DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 3 1.3. Tujuan Penelitian... 3 1.4. Manfaat Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA... 5 2.1. Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr.)... 5 2.1.1. Morfologi Aren... 6 2.2. Reproduksi Tanaman Aren... 9 2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Aren... 9 2.4. Perkecambahan Benih Aren... 10 2.5. Kultur Jaringan... 12 2.5.1. Manfaat... 13 2.5.2. Sterilisasi Bahan Tanaman... 14 2.6. Zat Pengatur Tumbuh... 15 2.6.1. Giberelin (GA 3 )... 16 2.7. Teknik Pematahan Dormansi... 17 2.7.1. Skarifikasi... 19 2.7.1.1. Skarifikasi Mekanik... 19 2.7.1.2. Skarifikasi Kimiawi... 19
2.7.2. Stratifikasi... 20 III. METODE PENELITIAN... 21 3.1. Metode Pengumpulan Data... 21 3.1.1. Waktu dan Tempat Penelitian... 21 3.1.2. Alat dan Bahan Penelitian... 21 3.1.2.1. Alat... 21 3.1.2.2. Bahan... 21 3.2. Prosedur Kerja... 21 3.2.1. Percobaan 1... 22 3.2.1.1. Pembuatan Media Prekondisi... 22 3.2.1.2. Pembuatan Media Perbanyakan dengan Kombinasi Hormon NAA dan BAP... 22 3.2.1.3. Perendaman Benih Aren dan Sterilisasi... 23 3.2.1.4. Penanaman Benih Aren Secara In vitro... 23 3.2.1.5. Subkultur Eksplan Aren... 23 3.2.1.6. Pengamatan... 23 3.2.2. Percobaan 2... 24 3.2.2.1. Pembuatan Media ½ MS... 24 3.2.2.2. Pembuatan Larutan Giberelin... 24 3.2.2.3. Perendaman Benih Aren dalam Giberelin... 25 3.2.2.4. Penanaman Benih Aren pada Media In vitro... 25 3.2.2.5. Penanaman Benih Aren pada Media In vivo... 25 3.2.2.6. Pengamatan... 26 3.2.3. Percobaan 3... 26 3.2.3.1. Pembuatan Media In vivo... 26 3.2.3.2. Pematahan Dormansi dan Perkecambahan... 26 3.2.3.3. Perawatan dan Pengamatan... 28 3.2.4. Perkecambahan Benih Aren In Situ... 28 3.2.5. Anatomi Benih Aren... 28 3.3. Variabel Penelitian... 28
3.4. Ruang Lingkup Penelitian... 29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 30 4.1. Hasil... 30 4.1.1. Percobaan 1... 30 4.1.2. Percobaan 2... 30 4.1.3. Percobaan 3... 32 4.1.4. Pengamatan Tanaman Aren yang Tumbuh di Bawah Pohon Induk... 33 4.1.5. Bobot Buah Aren... 34 4.1.6. Anatomi Benih Aren... 35 4.2. Pembahasan... 36 4.2.1. Pengaruh Giberelin Terhadap Perkecambahan Benih Aren... 36 4.2.2. Perkecambahan Tanaman Aren secara In vitro... 38 4.2.3. Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Aren Secara In vivo... 39 4.2.4. Perkecambahan Benih Aren In Situ... 42 V. KESIMPULAN DAN SARAN... 44 5.1. Kesimpulan... 44 5.2. Saran... 44 DAFTAR PUSTAKA... 45 LAMPIRAN... 49
ABSTRAK Tanaman aren (Arenga pinnata Merr.) tergolong famili Arecaceae (Palmae). Aren memiliki nilai ekonomi tinggi berpotensi untuk dibudidayakan, namun ketersediaan benih masih terbatas. Benih aren memiliki struktur kulit yang keras denganmasa dormansi lama, dapat mencapai 12 bulan. Upaya pematahan dormansi untuk mempercepat penyediaan bibit aren sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui kecepatan perkecambahan benih aren setelah perendaman pada Giberelin 2) Pertumbuhan bibit tanaman aren secara in vitro maupun in vivo 3) Pematahan dormansi yang efektif. Tiga percobaan telah dilakukan. Percobaan pertama adalah perkecambahan benih aren dengan pra-perlakuan meliputi perendaman pada suhu 60 selama 10 menit kemudian ditanam pada media in vitro prekondisi. Percobaan kedua, benih direndam pada suhu 60 selama 10 menit, selanjutnya direndam dalam Giberelin (0 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm) kemudian ditanam pada media in vitro (1/2 MS) dan in vivo (potting mix). Pada percobaan in vivo, dilakukan pengikiran sebelum direndam dalam Giberelin. Setiap perlakuan diulang 5 kali, dengan 2 unit sehingga total ada 40 unit percobaan. Percobaan ketiga, dilakukan tiga teknik pematahan dormansi yaitu perendaman dalam H 2 SO 4, pembakaran dan pengasapan. Perendaman pada 60 dan pengikiran diberikan sebelum ketiga perlakuan tersebut. Tiap perlakuan terdiri dari 10 ulangan. Penelitian menggunakan metode deskriptif, pengamatan dilakukan setiap minggu setelah benih ditanam sampai benih berkecambah. Hasil penelitian menunjukkan benih aren mampu berkecambah pada media in vitro prekondisi (30%) (Percobaan I). Giberelin tidak efektif untuk merangsang perkecambahan benih aren. Benih aren dengan perlakuan kontrol secara in vitro menunjukkan pertumbuhan apokol tercepat saat umur 7 dan 10 MST (Percobaan II). Teknik pembakaran mampu mempercepat kemunculan apokol secara in vivo, dimana 20%benih berkecambah dalam waktu 6 MST (Percobaan III).
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanaman aren (Arenga pinnata Merr.) merupakan jenis tanaman dari famili Arecaceae (Palmae). Penyebaran tanaman aren hampir merata di seluruh wilayah Indonesia di beberapa provinsi, misalnya Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan, Selatan, Aceh dan Bali (Alam dan Saleh, 2009). Tanaman aren memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga berpotensi untuk dikembangkan. Arsyad (2013) melaporkan bahwa, produk tanaman aren memiliki nilai ekonomi tinggi diantaranya nira, pati, ijuk, serat, dan buahnya. Nira dapat diolah menjadi gula semut yang banyak diproduksi saat ini. Gula semut mengandung energi sebesar 373 kalori lebih kecil dibandingkan dengan gula putih sebesar 396 kalori. Selain itu gula semut memiliki kandungan vitamin B1, B2, B3, B6, Niacin, Asam askorbat dan kalsium serta dianjurkan dikonsumsi oleh penderita diabetes (Heryani, 2016). Menurut Yusuf et al. (2012), di Indonesia kebutuhan gula pasir mencapai 3,44 juta ton/tahun sedangkan industri hanya mampu menyediakan 2,31 juta ton/tahun sehingga dilakukan impor gula pasir sebanyak 252.368 ton (108.889 ton gula pasir mentah). Tahun 2012, Indonesia mengimpor gula pasir mentah sebanyak 240.000 ton dan terus meningkat setiap tahunnya. Ketergantungan gula pasir impor dapat diatasi dengan memanfaatkan gula semut dari aren sebagai bahan pemanis alternatif. Produksi gula semut mencapai 6.686 ton/tahun di Jawa Barat, sedangkan kebutuhannya relatif tinggi yaitu sekitar 510.000 ton/tahun. Pada saat ini perkecambahan dan penyebaran aren masih bergantung pada luwak sehingga produksi gula semut tidak menentu setiap tahun (Yusuf et al., 2012). Di Indonesia, biji aren sering dijual dan dimanfaatkan sebagai kolang-kaling. Seiring peningkatan permintaan pasar terhadap aren, penanaman aren secara intensif perlu dilakukan. Langkah pertama dan terpenting adalah penyediaan bibit aren. Tanaman aren tidak membutuhkan kondisi tanah yang spesifik. Tanaman aren
mampu tumbuh pada tanah-tanah yang berpasir maupun tanah yang bersifat liat. Namun tanaman aren tidak menyukai ph tanah yang rendah (Alam dan Saleh, 2009). Tanaman aren mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Pertumbuhan aren optimal pada ketinggian 500-800 m di atas permukaan laut (dpl) dengan curah hujan 1.200-3.500 mm (Alam dan Saleh, 2009). Selain ketinggian dan curah hujan, tingkat kelembaban juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman aren. Tanaman aren membutuhkan suhu 20-25 untuk membentuk mahkota daun serta produksi buah aren yang optimal (Artika et al., 2015). Perbanyakan tanaman aren dapat diawali dari buah, karena mampu membentuk anakan sendiri (bertunas). Buah tanaman aren yang matang akan jatuh ke tanah dan tumbuh menjadi tanaman baru (Artika et al., 2015). Tanaman aren dapat diperbanyak secara generatif dengan benih yang berasal dari pohon induk terpilih (Effendi, 2009). Perbanyakan secara konvensional melalui benih akan membutuhkan waktu 6 12 bulan atau bahkan 24 bulan untuk mematahkan masa dormansi benih (Arsyad, 2013). Dormansi benih aren disebabkan oleh peningkatan kandungan lignin dan tanin pada kulit benih saat benih matang serta adanya inhibitor perkecambahan (asam absisat) pada kulit serta endosperm aren (Widyawati et al., 2009). Permasalahan selain masa dormansi benih aren lama, petani yang masih mengandalkan tanaman yang tumbuh secara alami. Tanaman aren tumbuh bergerombol yang memiliki jarak tanam tidak beraturan sehingga terjadi pemborosan lahan, dan berdampak pada tingkat produktivitas lahan maupun hasil buah tanaman aren yang relatif rendah. Selain itu, petani tidak menerapkan penanaman aren dari hasil pembibitan benih (Effendi, 2009). Peningkatan hasil pertanian sangat perlu memperhatikan keadaan tanah yang berpengaruh terhadap tanaman. Pemberian bahan organik berupa pupuk memiliki peran penting dalam mempertahankan kesuburan tanah (Sunanto, 1993). Kendala utama dalam pembibitan benih aren adalah masa dormansi yang panjang. Upaya pematahan dormansi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu secara mekanis/fisik dengan skarifikasi (pengikiran) maupun secara kimiawi (Usman 2006).
Teknik in vitro merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam perbanyakan tanaman dan dapat diterapkan pada tanaman aren. Kondisi benih aren yang membutuhkan masa pematangan fisiologis benih yang cukup lama memerlukan pematahan dormansi sehingga benih mampu tumbuh lebih cepat. Kelebihan teknik in vitro adalah siklus perbanyakan tanaman menjadi lebih cepat, sehingga perbanyakan tanaman yang sulit diperbanyak secara konvensional dapat teratasi dan bibit yang dihasilkan lebih sehat (Isnaeni dan Habibah, 2014). Perbanyakan dengan teknik kultur in vitro dapat lebih optimal dibandingkan dengan cara konvensional karena suhu, cahaya dan kelembaban dapat dikontrol. Eksplan benih yang dikecambahkan secara in vitro harus dalam keadaan aseptik, untuk mencegah kontaminasi. Media Murashige dan Skoog (MS) umum digunakan dalam teknik kultur in vitro (Widyawati et al., 2009). 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah kecepatan perkecambahan benih aren setelah perendaman pada Giberelin secara in vitro dan in vivo? 2. Bagaimanakah pertumbuhan bibit tanaman aren secara in vitro dan in vivo? 3. Teknik pematahan dormansi yang manakah efektif untuk perkecambahan benih aren? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan khusus penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui kecepatan perkecambahan benih aren setelah perendaman pada Giberelin baik secara in vitro dan in vivo. 2. Untuk mengetahui pertumbuhan bibit tanaman aren baik secara in vitro maupun in vivo. 3. Untuk mengetahui pematahan dormansi yang efektif dalam perkecambahan benih aren.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan adalah menghasilkan benih aren yang mampu berkecambah lebih cepat sehingga mampu menyediakan bibit aren dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat. Manfaat jangka panjang adalah tersedianya bibit aren yang cukup untuk petani sehingga pertanaman aren secara intensif dapat dilakukan.