cytopsin yang diambil pada T=0 dan T=4 jam setelah kerusakan yang diinduksi LPS. Metode : Eksperimental Gambaran CT menunjukkan infiltrat ground glass pada lobus paru yang diinjeksi LPS. Dibandingkan terhadap kontrol, paru yang diinjeksi LPS menunjukkan alveolitis neutrofilik sedangkan BAL cytopsin paru yang diinjeksi LPS menunjukkan predominansi sel neutrofil. Induksi inflamasi paru menggunakan lipopolisakarida E.Coli.

8 3 Mizutani A, Enkhbaatar P, Esechie A, Traber LD, Cox RA, Hawkins HK, et al. Pulmonary changes in a mouse model of combined burn and smoke inhalationinduced injury. Journal of Applied Physiology. 2008;105(2):678-84. Grup tikus luka bakar dibakar seluas 40% luas permukaan tubuh. Grup inhalasi asap mendapat inhalasi asap selama 2x30 detik asap pembakaran kapas. Grup luka bakar dan inhalasi asap mendapat kombinasi luka bakar dan inhalasi asap. Survivabilitas tikus dipantau selama 120 jam setelah perlakuan kemudian dibuat preparat histologi paru dari seluruh tikus percobaan. Dari 3 grup eksperimen, kerusakan paru terhebat secara histologi ditemukan pada grup yang mendapat luka bakar dan inhalasi asap. Ditemukan penebalan septum dan edema interstitial disertai kadar cairan paru yang lebih tinggi. Seluruh tikus yang diberikan perlakuan berada dalam fase hidup (intravital) dan tidak terdapat perbedaan variasi durasi paparan api. Metode : Eksperimental