STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH INKLUSI BAJA TERHADAP PERILAKU MORTAR-INKLUSI ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH DIAMETER DAN KUAT TEKAN INKLUSI TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR

PENGARUH GRADASI PASIR DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA MORTAR TERHADAP KEKUATAN BETON PREPACKED

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH JARAK DAN VARIASI PENEMPATAN MULTI- INKLUSI BERBENTUK LINGKARAN TERHADAP PERILAKU BETON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. beton. Sebenarnya masih banyak alternatif bahan lain yang dapat dipakai untuk

PENGARUH VARIASI INKLUSI TERHADAP KUAT TEKAN DAN PERUBAHAN DIMENSI PADA MORTAR INKLUSI TUNGGAL DALAM RASIO YANG DITETAPKAN

PENGARUH RASIO JARAK AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON MORTAR. Bayu Asmoro, Moh. Wahyudi Han Ay Lie * ), Purwanto

PENGARUH METODE TWO-STAGE MIXING APPROACH (TSMA) TERHADAP KUAT TEKAN BETON POROUS DENGAN VARIASI KOMPOSISI AGREGAT KASAR DAUR ULANG (RCA)

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

LEMBAR PENGESAHAN PERHITUNGAN DAN VALIDASI BALOK BETON BERTULANG DENGAN AGREGAT SLAG

PENGARUH BENTUK DAN KONFIGURASI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR. Martin Hutagalung, Yanuar Setiawan Han Ay Lie* ), Parang Sabdono

BAB 1 PENDAHULUAN. baja. Dewasa ini, beton amat mempengaruhi kehidupan manusia karena

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH TEGANGAN TEKAN SELAMA PROSES PRODUKSI TERHADAP KUAT TEKAN DRY CONCRETE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT JENUH KERING MUKA DENGAN AGREGAT KERING UDARA

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini merupakan hasil limbah olahan besi-besi bekas produksi dari PT. Inti General Yaja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1.2. TUJUAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Augustinus NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN RESIN PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KEKUATAN BETON

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PERBANDINGAN DESAIN CAMPURAN BETON NORMAL MENGGUNAKAN SNI DAN SNI 7656:2012

PERILAKU MEKANIK LEKATAN BETON DAN TULANGAN PADA BETON MUTU TINGGI AKIBAT BEBAN STATIK TESIS

Gambar 1 PENGARUH KONFIGURASI BAJA DAN FAKTOR KELANGSINGAN TERHADAP KAPASITAS TEKAN KOLOM

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

STUDI PENGARUH SERAT POLYPROPYLENE (PP) TERHADAP KUAT TEKAN DAN TARIK BELAH SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

Studi Mengenai Keberlakuan Pengaruh Permukaan Spesifik Agregat terhadap Kuat Tekan dalam Campuran Beton

Viscocrete Kadar 0 %

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

PEMERIKSAAN TEGANGAN LEKAT BETON DENGAN VARIASI LUAS TULANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam bidang

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN BETON RECYCLE SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON TERHADAP KUAT TARIK BELAH. DENGAN MUTU RENCANA f c = 25 MPa


NILAI KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN VARIASI UKURAN DIMENSI BENDA UJI

PENGUJIAN KEKUATAN PENGHUBUNG GESER YANG TERBUAT DARI BAJA TULANGAN BERBENTUK L YANG DIBENGKOKKAN DENGAN SUDUT 45 DERAJAT

STUDI EKSPERIMENTAL BALOK BETON BERTULANG BERSENGKANG TERTUTUP TEGAK DENGAN PENYAMBUNG KAIT DAN LAS

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

STUDI EKSPERIMEN PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON NORMAL DAN BETON DENGAN TAMBAHAN ADDITON DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PCC

KAJIAN PERAN TULANGAN PADA GESER INTERFACE ANTARA BETON LAMA DAN BARU

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAJA TERHADAP KEKUATAN BETON MUTU 60 MPa

STUDI EKSPERIMENTAL KOMPARASI KAPASITAS BALOK DENGAN PLATFORM GALVALUM DENGAN BALOK KONVENSIONAL

PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON ABSTRACT

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

Analisis Kuat Tekan Beton yang Menggunakan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Beberapa Quarry di Kabupaten Fakfak

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

PERILAKU LEKATAN TULANGAN ULIR TERHADAP MATERIAL SCC (067M)

BAB I PENDAHULUAN. ini, para insinyur dituntut untuk memberikan inovasi-inovasi baru agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. lain biaya (cost), kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), kestabilan (stability)

STUDI EKSPERIMENTAL PROPORSI BETON PORTLAND POZOLAN GRESIK SESUAI ACI 211.4R-08 YANG DIKOREKSI SESUAI ACI 211.7R-15

JURNAL TUGAS AKHIR VARIASI CURING TERHADAP LEKATAN ANTARA TULANGAN DAN BETON YANG MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN PASIR LAUT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

KETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG

Kata Kunci: Struktur Komposit, Penghubung Geser Lekatan (Bond Connector), Kuat Tekan Beton, Kuat Lekat, dan Slip.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu material yang banyak digunakan sebagai material

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton merupakan material bangunan yang paling umum digunakan dalam

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

SKRIPSI UJI EKSPERIMENTAL BETON NORMAL DIBANDINGKAN BETON SELF COMPACTING DENGAN AGREGAT DAUR ULANG DAN LIMBAH GENTENG TANAH LIAT

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m 2

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

PENGARUH PASIR BATU BREKSI SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DITINJAU DARI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT DAUR ULANG BETON KEDALAM CAMPURAN BETON K 175 (PENELITIAN)

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUI BEBAN AKSIAL DAN MULTI AKSIAL TEKAN PADA BETON MUTU TINGGI TESIS MAGISTER. Oleh : SUHARWANTO

BAB I PENDAHULUAN I 1

PENGARUH DOSIS DAN ASPEK RASIO SERAT BAJA TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS PADA BETON NORMAL DAN BETON MUTU TINGGI

ANALISA PENGARUH PENGGUNAAN SERAT SERABUT KELAPA DALAM PRESENTASE TERTENTU PADA BETON MUTU TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK

PEMANFAATAN CLAY EX. BENGALON SEBAGAI AGREGAT BUATAN DAN PASIR EX. PALU DALAM CAMPURAN BETON DENGAN METODE STANDAR NASIONAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN UJI TARIK LANGSUNG DAN UJI TARIK BELAH BETON

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PECAHAN BETON RECYCLE SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON DENGAN MUTU RENCANA f c = 25 MPa

KELAYAKAN PASIR KALI MAS SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON DAN MORTAR

KAJIAN MENGENAI STANDAR DEVIASI HASIL UJI TEKAN BETON

PLAT LANTAI PRACETAK DENGAN BETON RINGAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAJA 4D DRAMIX TERHADAP KUAT TEKAN, TARIK BELAH, DAN LENTUR PADA BETON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

, Halaman 114-122 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH INKLUSI BAJA TERHADAP PERILAKU MORTAR-INKLUSI Nauval Rabbani, Mona Dwi Anggraeni, Purwanto *), Yulita Arni P. *) Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, SH., Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024) 7474770, Fax.: (024) 7460060 ABSTRAK Beton merupakan material komposit yang tersusun dari mortar dan agregat kasar, serta disatukan oleh semen melalui proses hidrasi. Kuat tekan material beton sangat tergantung dari karakteristik material penyusunnya, dan kekuatan lekatan daerah peralihan antara mortar dengan permukaan agregat kasar yang disebut Interfacial Transition Zone (ITZ). Penelitian mengenai mortar inklusi sudah banyak dilakukan, namun masih sedikit penelitian yang memodelkan inklusi dengan baja. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh ITZ baja terhadap mortar inklusi, maka dalam penelitian ini menggunakan beberapa macam mutu mortar yaitu dengan kuat tekan 20, 40, dan 60 MPa. Benda uji menggunakan ukuran 150 x 150 x 50 mm dengan inklusi silinder baja tipe BJTP-40 berdiameter 25 mm dan 32 mm. Silinder baja diletakkan tepat di pusat titik berat benda uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu mortar dan diameter inklusi sangat mempengaruhi perilaku dari benda uji. Kuat tekan mengalami penurunan diakibatkan oleh semakin luasnya diameter inklusi, sedangkan angka deformasi menurun dengan kenaikan pada nilai mutu mortar. Pengamatan yang dilakukan saat pengujian menunjukkan bahwa pola retak yang terjadi adalah columnar yang terjadi di daerah inklusi yang merupakan daerah terlemah dikarenakan oleh ITZ. Kata kunci: inklusi, ITZ, mortar. ABSTRACT Concrete is a composite material composed from mortar and coarse aggregates, and formed by cement through a process of hydration. The compressive strength of the concrete material is highly dependent on the characteristics of the material, and the adhesive strength of the transition region between mortar and coarse aggregate surface called Interfacial Iransition Zone (ITZ). Research on mortar inclusions has been widely practiced, but there is still few research about inclusion model with steel. To find out more knowing about the impact of ITZ steel on mortar inclusions, in this study used several types of mortar compressive strength with 20, 40, and 60 MPa. The size of specimens were 150 x 150 x 50 mm with inclusions of BJTP-40 steel cylinders with 25 mm and 32 mm in diameters. The steel cylinder is placed right in the center of the speciment. It was shown that the quality of mortar and inclusion s * ) Penulis Penanggung Jawab [Type text] Page 114

diameter greatly influence the behavior of the specimen. The compressive strength decreases due to the increase in inclusion area, while the deformation rate decreases due to the increase in mortar quality value. Observations made during the test showed that the fracture pattern that occur is columnar that happens in the area of inclusion which is the weakest area due to ITZ. Keywords: inclusion, ITZ, mortar. PENDAHULUAN Agregat kasar atau split umumnya memiliki bentuk dan mutu yang bervariasi yang nantinya akan mempengaruhi nilai kuat tekan suatu beton. Terdapat lekatan daerah peralihan antara permukaan agregat kasar dengan mortar yang disebut interfacial transition zone (ITZ) dimana merupakan kondisi titik terlemah yang mempengaruhi kuat tekan beton. Penelitian tentang ITZ yang sudah banyak dilakukan yaitu dengan memodelkan agregat sebagai inklusi. Inklusi adalah sebuah bagian atau komponen yang terdapat pada komponen lain yang memiliki karakteristik berbeda. Setiawan dan Hutagalung (2013) yang memodelkan inklusi sebagai agregat kasar pada penelitiannya menyatakan bahwa spesimen dengan inklusi segitiga dengan sudut lancip sebesar 60 derajat, yang letak bagian lancipnya diatas mempunyai kapasitas kekuatan hanya 52% dari kapasitas spesimen mortar sedangkan kekuatan spesimen hanya menurun 40% dari kapasitas spesimen mortar dengan inklusi berbentuk lingkaran. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan inklusi bentuk silinder, untuk mengurangi efek terhadap stress concentration. Penelitian Wahyu dan Wardhana (2016) serta Nurmalita (2016) menggunakan material inklusi berupa mortar menunjukkan bahwa semakin besar diameter inklusi maka nilai kuat tekan benda uji akan semakin menurun. Hal itu dikarenakan pada area lekatan antara inklusi dengan mortar terjadi pembesaran konsentrasi tegangan yang merupakan bagian terlemah dari benda uji tersebut. Sejauh ini inklusi yang digunakan dalam beberapa penelitian masih dalam bentuk batuan atau mortar, sedangkan pengetahuan mengenai perilaku ITZ akan inklusi dengan baja masih minim akan penelitiannya. Hal ini akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini dengan menggunakan permodelan inklusi menggunakan baja tulangan. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh ITZ dari inklusi baja terhadap mortar inklusi, maka pada penelitian ini dimodelkan inklusi silinder baja dengan variasi diameter pada mortar yang bervariasi mutu rencananya. Model spesimen yang dibuat seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Mortar Inklusi Gambar 1. Pemodelan Benda Uji [Type text] Page 115

METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Penelitian Pemodelan benda uji dalam penelitian ini yaitu mortar dengan ukuran 150x150x50 mm dengan variasi mutu rencana yaitu 20, 40, dan 60 MPa serta menggunakan inklusi baja dengan diameter 25,4 dan 32 mm. Terdapat benda uji tanpa inklusi dan mortar berukuran 50x50x50 mm yang digunakan untuk menentukan mutu mortar. Pembuatan Benda Uji Pembuatan benda uji dilakukan di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Untuk mendapatkan tiga macam variasi kuat tekan, campuran direncanakan berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Han dan Sabdono (2011) seperti yang terlihat pada Tabel 1 serta menggunakan faktor air semen dan superplasticizer sebesar 0,482 dan 0,0028 dari berat semen. Tabel 1. Proporsi Semen dan Pasir Mortar pada penelitian Han dan Sabdono (2011). Kuat Tekan Semen : Pasir 20 Mpa 1 : 3,81 40 Mpa 1 : 2,62 60 Mpa 1 : 1,42 Material yang digunakan dalam pembuatan benda uji yaitu pasir Muntilan, semen tipe Ordinary Portland Cement, superplasticizer dari SIKA Viscocrete 1003, silinder baja dan air yang berasal dari air PDAM di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Undip. Persiapan material dilakukan mulai dari pemeriksaan pasir, pengujian baja, dan trial mutu. Pengecoran dilakukan pada bekisting yang sudah disiapkan, setelah 24 jam bekisting dibongkar dan dilakukan proses curing atau perawatan dengan cara direndam selama 28 hari. Pengujian benda uji dilakukan setelah tahap curing dengan menggunakan Compression Test Machine merk Hung Ta. Set-up pengujian berupa menempatkan dua lapisan teflon di atas dan di bawah benda uji. Dua buah LVDT (Linear Variable Displacement Transducer) ditempatkan di sisi kanan dan sisi bawah dari benda uji. Penggunaan LVDT untuk mengukur displacement. Load cell ditempatkan pada bagian bawah. Load cell dan LVDT dihubungkan dengan data logger komputer untuk membaca respon yang didapat berupa beban dan displacement HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA DATA Kuat Tekan Mortar Pengujian kuat tekan mortar bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan mortar yang digunakan untuk membuat benda uji mortar-inklusi. Pengujian kuat tekan mortar pada penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk kubus sesuai dengan ASTM C 109/C 109M 07 dengan ukuran 50 50 50 mm sebanyak 3 buah kubus untuk masing-masing mutu mortar. Hasil kuat tekan mortar ditunjukkan pada Tabel 2. [Type text] Page 116

No Mutu Mortar (Mpa) Tabel 2. Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Umur (hari) Gaya Tekan (N) Kokoh Tekan (N/mm2) 1 28 58513,68 23,405 2 20 28 57901,28 23,161 3 28 61529,40 24,612 4 28 105232,61 42,093 5 40 28 110987,81 44,395 6 28 103841,29 41,537 7 28 156975,21 62,790 8 60 28 159956,61 63,983 9 28 155711,36 62,285 Keterangan: A = 50 x 50 mm Kokoh Tekan (N/mm2) 23,726 42,675 63,019 Benda Uji Kontrol Perilaku Benda uji tanpa inklusi dibuat sebagai benda uji kontrol perilaku dengan ukuran 150 150 50 mm, untuk mengetahui perbedaan perilaku mortar normal terhadap mortar yang telah ditambahkan inklusi baja silinder. Data nilai deformasi pada masing-masing benda uji tanpa inklusi (BUK) ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai pada Benda Uji Kontrol Perilaku (BUK) Mutu Benda Uji 20 Mpa 40 Mpa 60 Mpa 2,285 1,782 1,622 0,888 1,223 0,991 0,472 0,629 0,683 1,896 1,034 0,595 Benda Uji dengan Mutu Mortar 20 MPa Pada benda uji dengan mutu mortar 20 MPa ditambahkan inklusi berupa baja silinder dengan 2 macam diameter yaitu Ø 25 mm dan Ø 32 mm yang diletakkan pada titik berat benda uji. Hasil pengujian benda uji mortar inklusi 20 MPa berupa nilai deformasi dapat dilihat pada Tabel 4. Sedangkan hasil rasio deformasi benda uji terhadap benda uji tanpa inklusi (BUK) dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 2. [Type text] Page 117

Rasio Benda Uji terhadap Benda Uji Tanpa Inklusi Tabel 4. Nilai pada Benda Uji Mortar Inklusi 20 MPa Inklusi 25 32 0,976 1,445 1,183 1,964 1,517 1,657 1,201 1,713 Tabel 5. Benda Uji Mortar Inklusi 20 MPa Inklusi Rasio Luas Inklusi terhadap Luas Benda Uji Rasio Benda Uji terhadap Benda Uji Tanpa Inklusi 25 0,022 1,201 0,634 32 0,036 1,713 0,903 1.200 1.000 0.903 0.800 0.600 0.634 0.400 0.200 0.000 0.022 0.036 Rasio Luas Penampang Inklusi terhadap Luas Penampang Benda Uji Gambar 2. Grafik Hubungan Rasio Luas Penampang Inklusi terhadap Luas Penampang Benda Uji pada Mortar Inklusi dengan Rasio Benda Uji terhadap Benda Uji tanpa Inklusi pada Mutu 20 MPa Benda Uji dengan Mutu Mortar 40 MPa Pada benda uji dengan mutu mortar 40 MPa ditambahkan inklusi berupa baja silinder dengan 2 macam diameter yaitu Ø 25 mm dan Ø 32 mm yang diletakkan pada titik berat benda uji. Hasil pengujian benda uji mortar inklusi 40 MPa berupa nilai deformasi dapat dilihat pada Tabel 6. Sedangkan hasil rasio deformasi benda uji terhadap benda uji tanpa inklusi (BUK) dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 3. [Type text] Page 118

Rasio Benda Uji terhadap Benda Uji Tanpa Inklusi Tabel 6. Nilai pada Benda Uji Mortar Inklusi 40 MPa Inklusi 25 32 0,807 0,898 0,324 0,781 0,913 0,652 0,676 0,782 Tabel 7. Benda Uji Mortar Inklusi 40 MPa Inklusi Rasio Luas Inklusi terhadap Luas Benda Uji Rasio Benda Uji terhadap Benda Uji Tanpa Inklusi 25 0,022 0,676 0,654 32 0,036 0,782 0,756 1.000 0.800 0.600 0.400 0.200 0.654 0.756 0.000 0.022 0.036 Rasio Luas Penampang Inklusi terhadap Luas Penampang Benda Uji Gambar 3. Grafik Hubungan Rasio Luas Penampang Inklusi terhadap Luas Penampang Benda Uji pada Mortar Inklusi dengan Rasio Benda Uji terhadap Benda Uji tanpa Inklusi pada Mutu 40 MPa Benda Uji dengan Mutu Mortar 60 MPa Pada benda uji dengan mutu mortar 60 MPa ditambahkan inklusi berupa baja silinder dengan 2 macam diameter yaitu Ø 25 mm dan Ø 32 mm yang diletakkan pada titik berat benda uji. Hasil pengujian benda uji mortar inklusi 60 MPa berupa nilai deformasi dapat dilihat pada Tabel 8. Sedangkan hasil rasio deformasi benda uji terhadap benda uji tanpa inklusi (BUK) dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 4. [Type text] Page 119

Rasio Benda Uji terhadap Benda Uji Tanpa Inklusi Tabel 8. Nilai pada Benda Uji Mortar Inklusi 60 MPa Inklusi 25 32 0,448 0,472 0,601 0,817 0,922 0,535 0,507 0,758 Inklusi Tabel 9. Benda Uji Mortar Inklusi 60 MPa Rasio Luas Inklusi terhadap Luas Benda Uji Rasio Benda Uji terhadap Benda Uji Tanpa Inklusi 25 0,022 0,507 0,853 32 0,036 0,758 1,275 1.600 1.400 1.200 1.000 0.800 0.600 0.400 0.200 0.000 0.853 1.275 0.022 0.036 Rasio Luas Penampang Inklusi terhadap Luas Penampang Benda Uji Gambar 4. Grafik Hubungan Rasio Luas Penampang Inklusi terhadap Luas Penampang Benda Uji pada Mortar Inklusi dengan Rasio Benda Uji terhadap Benda Uji tanpa Inklusi pada Mutu 60 MPa Hubungan Pengaruh Mutu Mortar dan Inklusi Terhadap dan Kekuatan Benda Uji Penelitian ini menggunakan 3 variasi mutu mortar yang digunakan yaitu 20, 40, dan 60 Mpa. Mutu mortar yang berbeda akan menghasilkan perilaku benda uji yang berbeda juga. Hal tersebut yang akan mempengaruhi besar kecilnya deformasi yang terjadi. Grafik hubungan antara varasi mutu mortar dan diameter inklusi dengan besarnya deformasi yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 5. [Type text] Page 120

Gambar 5. Grafik Hubungan Variasi Mutu Mortar dan Dimensi Inklusi terhadap Melalui Gambar 5, ketiga grafik tersebut menunjukkan bahwa mutu mortar mempengaruhi nilai deformasi yang terjadi pada benda uji mortar-inklusi. Terlihat bahwa semakin tinggi mutu mortar yang digunakan maka nilai deformasi yang dihasilkan semakin kecil. Sebaliknya mutu mortar yang lebih rendah akan menghasilkan nilai deformasi yang lebih tinggi. Semakin tinggi mutu mortar maka kekuatan yang dimiliki untuk menahan beban gaya tekan juga akan semakin besar. Melalui Gambar 5 terlihat nilai deformasi yang dihasilkan oleh mortar mutu tinggi 60 MPa menunjukkan bahwa benda uji tersebut dapat menahan beban yang lebih besar dibandingkan dengan mortar dengan mutu yang lebih rendah. Selain itu grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin besar diameter inklusi yang digunakan maka deformasi yang terjadi akan semakin besar. Sebaliknya penggunaan diameter inklusi yang lebih kecil akan memiliki kecenderungan menghasilkan angka deformasi yang lebih rendah. Pada benda uji kontrol tanpa inklusi, deformasi yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan benda uji diameter inklusi 25 mm. Akibat dari tidak adanya inklusi maka beban yang ada seluruhnya hanya diterima oleh mortar tersebut. Lain halnya dengan benda uji mortar-inklusi diameter 25 mm, pada benda uji ini terjadi penurunan angka deformasi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya penambahan inklusi berupa baja silinder yang memungkinkan inklusi baja tersebut turut serta dalam menahan beban yang diterima oleh benda uji sehingga dapat mempertahankan bentuk dan memperkecil nilai deformasi yang terjadi. Pada benda uji mortar-inklusi diameter 32 mm terjadi kenaikan angka deformasi dibandingkan dengan benda uji kontrol dan benda uji mortar-inklusi diameter 25 mm. Semakin bertambah besar diameter inklusi memiliki kecenderungan terjadinya konsentrasi tegangan yang menyebabkan melemahnya daerah ITZ pada benda uji. Semakin besar diameter inklusi, maka daerah lekatan ITZ akan bertambah besar sehingga ketika daerah pertahanan mortar berkurang maka keruntuhan benda uji terjadi lebih cepat. Terkait dengan kekuatan benda uji, melalui Gambar 5 terlihat bahwa kekuatan benda uji meningkat seiring dengan semakin besarnya mutu mortar. Selain itu penggunaan diameter inklusi yang semakin kecil akan menghasilkan benda uji mortar-inklusi yang lebih besar kekuatannya. inklusi yang semakin besar akan mengurangi area mortar yang menyebabkan konsentrasi tegangan akan terjadi lebih cepat sehingga kekuatan benda uji tersebut akan menurun. [Type text] Page 121

Pola Retak Benda Uji Pola retak yang terjadi pada benda uji mortar-inklusi dipengaruhi oleh variasi mutu mortar dan diameter inklusi. Pola retak yang terjadi pada benda uji mortar-inklusi bersifat columnar yaitu dari ujung atas cenderung agak ke samping kemudian menerus ke bawah ke daerah lekatan antara inklusi dengan mortar sampai pada beban maksimum dan benda uji akan runtuh seperti terlihat pada Gambar 6. Kesimpulan Gambar 6. Pola Retak pada Benda Uji Mortar-Inklusi 1. Semakin tinggi mutu mortar yang digunakan maka nilai deformasi yang dihasilkan semakin kecil. Sebaliknya mutu mortar yang lebih rendah akan menghasilkan nilai deformasi yang lebih besar. Benda uji dengan mutu mortar 20 MPa menghasilkan angka deformasi tertinggi, sedangkan benda uji dengan mutu mortar 60 MPa menghasilkan angka deformasi terrendah. 2. Penggunaan diameter inklusi besar yaitu Ø32 mm deformasi yang terjadi semakin tinggi. Sebaliknya penggunaan diameter inklusi yang kecil yaitu Ø25 mm memiliki kecenderungan menghasilkan angka deformasi yang lebih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh adanya penambahan inklusi berupa baja silinder yang memungkinkan inklusi baja tersebut turut serta dalam menahan beban yang diterima oleh benda uji sehingga dapat mempertahankan bentuk dan memperkecil nilai deformasi yang terjadi. Semakin bertambah besar diameter inklusi memiliki kecenderungan terjadinya konsentrasi tegangan yang menyebabkan melemahnya daerah ITZ (Interfacial Transition Zone) pada benda uji. Semakin besar diameter inklusi, maka daerah lekatan ITZ akan bertambah besar sehingga menyebabkan area mortar berkurang dan menyebabkan peningkatan nilai deformasi. DAFTAR PUSTAKA Han, A. L. and Sabdono, P., 2011, Experimental Study to the Load-Displacement Response of the Interfacial Transition Zone in Concrete, The 3rd International Conference European Asian Civil Engineering Forum (EACEF-2011), Designing and Constructing Sustainability, Yogyakarta, Indonesia, 20-22 September 2011. Hutagalung, M. dan Setiawan, Y., 2013, Pengaruh Bentuk dan Agregat terhadap Kuat Tekan Mortar, Civil Engineering Department, Diponegoro University. Nurmalita, Vanessa; Lie, Han Ay; Nuroji. Pengaruh Variasi Inklusi Terhadap Kuat Tekan dan Perubahan Dimensi pada Mortar Inklusi Tunggal Dalam Rasio yang Ditetapkan. Jurnal Ilmiah Teknik SIpil, [S.1.] feb. 2017. Available at : https://ojs.unud.ac.id/index.php/jits/article/view/30396 Wahyu, R., and Wardhana, W., 2016. Studi Eksperimental Pengaruh Dan Kuat Tekan Inklusi Terhadap Kuat Tekan Mortar. Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. [Type text] Page 122