BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi, pendidikan akuntansi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring berjalannya waktu eksistensi auditor semakin diakui. Sebagai

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI MEDIASI PENGARUH PEMAHAMAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan dalam Putri, 2005). Oleh karena itu komitmen organisasi akan

BAB I PENDAHULUAN. di dalam bidang bisnis. Ada dua tanggung jawab akuntan publik dalam

INDEPENDENSI AUDITOR SEBAGAI MEDIASI PENGARUH PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik adalah profesi yang bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks (Halim, 2008). Peningkatan kompleksitas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. profesionalisme profesi. Profesionalisme suatu profesi diwujudkan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan karena tingkat materialitas dari satu

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Auditor merupakan ujung tombak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. pemerintah bahwa laporan keuangan yang disajikan dapat dipercaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar sangat diperlukan, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB I PENDAHULUAN. stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan. Jasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. due professional care dan selalu menjunjung tinggi kode etik profesinya.

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik pada saat ini merupakan profesi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

Bab 1. Pendahuluan. Diawal tahun 2000 dunia dikejutkan dengan merebaknya kasus-kasus

BAB I PENDAHULUAN. entitas dan memberikan pendapat terhadap saldo akun dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

Etika Bisnis & Profesi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi (Arens, 2011). Profesi berasal dari kata latin profess yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perokonomian Indonesia sekarang masih mengalami krisis

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan keuangan. Kinerja auditor pun berperan sebagai titik penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. professional, dalam tindakan kesehariannya akan terlihat bahwa akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. persaingan diantara para pelaku bisnis. Berbagai usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin berat, oleh karena itu perbaikan kompetensi seiring

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaannya. pihak internal maupun eksternal. Sudah menjadi kewajiban perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. etika yang telah ditetapkan oleh profesinya.

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia. Sumber daya ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan juga merupakan media penting dalam memberikan informasi kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri UKDW

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan bersaing untuk menjadi yang terbaik di antara. dan tidak menyesatkan pemakainya dalam pengambilan keputusan.

Bab I. Pendahuluan. baik, jujur, bertanggung jawab, dan memiliki integritas yang tinggi. manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Akuntan publik atau auditor independen dalam mengaudit perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa. Auditor memiliki tanggung jawab dalam melakukan audit atas

BAB I PENDAHULUAN. banyak perusahaan kecil menjadi besar dan perusahaan besar pun semakin

BAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta.

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Malang merupakan salah satu kota yang jumlah penduduknya cukup

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis

PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI DAN KEAHLIAN TERHADAP PROFESIONALISME AUDITOR (Studi kasus Kantor Akuntan Publik wilayah Surabaya Timur) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

2 Tidak semua auditor dapat melakukan tugasnya dengan baik, dan masih ada beberapa akuntan publik yang melakukan kesalahan. Kasus yang paling fenomena

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam SPAP SA 341 dijelaskan bahwa terkait opini going concern, auditor

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan go public membuat

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit-making) agar

BAB I PENDAHULUAN. publik harus bersikap independen terhadap berbagai kepentingan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan atau auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan atau prinsip akuntansi yang berterima umum dan penerapan standar atau prinsip tersebut secara konsisten (Fitriyani, 2013). Profesi akuntansi dituntut untuk dapat bekerja lebih profesional dan responsif dengan perubahan kondisi bisnis agar tetap survive. Para akuntan harus mengubah cara mereka dalam mengambil keputusan, karena mereka menghadapi dua kekuatan, yaitu meningkatkan kompetisi untuk para klien dan juga ancaman perjanjian hukum dari stakeholder. Untuk dapat survive di dalam lingkungan baru ini, mereka harus terus meningkatkan pertimbangan etika di dalam proses pengambilan keputusan seperti halnya dua kekuatan tersebut dapat mengancam perusahaan untuk bertahan dengan membuat keputusan tidak etis. Etika akuntan telah menjadi issue yang sangat menarik sejak merebaknya kasus Enron yang melibatkan salah satu kantor akuntan publik The Big Five Arthur Andersen, serta berbagai kasus serupa yang terjadi di Indonesia meskipun dengan bentuk yang berbeda. Penekanan pentingnya etika profesi khususnya bagi profesional di bidang akuntansi semakin menjadi 1

2 perhatian. Issue ini memberikan kita pelajaran berharga mengenai dampak dari keputusan etis untuk mempertahankan sebuah organisasi. Hal ini seharusnya tidak terjadi jika setiap akuntan memiliki pengetahuan, pemahaman dan menetapkan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya (Andini, 2010). Pada dekade-dekade belakangan ini banyak terjadi peristiwa bisnis yang menyebabkan para pengguna profesi akuntan publik mempertanyakan kesadaran moral dari para akuntan publik. Krisis moral dalam dunia bisnis yang sangat fenomenal pada dekade terakhir ini dan melibatkan profesi akuntan publik adalah kasus Enron yang terjadi di negara Amerika Serikat. Kasus Enron tidak hanya berdampak pada satu perusahaan saja tetapi juga berdampak bagi kinerja perekonomian Amerika Serikat secara keseluruhan. Akibat kasus Enron perekonomian Amerika Serikat mengalami penurunan, penurunan perekonomian ini ditandai dengan adanya penurunan harga saham di Wall Street hingga pada akhirnya indeks harga saham Dow Jones juga mengalami penurunan. Sedemikian besar dampak kasus Enron sehingga dirasakan pula oleh negara-negara lainnya Suharto (2002 dalam Ludigdo 2006). Tidak hanya di Amerika Serikat, di belahan negara-negara lain dan di Indonesia pun kasus-kasus bisnis yang melibatkan profesi akuntan publik juga terjadi. Sebagai contoh di Indonesia adalah kasus audit PT. Telkom yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto & Rekan (Media Akuntansi, 2003). Pada kasus ini audited financial statement (laporan

3 keuangan auditan) PT.Telkom yang merupakan hasil audit KAP Eddy Pianto & Rekan tidak diakui oleh pemegang otoritas pasar modal, di Amerika Serikat dalam hal ini adalah Security Exchange Commission (SEC). SEC meminta PT.Telkom untuk mencari KAP lain dalam rangka melakukan audit ulang atas laporan keuangannya. Sinaga, dkk., (2001 dalam Ludigdo 2006) memberikan suatu contoh kasus yang cukup menarik dari keterlibatan profesi akuntan publik di Indonesia dalam malpraktek bisnis. Kasus malpraktek akuntan tersebut adalah kasus penggelapan pajak. Kasus penggelapan pajak ini melibatkan KAP KPMG Sidharta Sidharta & Harsono (KPMG-SSH) yang menyarankan kepada kliennya (PT. Easman Christensen/PTEC) untuk melakukan penyuapan kepada aparat perpajakan Indonesia agar mendapatkan keringanan atas jumlah kewajiban pajak yang harus dibayarnya. Ironisnya, kasus ini diungkapkan oleh otoritas pasar modal Amerika Serikat (SEC) bukan otoritas yang berwenang lainnya di Indonesia. Kasus lainnya yang cukup menarik mengenai keterlibatan akuntan publik dalam kasus bisnis adalah keterlibatan 10 KAP ( jumlah sample dalam peer review) yang melakukan audit terhadap bank beku operasi dan bank beku kegiatan usaha (Toruan, 2002 dalam Ludigdo 2006). Bahkan dalam kasus ini KAP-KAP besar disebut-sebut juga terlibat. Nugrahaningsih (2005) mengatakan, saat ini auditor menjadi sorotan publik karena antara lain praktik-praktik profesi dilaksanakan dengan mengabaikan standar akuntansi bahkan kode etik. Perilaku tidak etis

4 merupakan isu relevan bagi profesi akuntan saat ini di Indonesia. Hal ini berkembang seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran kode etik, baik yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan internal maupun akuntan pemerintah. Perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan kode etik profesi auditor ini, tidak boleh dibiarkan terus-menerus terjadi karena akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor. Oleh karena itu, tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan juga memiliki pemahaman yang sangat penting dan mendalam dalam menjaga reputasi profesi akuntan. Untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan maka, independensi dan etika dalam profesi akuntan merupakan suatu hal yang harus dijunjung tinggi oleh auditor dan merupakan sebuah keharusan dalam era sekarang ini. Penyalahgunaan keahlian dalam membuat informasi akuntansi yang menyesatkan dan tidak benar untuk meraup keuntungan pribadi, belakangan ini telah banyak menimbulkan kerugian ekonomi masyarakat. Kecenderungan manusia yang menumpuk kekayaan dan keuntungan material lainnya membuat manusia lupa kepada etika, moral dan kepentingan umum. Harahap (2008 dalam Ludigdo 2006) menilai bahwa meski sejumlah profesi, termasuk profesi akuntansi memiliki etika profesi namun etika itu dibangun atas dasar rasionalisme ekonomi belaka, sehingga wajar jika etika tersebut tidak mampu menghindarkan manusia dari pelanggaran moral dan etika untuk mengejar keuntungan material.

5 Arifuddin (2002 dalam Azizza dan Salim, 2008) menyatakan bahwa dalam menjalankan tugas auditor internal sering menghadapi situasi yang dilematis. Selain harus patuh pada pimpinan tempat bekerja, juga harus menghadapi tuntutan dari masyarakat untuk memberikan laporan yang jujur. Meskipun demikian, kemampuan untuk membuat pertimbangan etis dan bertindak secara etis merupakan syarat bagi auditor untuk mengenali suatu isu etis Shaub (1993 dalam Azizza dan Salim, 2008). Idealisme mengukur sikap/perilaku seseorang untuk tidak melanggar nilai-nilai etika dan menimbulkan kerugian terhadap orang lain Comunale, dkk., (2006 dalam Putra dan Baridwan, 2011). Seseorang dengan tingkat idealisme yang tinggi akan memiliki prinsip untuk selalu menghindari perbuatan yang merugikan orang lain. Di dalam dunia kerja, seorang idealis akan sangat memegang teguh perilaku etis di dalam profesi yang mereka jalankan, sehingga individu dengan tingkat idealisme yang tinggi cenderung menjadi whistle blower dalam menghadapi situasi yang di dalamnya terdapat perilaku tidak etis. Sebaliknya, seorang dengan tingkat idealisme yang rendah justru akan menganggap prinsip moral dapat berakibat negatif yang diungkapkan oleh Putra dan Baridwan (2011). Khomsiyah dan Indriantoro (1997) mengungkapkan bahwa dengan mempertahankan integritas, seorang akuntan akan bertindak jujur, tegas dan tanpa pretense, sedangkan dengan mempertahankan objektivitasnya, ia akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya Sihwahyoeni, (1997 dalam Ludigdo, 2006).

6 Machfoedz (1997 dalam Andini, 2010) berpendapat bahwa profesionalisme suatu profesi mensyaratkan tiga hal utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota tersebut, yaitu keahlian, berpengetahuan dan berkarakter. Karakter menunjukkan personality seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Sikap dan tindakan etis akuntan akan sangat menentukan posisi di masyarakat pemakai jasa professional menurut Ludigdo dan Machfoedz (1999 dalam Andini, 2010). Sensitivitas etika atau kemampuan untuk dapat mengerti dan peka terhadap permasalahan etika merupakan landasan pijak bagi praktek akuntan dan memainkan peran kunci dalam semua area akuntansi. Sensitivitas etis adalah kemampuan untuk mengetahui masalah-masalah etis yang terjadi (Shaub, 1989). Lebih lanjut dijelaskan bahwa sensitivitas etis merupakan kemampuan untuk mengetahui bahwa suatu situasi memiliki makna etika ketika situasi itu dialami individu-individu. Menurut Komite Anderson, sensitivitas etika adalah tanggung jawab profesional. American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) mensyaratkan auditor untuk melatih sensitivitas profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitasnya Anderson dan Ellyson (1986 dalam Irawati dan Supriyadi, 2012). Konsep ini konsisten dengan prinsip yang dikemukakan oleh Shaub dkk., (1998 dalam Irawati dan Supriyadi, 2012), bahwa auditor (KAP) tidak tepat pada saat memutuskan harus sensitif atau tidak untuk situasi yang mengandung etika atau tidak. Oleh karena itu, auditor yang sensitif terhadap masalah etika akan lebih profesional (Irawati dan Supriyadi, 2012).

7 Agar dapat melatih sensitivitasnya dalam hal pertimbangan etika, auditor harus dapat mengakui ada masalah etika dalam pekerjaannya, dan sensitivitas tersebut merupakan tahap awal dalam dalam proses pengambilan keputusan etika (Aziza dan Salim, 2008). Terkait dengan penelitian ini menemukan bahwa para profesional cenderung mengabaikan masalah etika ketika mereka terfokus pada masalah etika. Aziza dan Salim (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh orientasi etika pada komitmen dan sensitivitas etika auditor pada para auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh pada komitmen profesional dan terdapat pengaruh antara orientasi etika dengan sensitivitas etika. Auditor dengan orientasi relativisme cenderung mengabaikan masalah etika, sedangkan auditor dengan orientasi idealisme mampu mengakui masalah etika serta setia pada profesi dan Kantor Akuntan Publik (KAP) nya. Irawati dan Supriyadi (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh orientasi etika pada komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika pemeriksa dengan gender sebagai variabel pemoderasi. Hasilnya menunjukkan bahwa gender merupakan pemoderasi dalam hubungan antara idealisme orientasi etika terhadap komitmen organisasional dan sensitivitas etika. Akan tetapi penelitian ini tidak berhasil menguji bahwa gender merupakan pemoderasi dalam hubungan antara idealisme orientasi etika terhadap komitmen profesional dan tidak berhasil menguji bahwa gender merupakan pemoderasi dalam hubungan antara relativisme orientasi etika

8 terhadap komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika. Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Aziza dan Salim (2008) dan Irawati dan Supriyadi (2012). Penelitian ini menguji kembali fenomena yang sama dari penelitian tersebut dalam profesi akuntan, dan model dikembangkan untuk menjelaskan faktor personal dan lingkungan, yang mempengaruhi sensitivitas auditor pada situsasi etika. Penulis hanya mengambil sebagian variabel yang digunakan oleh dua penelitian sebelumnya dan dilakukan pada auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP) Kota Surakarta. Dengan memperhatikan latar belakang penelitian ini, maka penulis mengambil judul PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR (Studi Empiris Pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Surakarta). B. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah orientasi etika auditor berpengaruh terhadap sensitivitas etika auditor? 2. Apakah komitmen profesional berpengaruh terhadap sensitivitas etika auditor? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:

9 1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh orientasi etika auditor terhadap sensitivitas etika auditor. 2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh komitmen profesional terhadap sensitivitas etika auditor. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai wacana dalam bidang ilmu akuntansi terutama yang berkaitan dengan orientasi etika auditor serta sensitivitas etika auditor. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Organisasi Profesi Akuntansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menggugah organisasi profesi akuntansi untuk lebih berperan dalam melakukan pengawasan pelaksanaan etika profesi akuntan. b. Bagi Akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan serta referensi yang berguna bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan sensitivitas etika auditor.

10 E. Sistematika Penulisan yaitu: Secara garis besar, pembahasan penelitian ini dibagi menjadi lima bab, BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendasari tentang pengambilan keputusan, Etika Profesi Akuntan, sensitivitas etika, orientasi etika, komitmen profesional, tinjauan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, populasi sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, uji kualitas data dan teknik analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang gambaran umum penelitian, hasil analisis data dan pembahasan tentang hasil analisis data. BAB V PENUTUP Dalam bab ini dibahas tentang kesimpulan mengenai hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang perlu dikemukakan.