BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA WARISAN ORANG TUA ANGKAT PERSPEKRIF HUKUM ADAT (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KLATEN)

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB I PENDAHULUAN. hidup rumah tangga setelah masing-masing pasangan siap untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. perceraian/pemutusan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah. budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada.

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah sebagai salah satu sumber kekayaan alam memiliki hubungan erat

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta warisan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN TERHADAP ANAK YANG TERLAMBAT MENDAPAT AKTA (Studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL BAGI KARYAWAN PADA PERUSAHAAN TEKSTIL PT. MUTU GADING KARANGANYAR TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. serta membutuhkan manusia lainnya untuk hidup bersama dan kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia mempunyai wewenang untuk mempunyai hak-hak khususnya. wewenang untuk mempunyai hak-hak keperdataan.

PELAKSANAAN PERKAWINAN BAGI ORANG YANG BERBEDA AGAMA

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan gizi tetapi juga masalah perlakuan seksual terhadap anak (sexual abuse),

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PELAKSANAAN PEWARISAN HAK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus Penetapan Pengadilan Negeri Nomor : 170/Pdt.P/2014/PN.Skt

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Hakim merupakan pelaku inti yang secara fungsional melaksanakan. kekuasaan kehakiman. Hakim harus memahami ruang lingkup tugas dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan masalah kepengurusan dan kelanjutan hak-hak serta

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi adanya hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan tetapi

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

Transkripsi:

BAB I A. Latar Belakang Masalah Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda yaitu laki-laki dan perempuan yang telah menjadi kodrat bahwa antara dua jenis itu saling berpasangan, maka untuk memenuhi niat kemanusiaan dapat disalurkan secara sah melalui ikatan perkawinan, yang dimana berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dalam Pasal 1 disebutkan Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Keutuhan Yang Maha Esa). Allah menciptakan keduanya dengan maksud untuk mendapatkan keturunan melalui suatu perkawinan, yang nantinya diharapkan dapat meneruskan cita-cita leluhur mereka. Akan tetapi, telah kita ketahui juga bahwa tidak semua pasangan seorang suami-isteri yang mengikatkan diri mereka dalam perkawinan tidak dikaruniai keturunan. Apabila di dalam suatu keluarga tidak sama sekali memperoleh keturunan, maka akan habis riwayat keluarga mereka. Hal itu tentunya akan sangat disayangkan oleh yang bersangkutan maka dari itu dapat di mengerti bahwa apabila di Indonesia ada kebiasaan mengangkat anak. Oleh karena pengangkatan anak merupakan suatu perbuatan hukum, maka diatur oleh ketentuan-ketentuan hukum perdata yang berlaku bagi yang bersangkutan. Mengenai pengangkatan anak di Negara Indonesia sampai sekarang belum mempunyai Undang-Undang pengangkatan anak secara nasional. Hanya ada suatu ketentuan-ketentuan yaitu Surat Edaran dari Mahkamah Agung yang berisi 1

2 pedoman dan petunjuk bagi para hakim untuk mengambil keputusan atau membuat ketetapan bila ada permohonan pengangkatan anak yaitu SEMA No. 2 Tahun 1979 yang telah disempurnakan oleh SEMA No. 6 Tahun 1983, serta Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dengan adanya penyempurnaan tersebut maka dimungkinkan adanya suatu kepastian hukum terhadap adanya proses pengangkatan anak dan biasanya pengangkatan anak hanya dilakukan secara adat saja dan hanya beberapa orang tua angkat saja yang mau datang ke Pengadilan Negeri untuk meminta pengesahan pengangkatan anak yang telah mereka lakukan agar mempunyai kepastian hukum. Pengangkatan anak menurut adat antara daerah yang satu dengan daerah yang lain berbeda-beda, seperti di Jawa dan Sulawesi. Pengangkatan anak laki-laki dan wanita pada umunya ditujukan pada keponakan-keponakannya sendiri berdasarkan alasan-alasan dan tujuan diantaranya, untuk memperkuat pertalian kekeluargaan dengan orang tua anak yang diangkat, untuk menolong anak yang diangkat atau dasar belas kasihan, atas dasar kepercayaan agar dengan mengangkat anak kedua orang tua angkat di karuiniai seorang anak, untuk membantu pekerjaan orang tua angkat. 1 Dengan demikian kehadiran seorang anak dalam sebuah rumah tangga maka orang cenderung untuk mengangkat anak, akan tetapi saat ini pengangkatan anak antara daerah yang satu dengan daerah yang lain berbeda-beda. Hal itu terjadi karena negara Indonesia merupakan negara yang majemuk yaitu terdiri dari berbagai suku bangsa adat istiadat dan kebudayaannya. 1 M.Budiarto, 1985, Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi Hukum, Jakarta: Akademika Pressindo, hal. 22.

3 Pengangkatan anak di Jawa Tengah dikenal dengan sebutan mupu anak adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh sepasang suami isteri guna untuk memungut anak orang lain atau keponakannya sendiri yang akan diasuh dan dididik sebagai anak kandung sendiri. Walaupun kedudukan anak angkat sama dengan anak kandung yaitu sebagai anggota keluarga orang tua angkat namun dalam hal-hal tertentu, misalnya dalam untuk memperoleh harta kekayaan orang tua angkatnya menurut hukum waris adat di tiap-tiap daerah di Indonesia tidaklah sama atau berbeda-beda. Seperti yang dikemukakan oleh Ter Haar, hukum waris adat adalah aturan-aturan hukum yang mengenai cara bagaimana dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud dari generasi pada generasi. 2 Sedangkan Soepomo menyatakan bahwa hukum adat waris memuat peraturanperaturan yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak berwujud benda (immateriele goederen) dari suatu angkatan manusia (generatic) kepada turunannya. 3 Kedudukan anak angkat terhadap harta warisan orang tua angkat yakni anak angkat dalam hukum adat jawa memiliki kedudukan yang sama dengan anak kandung mengenai kewarisannya yaitu mendapatkan bagian warisan karena telah dianggap keturunan sendiri oleh orang tua angkat tersebut, akan tetapi pembagian warisannya sesuai dengan keinginan dari orangtua angkatnya. 4 Adapun yang berhak untuk menjadi pewaris yaitu anak kandung, anak tiri dan anak angkat, dan 2 Hilman Hadikusuma, 1991, Hukum Waris Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama Hindu-Islam, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 6. 3 Ibid, hal. 6-7. 4 Putera Kayangan, 2011, Hak dan Kedudukan Anak angkat terhadap Harta Warisan, dalam http://tahakei.blogspot.com/2011/04/hak-dan-kedudukan-anak-angkat-terhadap_24.html diunduh Sabtu, 26 April 2014 12.43 wib.

4 waris balu (janda atau duda). Menurut hukum adat jawa para waris itu dapat digolongkan dalam urutan yaitu keturunan pewaris, orang tua pewaris, saudarasaudara pewaris atau keturunannya dan orang tua dari pada orang tua pewaris atau keturunannya. 5 Adapun tujuan dan motif untuk mengangkat seorang anak ialah karena belum mempunyai anak, adanya harapan atau kepercayaan akan mendapat anak setelah mengangkat anak atau sebagai pancingan, masih ingin menambah anak dengan anak yang lain jenis dari anak yang telah dipunyai, untuk dipakai sebagai teman bagi anak tunggal yang sudah ada, karena belas kasihan terhadap anak terlantar, miskin, atau anak yatim, dan sebagainya. 6 Kedudukan anak angkat di dalam suatu keluarga memegang peranan penting serta antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya terdapat adanya perbedaan yang jelas seperti akibat hukum dengan adanya pengangkatan anak serta kedudukan anak angkat terhadap harta warisan orang tua angkat dan penyelesaian masalah-masalah dari harta warisan dari orang tua angkat kepada anak angkat. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk menyusun skripsi ini dengan judul : TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA WARISAN ORANG TUA ANGKAT PERSPEKTIF HUKUM ADAT (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KLATEN). 5 Hilman Hadikusuma, 2003, Hukum Waris Adat, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 93. 6 M.Budiarto, 1984, Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi Hukum, Jakarta: Akademika Pressindo, hal. 9-10.

5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah terurai diatas, maka penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah akibat hukum yang timbul dengan adanya pengangkatan anak? 2. Bagaimana kedudukan anak angkat terhadap harta warisan orang tua angkat? 3. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menentukan hukum dalam putusan terhadap sengketa harta warisan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kegiatan yang bertujuan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan hukum anak angkat terhadap harta warisan orang tua angkat dalam hal pengangkatan anak. b. Untuk mengetahui hubungan-hubungan hukum dan akibat hukum dari adanya proses pengangkatan anak. c. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menentukan hukum dalam putusan terhadap sengketa harta warisan. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai upaya menambah pengetahuan bagi penulis dan masyarakat tentang kedudukan anak angkat terhadap harta warisan orang tua angkat dalam hal proses pewarisan.

6 b. Dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umunya dan Ilmu Hukum khusunya. 2. Manfaat praktis a. Dapat diketahui hubungan hukum serta akibat hukum yang timbul dari adanya pengangkatan anak. b. Dapat diketahui kedudukan seorang anak angkat terhadap harta warisan orang tua angkat. c. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap masyarakat terutama E. Metode Penelitian dalam pembagian harta warisan. Dalam suatu penelitian data adalah merupakan hal yang sangat penting, dimana diperlukan sebagai pembahasan permasalahan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Untuk menyelesaikan dan mendapatkan data serta jawaban yang obyektif ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan, maka dibutuhkan metode-metode tertentu, adapun pengertian metode penelitian adalah tak lain daripada cara mencari (dan menemukan pengetahuan yang benar yang dapat dipakai untuk menjawab suatu masalah). 7 Adapun metode penelitian yang dipakai untuk membahas masalah tersebut adalah : 1. Metode Pendekatan Metode Pendekatan yang digunakan oleh Penulis dalam penelitian ini adalah Pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada ilmu hukum dan 7 Sulistyowati Irianto dan Shidarta, 2011, Metode Penelitian Hukum : Konstelasi dan Refleksi, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hal. 97.

7 berusaha menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku dalam masyarakat. 8 Dengan pendekatan ini, peneliti ingin mengetahui dan memperoleh kejelasan tentang kedudukan anak angkat terhadap harta warisan orang tua angkat menurut hukum adat yang ada didaerah sekitar. 2. Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya penelitian ini termasuk dalam penelitian yang bersifat Deskriptif, yaitu dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Dengan kata lain untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu didalam memperkuat teori-teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori-teori baru. 9 Maka dalam hal ini menggambarkan atau melukiskan mengenai kedudukan anak angkat terhadap harta warisan orang tua angkat dalam hukum waris adat di Pengadilan Negeri Klaten. 3. Tipe Penelitian Tipe penelitian disini menggunakan studi kasus yaitu suatu metode yang dipergunakan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat, kelompok-kelompok dalam masyarakat, lembaga-lembaga masyarakat maupun individu-individu dalam masyarakat. 10 8 Roni Hanitijo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum, Semarang: Ghalia Indonesia, hal.106. 9 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press, hal. 10. 10 Sutrisno Hadi, 1989, Metodelogi Research, Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, hal. 3.

8 4. Populasi Penelitian Populasi penelitian ialah seluruh obyek penelitian atau obyek persoalan yang akan diteliti. 11 5. Teknik pengambilan sample Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunkan purposive sampling, yaitu Penarikan sample yaitu dilakukan dengan cara mengambil subjek didasarkan pada tujuan tertentu. 12 6. Sumber data Adapun sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data sekunder Dengan menggunakan bahan buku yang meliputi : 1) Bahan Hukum Primer meliputi : a) Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak b) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak c) Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No.110/HUK/2009 Tentang Persyaratan Pengangkatan Anak d) SEMA No. 6 Tahun 1983 Tentang Penyempurnaan Surat Edaran No. 2 Tahun 1979 11 Sutrisno Hadi, 1981, Metodelogi Research I, Jenis- jenis, Research, Yogyakarta: Fak. Fisiologi UGM, hal. 56. 12 Khudzaifah Dimyati & Kelik Wardiyono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal. 76.

9 2) Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku bacaan, laporan-laporan hasil penelitian hukum yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti yaitu Tinjauan Yuridis Kedudukan Anak Angkat Terhadap Harta Warisan Orang Tua Angkat Perspektif Hukum Adat (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klaten). 3) Bahan Hukum Tersier Bahan Hukum Tersier merupakan bahan yang digunakan sebagai pelengkap dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Seperti kamus, website atau internet yang ada keterkaitannya dengan kedudukan anak angkat terhadap harta warisan orang tua angkat. b. Data primer Data yang berupa sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung dari: a) Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Pengadilan Negeri Klaten. b) Subyek Penelitian Yaitu sejumlah keterangan dari Hakim Pengadilan Negeri Klaten.

10 7. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Studi kepustakaan Yaitu suatu metode untuk mengumpulkan data dengan cara mencari, mengumpulkan dan mempelajari peraturan perundangundangan dan bahan hukum lain yang mendukung dengan materi skripsi ini serta arsip-arsip yang diperoleh dari Pengadilan Negeri Klaten atau mempelajari bahan-bahan hukum baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier. b. Studi Lapangan Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti guna mendapatkan data primer, yang dilakukan dengan cara: 1) Observasi Observasi ialah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dengan tujuan untuk mendapatkan data yang menyeluruh dari perilaku manusia atau sekelompok manusia sebagaimana terjadi dalam kenyataan dan mendapatkan deskripsi yang relatif lengkap mengenai kehidupan sosial manusia dan salah satu aspek. 13 13 Amirudin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 30-31.

11 2) Wawancara Wawancara adalah cara untuk memeperoleh informasi dengan cara bertanya langsung pada yang diwawancarai, dan merupakan proses interaksi dan komunikasi. 14 Wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau keterangan terhadap orang-orang yang dianggap mengetahui dan memungkinkan diperoleh data yang berguna dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dalam peneletian ini, peneliti melakukan wawancara langsung dengan Hakim Pengadilan Negeri Klaten atau tokoh adat. 8. Metode Analisis Data Karena penulisan ini menggunakan penulisan deskriptif maka metode analisis data yang sesuai dengan penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif, yaitu suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara memadukan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan serta menafsirkan dan mendiskusikan data-data primer yang telah diperoleh dan diolah sebagai suatu yang utuh atau metode analisis. Di dalam penelitian ini literatur yang ada hubunganya dengan kedudukan anak angkat dipadukan dengan pendapat responden ( orang yang di wawancarai ) di lapangan dan dianalisis secara kualitatif dan dicari pemecahanannya dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya. 14 Ronny Hanitijo Soemitro, 1998, Metode Penulisan Hukum dan Juri Metri, Semarang: Ghalia Indonesia, hal. 57.

12 F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan hukum terdiri atas 4 (empat) Bab yang disusun secara sistematis, diamana tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan isi penulisan hukum. Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : Dalam bab I pendahuluan ini menyantumkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, sistematika penulisan. Tinjauan pustaka menjadi judul bab II yang didalamnya menyantumkan tentang tinjauan umum mengenai Pengangkatan Anak yang mencakup pengertian pengangkatan anak, motivasi pengangkatan anak, macam-macam pengangkatan anak, syarat-syarat pengangkatan anak, prosedur tata cara pengangkatan anak, akibat hukum pengangkatan anak. Tinjauan umum mengenai Hukum Waris Adat yang mencakup pengertian hukum waris adat, sifat hukum waris adat, sistem pewarisan menurut hukum adat, asas-asas pembagian warisan, penggolongan ahli waris, macam-macam harta dalam pewarisan. Tinjauan umum mengenai pemeriksaan perkara perdata yang mencakup mengajukan gugatan, pemanggilan para pihak, sidang pemeriksaan perkara, putusan hakim. Dalam bab III ini penulis memaparkan hasil penelitian dan membahas akibat hukum yang ditimbulkan dengan adanya pengangkatan anak, kedudukan anak angkat terhadap harta kekayaan orang tua angkat, pertimbangan hakim dalam menentukan hukum dalam putusan terhadap sengketa harta warisan. Bab IV sebagai penutup diisi dengan kesimpulan dan saran.