EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI KOMPLIKASI DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI KOMPLIKASI DI RUMAH SAKIT X SURAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI ELIT RIZAL FALAH K Oleh :

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

EVALUASI DOSIS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2010 DAN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA ANTARA OBAT ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI

Karakteristik Pasien Hipertensi di Bangsal Rawat Inap SMF Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal Vol. 11 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-JUNI 2014

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAPRUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir

POLA PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA DI PUSKESMAS WINDUSARI, KABUPATEN MAGELANG KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

darah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN GAGAL GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Primer Usia 45 Tahun Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

EVALUASI KETEPATAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2014

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

PROFIL PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK GINJAL-HIPERTENSI.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

Tugas Akhir. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Lusiana Rizqi M DIPLOMA 3 FARMASI

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

Lampiran 1. Surat Ijin Studi Pendahuluan Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan oleh RA Oetari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

LAPORAN PENELITIAN POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. RSUD DR M.M Dunda Limboto pada bulan Januari Juni 2012, 70 kasus

STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

Farmaka Vol. 14 No Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Fasilitas

PROPOSAL PENELITIAN POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

Farmaka Volume 14 Nomor 2 19

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN PESERTA ASKES DAN DAMPAKNYA PADA BIAYA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

STUDI PENGGUNAAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr SAIFUL ANWAR MALANG

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

ANALISIS POLA PENGOBATAN PASIEN GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2015

Transkripsi:

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI KOMPLIKASI DI RUMAH SAKIT X TAHUN 204 NASKAH PUBLIKASI Oleh: AGINASTI PRIYAWAN ASTUNING K000033 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 205

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI KOMPLIKASI DI RUMAH SAKIT X SURAKARTA TAHUN 204 THE EVALUATION OF ANTIHYPERTENSIVE DRUG USAGE TOWARD HYPERTENSION PATIENTS WITH COMPLICATIONS AT HOSPITAL X SURAKARTA 204 Aginasti Priyawan Astuning dan Nurul Mutmainah Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I, Pabelan, Surakarta ABSTRAK Hipertensi merupakan penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi danberkaitan dengan penurunan usia harapan hidup. Prevalensi hipertensi di Indonesia masih tinggi, maka dibutuhkan usaha untuk menekannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kerasionalan peresepan obat antihipertensi pada pasien hipertensi komplikasi di RS X Surakarta tahun 204 dengan parameter tepat pasien, tepat obatdan tepat dosis. Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental dengan analisis secara deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Pengambilan data dilakukan pada data rekam medik dari pasien hipertensi komplikasi di Instalasi Rawat inap RS X Surakarta pada tahun 204 secara retrospektif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi di Instalasi Rawat Inap RS X Surakarta tahun 204, dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat antihipertensi 00%, memenuhi parameter tepat pasien 69% memenuhi parameter tepat obat dan 97% memenuhi parameter tepat dosis. Sedangkan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah Furosemid sebanyak 60%. Kata kunci : Hipertensi, komplikasi, RS X Surakarta ABSTRACT Hypertension is known to be a major disease which cause complication and tend to lead morbidity and mortality. The prevalence of hypertension in Indonesia is considered high so that necessary efforts need tobe taken to reduce it. The purpose of this research was to determine the rationality of antihypertensive drug dose in hypertensive patient with complication at X hospital Surakarta in 204 that should meet the criteria of the right patient, the right drug and dose. This research is considered as non-experimental study with descriptive analysis. The sampling technique was done by using purposive sampling. The data was taken from the medical records of the hypertensive patients with complications at X hospital Surakarta in 204 retrospectively. The resultsshow that the use of antihypertensive drugs toward hypertensive patients at X Hospital Surakarta in 204, it can be concluded that the use of antihypertensive drugs is00% meet the exact parameters of patients, 69% meet the parameters of the right drug, and 97% meet the parameters of the proper dosage, Meanwhile, the most frequently antihypertensive drugs used is Furosemide which is around 60% antihypertensive agents. Keywords: hypertension, complications, X hospital Surakarta

PENDAHULUAN Hipertensi merupakan penyakit yang berkaitan dengan penurunan usia harapan hidup dan sering diderita manusia di belahan dunia yang dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke, gagal jantung, gagal ginjal, diabetes melitus dan infark miokard (Martin, 2008). Prevalensi hipertensi di Indonesia masih tinggi, maka dibutuhkan usaha untuk menekannya. Usaha yang dilakukan yaitu dengan pengobatan yang tepat sehingga tekanan darah dapat terkontrol ke tingkat normal (Herdanto, 200). Prevalensi hipertensi di Amerika tahun 999-2000 menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III) paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 3% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan di bawah 40/ 90 mmhg. Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran kesehatan yang lebih rendah, kemungkinan terjadinya hipertensi lebih besar (Muchid et al., 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di instalasi rawat inap RSU Dr. Saiful Anwar Malang pada periode April-Mei 2005 penderita dengan komplikasi sebesar 5,6%, yaitu retinopati dan atau gangguan ginjal (Suyono & Lyswanti, 2006). Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian tertinggi yaitu penyakit kardiovaskuler sebesar 3,9% termasuk di dalamnya penyakit hipertensi sebesar 6,8% dan stroke sebesar 5,4% (Rahajeng & Tuminah, 2007). Penelitian yang dilakukan di Poliklinik RSUD Dr. M. Djamil, Padang periode Januari-Desember 20 didapatkan 277 pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta dan sebanyak 03 pasien hipertensi dengan penyakit penyerta. Pasien hipertensi dengan penyakit penyerta sebanyak 03 pasien, meliputi 63 pasien dengan diabetes melitus, 3 pasien dengan PJK (Penyakit Jantung Koroner), 3 pasien dengan stroke, 7 pasien dengan gagal jantung, 4 pasien dengan pasca infark miokard dan 3 pasien dengan gagal ginjal kronik. Obat antihipertensi yang sering digunakan yaitu Hidroklortiazid (35,5%), Captopril (26,2%), Valsartan (20,6%), Amlodipin (5,2%) dan obat antihipertensi lain (2,5%) (Fitrianto et al., 204). Hasil penelitian di instalasi Rawat Inap RSUD Kota Salatiga tahun 2008 pada 00 pasien dengan 296 jenis obat disimpulkan sebanyak 68 kasus (56,76%) pasien dengan pemilihan obat yang tidak tepat (Puspitawati, 2009). Menurut Setiawardani (2007) hasil evaluasi antihipertensi pada pasien hipertensi geriatri di RSUP Dr. Sardjito periode Januari- Desember 2006 menunjukkan tepat indikasi 9,84%, tepat dosis 89,77%, tepat pasien 94,32% dan tepat obat 84,09% dengan penggunaan obat antihipertensi paling banyak golongan ACEI. 2

Penggunaan obat yang tepat untuk penderita hipertensi komplikasi diperlukan agar pengobatan menjadi efektif. Penggunaan obat yang tidak efektif dapat mengakibatkan kegagalan terapi. Tingginya angka kejadian ketidaktepatan pemilihan obat menuntut adanya berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Evaluasi ketepatan pemilihan obat perlu dilakukan agar tercapai tujuan terapi yaitu menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular (Gunawan et al., 2008). Dampak negatif dari pemilihan obat antihipertensi yang tidak tepat sangat luas dan kompleks, yang dapat mengakibatkan tekanan darah sulit dikontrol dan menyebabkan penyakit lainnya seperti serangan jantung, stroke dan penyakit ginjal (Chobanian et al., 2003). Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit X karena merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di daerah Surakarta. Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan angka kejadian yang cukup tinggi di Rumah Sakit X. Menurut bagian rekam medik, hipertensi menduduki peringkat ketiga terbanyak pada pasien rawat inap tahun 204 sebanyak 923 pasien. Sehingga lebih mendorong peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui ketepatan penatalaksanaan terapi yang diberikan kepada pasien hipertensi di Rumah Sakit X. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai dokumentasi dan sebagai bahan evaluasi terhadap pelayanan baik oleh dokter maupun farmasis dan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental dengan analisis secara deskriptif berdasarkan pengambilan data yang sudah ada tanpa melakukan perlakuan pada subjek. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Pengambilan data dilakukan pada data rekam medik dari pasien hipertensi komplikasi di Instalasi Rawat inap Rumah Sakit X pada tahun 204 secara retrospektif. Definisi Operasional Definisi operasional penelitian yang dilakukan meliputi:. Evaluasi dilakukan berdasarkan tepat pasien, tepat dosis, tepat obat, pada penggunaan obat pasien hipertensi komplikasi sesuai dengan standar yang digunakan yaitu Seventh Report Of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII 2003), Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach (Dipiro et al., 2008), British National Formulary 2009, Drug Dosing in Critically III Patients with Renal Failure 2000 dan Informatorium Obat Nasional Indonesia. 2. Komplikasi dari hipertensi yaitu gagal ginjal kronis dan diabetes melitus. 3

3. Tepat Pasien merupakan ketepatan pemilihan obat antihipertensi yang tidak ada kontraindikasi pada keadaan fisiologis dan patologis pasien. 4. Tepat Obat merupakan pemilihan obat antihipertensi pada pasien hipertensi komplikasi memiliki efek terapi yang sesuai dengan penyakitnya dan merupakan drug of choice yang sesuai dengan standar terapi. 5. Tepat Dosis merupakan ketepatan dalam besaran dosis, frekuensi, durasi yang disesuaikan dengan standar terapi dari Drug Dosing in Critically III Patients with Renal Failure 2000 dan British National Formulary 2009. Alat dan Bahan Penelitian. Alat Penelitian Alat penelitian yang digunakan adalah lembar pengumpulan data berupa blangko yang berisi kesimpulan data pasien dan buku rujukan yang menjadi sumber analisa data. 2. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan diperoleh dari data rekam medik untuk pasien hipertensi komplikasi di Rumah Sakit X periode Januari-Desember Tahun 204. Populasi dan Sampel. Populasi Populasi pada penelitian ini yaitu semua pasien diagnosis hipertensi komplikasi, mendapat terapi dengan obat antihipertensi yang tercatat dalam data rekam medik di Rumah Sakit X tahun 204. 2. Sampel Sampel pada penelitian ini yaitu pasien hipertensi komplikasi yang diberikan obat antihipertensi di Rumah Sakit X tahun 204 yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: a. Pasien terdiagnosis penyakit hipertensi komplikasi (gagal ginjal kronis dan diabetes melitus). b. Pasien rawat inap di Rumah Sakit X tahun 204. c. Mempunyai data rekam medik dengan kelengkapan data identitas pasien (nomor register, jenis kelamin dan usia), jenis obat, frekuensi, dosis, dan cara pemberian obat, data laboratorium (Tekanan darah, gula darah, serum kreatinin) Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Rekam Medis Rumah Sakit X. 4

Proses Penelitian. Perizinan penelitian Perizinan penelitian dimulai dengan pengajuan surat izin penelitian dari Fakultas Farmasi UMS yang ditujukan kepada pimpinan Rumah Sakit X dengan menyertakan proposal penelitian. 2. Observasi Setelah mendapat surat izin penelitian di Rumah Sakit X, dilakukan observasi pada rekam medis untuk mengetahui jumlah pasien yang terdiagnosa hipertensi komplikasi yang menjalani rawat inap tahun 204. 3. Pengambilan data Pengambilan data dilakukan dengan melihat catatan rekam medis pasien tahun 204. Kasus hipertensi komplikasi pada diabetes melitus dan gagal ginjal kronis, dengan atau tanpa penyakit penyerta. Data yang diambil dari catatan rekam medis merupakan karakteristik pasien (nomor register, jenis kelamin, umur), dan tata laksana pengobatan hipertensi komplikasi pada pasien diabetes melitus dan gagal ginjal kronis selama pasien dirawat, yaitu gejala yang dialami, diagnosis, data laboratorium, data penggunaan obat yang diberikan kepada pasien selama pasien dirawat. Analisa Data Untuk mengetahui ketepatan penggunaan obat antihipertensi kepada pasien apakah obat yang diberikan tepat pasien, tepat obat, tepat dosis di Rumah Sakit X tahun 204. Hasil penelitian yang didapatkan dicatat, dikelompokkan dan dianalisa menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui gambaran pengobatan pada pasien hipertensi dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan uraian penjelasan, yang meliputi :. Karakteristik pasien, yaitu persentase dari distribusi jenis kelamin dan umur pasien yang mengalami hipertensi dengan komplikasi. 2. Karakteristik obat, yaitu persentase dari distribusi jenis obat yang digunakan berdasarkan jumlah obat yang diberikan pada pasien hipertensi komplikasi. 3. Persentase ketepatan penggunaan obat antihipertensi yang ditinjau dari aspek tepat pasien, tepat obat, tepat dosis. 4. Persentase tepat pasien, yaitu jumlah kasus pasien dimana penggunaan obat pada pasien hipertensi komplikasi sesuai kondisi untuk menghindari kontraindikasi dibagi jumlah seluruh kasus obat antihipertensi yang digunakan dikali 00%. 5. Persentase tepat obat, yaitu jumlah kasus pasien tepat obat dibagi jumlah seluruh kasus obat antihipertensi yang digunakan. 6. Persentase tepat dosis, yaitu jumlah kasus pasien tepat dosis dibagi jumlah seluruh kasus obat antihipertensi yang digunakan dikali 00%. 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien. Distribusi Pasien Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Penyakit Penyerta dan Lama Perawatan Pasien dikelompokkan berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Penyakit Penyerta, dan Lama Perawatan seperti yang ditunjukkan pada tabel. Pengelompokan ini untuk mengetahui gambaran rentang kasus kejadian penyakit hipertensi komplikasi yang dapat terjadi pada populasi uji. Tabel. Distribusi Usia, Jenis Kelamin, Penyakit Penyerta dan Lama Perawatan Pasien Hipertensi dengan Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RS X tahun 204. No Keterangan Jumlah Persentase (%) Usia 24-34 35-45 46-56 57-67 58-68 2 Lama Perawatan (hari) 2-5 6-0 -5 6-20 3 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 4 Penyakit Penyerta Diabetes Melitus CKD Diabetes Melitus + CKD Berdasarkan lama perawatan pasien hipertensi komplikasi di Rumah Sakit X tahun 204 yang terbanyak adalah 6-0 hari yaitu 53 pasien (53%), sedangkan untuk lama perawatan 2-5 hari sebanyak 25 pasien (25%), perawatan -5 hari sebanyak 9 pasien (9%) dan 6-20 hari sebanyak 3 pasien (3%). Distribusi jenis kelamin pada pasien hipertensi dengan komplikasi didapatkan hasil bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak yang mengalami komplikasi (54%) dibandingkan laki- laki (46%). Tabel 2. Distribusi Penyakit Penyerta Pasien Hipertensi di Instalasi Rawar Inap RS X Tahun 204 No Penyakit Jumlah Persentase (N = 00). Anemia % 2. Oedema Pulmo 0 0% 3. Gout Arthritis 4 4% 4. Infeksi Saluran Kemih 4 4% 5. Neuropati Perifer 4 4% 6. Ulkus pedis dextra 4 4% 7. Dyspepsia 3 3% 8. Hepatitis 3 3% 9. Hiperkalemia 3 3% 0. Dislipidemia 2 2%. Gastropati uremicum 2 2% 2. Ansietas % 3. Asam urat % 4. Asidosis Metabolik % 5. Asma % 6. Benign Prostatic Hyperplasia % 7. Cancer Cervix % 8. Efusi Pleura % 9. Gastritis % 20. Gizi Kurang % 0 9 34 35 2 25 53 9 3 46 54 47 46 7 0% 9% 34% 35% 2% 25% 53% 9% 3% 46% 54% 47% 46% 7% 6

Tabel 2 (Lanjutan) No Penyakit Jumlah Persentase (N = 00) 2. Hiperlipid % 22. Hipoglikemia % 23. Inkarserata % 24. Melena % 25. Selulitis % 26. Takiaritmia % 27. Uropati Obstruktif % 28. Vomitus % Penyakit penyerta merupakan penyakit yang diderita pada pasien saat pasien mengalami hipertensi. Pasien penyakit ginjal kronis dengan hipertensi juga mengalami udem pulmo yaitu kelebihan cairan pada paru-paru yang mengakibatkan sesak nafas (0%), Anemia (%), gout arthritis (4%), dyspepsia (3%), dislipidemia (2%), ansietas % dan penyakit penyerta lainnya yang harus segera ditangani dengan tepat karena dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular (Gunawan et al., 2008). B. Pola Penggunaan Obat. Obat Penyerta Terapi obat yang diberikan kepada pasien hipertensi komplikasi sering ditambahkan obat lain untuk menyembuhkan atau memperbaiki kondisi pasien dari penyakit penyerta yang diderita pasien. Tabel 3. Distribusi Penggunaan Obat Selain Antihipertensi pada Penderita Hipertensi dengan Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Tahun 204 No. Kelas Terapi Nama Obat Jumlah Pasien Persentase (N= 00). Analgesik Paracetamol 4 4% 2. Antipiretik Ketorolac Metamizole Antalgin Codein Na. diklofenak Tramadol 7 2 7% 2% % % % % 3. Antiansietas Amitriptyline % 4. Antibiotik Ceftriaxon Metronidazol Clindamycin Amoksisilin Meropenem Levofloxacin 5. Antidiabetik Metformin Insulin Glargine % % 6. Antiemetik Ondansetron Metoclopramid 2 2% % 7. Antiepilepsi Alpentin Gabapentin 4 % 4% 8. Antihiperlipidemia Simvastatin 2 2% 9. Antihistamin Cetirizine % 0. Antiplatelet Aspilet 7 7%. Antitukak Ranitidin Omeprazole Antasida Sulcrafat 26 0 2 26% 0% 2% % 2. Hipnotik dan Ansiolitik Alprazolam 2 2% 3. Larutan Infus NaCl 0,9% Dektrosa 5% Asam Amino EAS (Asam Amino Esensial) Natrium Laktat Renxamin 4. Multi Vitamin Vitamin B Complex Neurodex Sohobion Vitamin B2 Vitamin C 26 9 5 2 2 37 27 7 5 3 24 6 5 2 2 26% 9% 5% 2% 2% % 37% 27% 7% 5% 3% % 24% 6% 5& 2% 2% 7

Tabel 3 (Lanjutan) No. Kelas Terapi Nama Obat Jumlah Pasien Persentase (N= 00) Metilkobalamin Neurobion Vitamin B6 Vitamin D 3 % % % % 5. Obat Gout Allopurinol 5 5% 6. Saluran Nafas Dextromethorphane % Ambroxol 7. Suplemen Asam Folat CaCO 3 Ca gluconas Ketosteril Kalium L-aspartat Curcuma 44 44 8 3 % 44% 44% 8% 3% % % 8. Vasodilator ISDN (Isosorbid Dinitrat) % Pentoksifilin % 9. Lain- lain Kalitake (hiperkalemia) % Tabel 3 menunjukkan penggunaan obat lain dari hasil penelitian terdapat 9 kelas farmakologi. Obat selain antihipertensi yang paling banyak diresepkan adalah Asam folat dan CaCO 3 sebesar 44% digunakan untuk hipokalsemi dan dispepsia. Penggunaan obat kedua terbanyak yang diterima pasien adalah larutan infus NaCl sebesar 37% dan dektrosa 5% sebesar 27% yang merupakan sumber nutrien bagi tubuh dan untuk pengobatan yang berhubungan dengan dehidrasi. Urutan ketiga obat yang sering diresepkan adalah ranitidin sebesar 26%, ceftriaxon sebesar 26% yang termasuk kedalam antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga. Obat antitukak pada penyakit hipertensi digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan saluran cerna (Gunawan et al., 2008). Vitamin yang sering diresepkan adalah Vitamin B komplek sebesar 24%. Tabel 4. Distribusi Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 204 Berdasarkan Kategori Klirens Kreatinin Tingkat Kerusakan Nilai ClCr (ml/ menit) Jumlah Pasien Persentase (N= 53) Ringan 30-50,88% Moderat 0-30 6,32% Berat <0 46 86,79% Total 53 00% Berdasarkan tabel 4, dilihat bahwa 46 pasien (86,79%) yang memiliki diagnosis utama penyakit ginjal kronis dengan tingkat kerusakan berat, 6 pasien (,32%) CKD dengan tingkat kerusakan moderat, dan pasien (,88%) CKD dengan tingkat kerusakan ringan. Hasil pengamatan pada data rekam medik pasien CKD dengan hipertensi menunjukkan sebagian besar kondisi pasien CKD dengan hipertensi yang dirawat inap Rumah Sakit X dapat membaik. Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan nilai serum kreatinin, peningkatan nilai klirens kreatinin pasien dan penurunan tekanan darah setelah proses perawatan, meskipun kondisi tersebut tidak membaik secara signifikan dan dapat memburuk tergantung kondisi pasien dalam merespon terapi yang diberikan. 8

20. Terapi Antihipertensi Tabel 5. Distribusi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Penderita Hipertensi dengan Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Tahun 204 No. Golongan Jenis Obat Jumlah Persentase (N = 00) Diuretik Furosemid 60 60% 2 ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor) 5 5% Lisinopril % 3 ARB (Angiotension II Receptor Blocker) Candesartan % 4 Antagonis sentral α- 2 Clonidin 3 3% 5 CCB (Ca Channel Blocker) Nondihidropiridin Diltiazem 6 6% Dihidropiridin Nifedipine % Amlodipin 30 30% 6 Beta Bloker Bisoprolol % Tabel 5 menunjukkan golongan obat yang paling banyak digunakan adalah furosemid (60%) yang termasuk dalam golongan loop diuretik. Golongan obat antihipertensi lain yang digunakan adalah ACEI sebesar 5%, ARB sebesar %, Antagonis Sentral α-2 sebesar 3%, CCB sebesar 7%, Beta bloker sebesar %. 2. Terapi Tunggal dan Kombinasi Antihipertensi Tabel 6. Distribusi Penggunaan Obat Antihipertensi Tunggal dan KombinasiPada Penderita Hipertensi dengan Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Tahun 204 Jumlah Persentase No. Pola Pemberian Jenis Obat Kasus (N = 00) 2 2%. Obat Tunggal Furosemid % Amlodipin 5 5% 2. Obat Kombinasi Furosemid + Clonidin 7 7% + Diltiazem 5 5% Furosemid + Amlodipin 8 8% Clonidin + Nifedipine % Furosemid + lisinopril % Furosemid + 7 7% + Clonidin % + Amlodipin 4 4% Furosemid + Candesartan % Furosemid + Clonidin + Amlodipin % Furosemide + Clonidin + 4 4% Furosemid + Amlodipin + 3 3% Dlitiazem + + Amlodipin % Furosemid + Amlodipin + Bisoprolol + Candesartan % Furosemid + Amlodipin + Clonidin + 5 5% Furosemid + Amlodipin + Clonidin + lisinopril 2 2% Tabel 6 menunjukkan penggunaan antihipertensi kombinasi lebih banyak dibandingkan pengobatan tunggal. Penggunaan antihipertensi tunggal paling sering digunakan yaitu golongan ACEI kaptopril (2%). Terapi obat antihipertensi dengan kombinasi yang paling sering digunakan adalah Furosemid + Clonidin (7%) dan Furosemid + Captopril (7%). C. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi. Evaluasi Tepat Obat Pemberian obat dikatakan tepat obat apabila obat yang digunakan merupakan obat pilihan atau drug of choice bagi kondisi pasien dan kombinasi obat yang tepat. Distribusi tepat obat pada pasien hipertensi komplikasi dapat dilihat pada tabel 7. 9

Tabel 7. Distribusi Tepat Obat Antihipertensi Pada Penderita Hipertensi dengan Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Tahun 204 berdasarkan JNC VII Obat yang Digunakan Diagnosis Obat Keterangan TO TTO Amlodipin Hipertensi + DM 5 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Furosemid Hipertensi + DM - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Hipertensi + DM 20 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Hipertensi + CKD - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Amlodipin + Furosemid Hipertensi + CKD - 6 Bukan pilihan obat HT + CKD. Amlodipin + Hipertensi + CKD 2 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Amlodipin + Hipertensi + DM 4 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Clonidine + Furosemid Hipertensi + CKD - 3 Bukan pilihan obat HT + CKD. Clonidine + Furosemid Hipertensi + DM - Bukan pilihan obat untuk HT + DM. Clonidine + Furosemid Hipertensi + DM + CKD - 3 Bukan pilihan obat untuk HT + DM + CKD. Clonidin + Hipertensi + DM - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Clonidin + Nifedipin Hipertensi + CKD - Bukan pilihan obat untuk HT + CKD. Diltiazem + Hipertensi + DM 4 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Kandesartan Hipertensi + CKD - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Hipertensi + CKD 9 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Hipertensi + DM 7 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Hipertensi + DM + CKD 3 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Lisinopril Hipertensi + CKD - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Amlodipin+ Clonidin+ Hipertensi + CKD - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Amlodipin+ Diltiazem+ Hipertensi + DM - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Amlodipin+ Hipertensi + DM 4 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Amlodipin+ Hipertensi + DM - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Clonidin+ Hipertensi + CKD 3 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Clonidin+ Hipertensi + DM - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Amlodipin+ Bisoprolol+ Hipertensi + CKD - Bukan pilihan obat untuk HT + CKD. Candesartan+ Furosemid Amlodipin+ Clonidin+ Hipertensi + CKD 2 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Lisinopril Amlodipin+ Clonidin+ Hipertensi + CKD 2 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Amlodipin+ Clonidin+ Hipertensi + DM + CKD - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat antihipertensi. Jumlah 75 25 (75%) (25%) Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa ketepatan pemilihan obat sebesar 75% sedangkan 25% kasus pasien mendapat terapi antihipertensi yang tidak tepat. Hasil tersebut merupakan evaluasi perbandingan penatalaksanaan terapi dengan standar yang digunakan yaitu JNC VII. Ketidaktepatan pemilihan terapi pada pasien hipertensi komplikasi disebabkan pemilihan obat bukan drug of choice. Terapi dengan Diuretik (furosemid) efektif digunakan pada gagal ginjal untuk mengontrol tekanan (< 30/80 mmhg) dan untuk terapi udem, sedangkan diuretik tiazid kurang efektif untuk terapi pada hipertensi dengan gagal ginjal (Chobanian et al., 2003). Penggunaan amlodipin dan clonidin apabila digunakan pada pasien hipertensi dengan gangguan ginjal merupakan obat yang aman tapi kurang efektif dalam pemberiannya dan bukan merupakan obat pilihan pertama, pada penyakit ginjal lebih direkomendasikan obat hipertensi golongan ACEI atau ARB (Chobanian et al., 2003). Obat antihipertensi klonidin bukan merupakan obat pilihan pertama untuk pasien hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal dan diabetes melitus. Krisis hipertensi 0

merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dan dapat menimbulkan terjadinya kelainan organ target, biasanya ditandai oleh tekanan darah > 80/20 mmhg (Muchid et al., 2006). Hipertensi urgensi idealnya ditangani dengan menyesuaikan terapi pemeliharaan dengan menambahkan obat antihipertensi yang baru atau menaikkan dosis obat antihipertensi. Obat yang digunakan untuk pengobatan hipertensi krisis yaitu kaptopril 25-50 mg dengan interval -2 jam, klonidin dosis 0,2 mg setiap jam sampai tekanan darah diastolik < 0 mmhg, diikuti dengan pengamatan beberapa jam untuk meyakinkan penurunan darah yang perlahan (Muchid et al., 2006). Kasus dengan gagal ginjal dan menerima terapi farmakologi nifedipine, bukan merupakan obat pilihan pertama untuk pasien hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal. Nifedipin tidak dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dan tidak dapat menjaga fungsi ginjal (Dipiro et al., 2008). 2. Evaluasi Tepat Dosis Kriteria tepat dosis yaitu tepat dalam jumlah obat atau takaran obat yang diberikan, frekuensi dan rute pemberian obat. Tabel 8. Distribusi Tepat Dosis Antihipertensi Pada Penderita Hipertensi dengan Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Tahun 204 Obat yang Dosis (mg/hari) Rute Waktu Dosis Keterangan Digunakan Pemberian TD TTD Amlodipin 2,5-0 Po x 5 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat Furosemide 20-80 Iv 2x - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat 25-50 Po 2 atau 3x 20 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat Amlodipin+ Furosemid 2,5-0 ; 40-80 po; iv x ; 2x 6 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat Amlodipin+ Po 7 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat 2,5-0; berdasarkan Clcr : -Normal : 25-00. -0-50 : 8,75-75. -<0 : 2,5-50 x; berdasarkan ClCr : -Normal : 3x -0-50 : 2x -<0 : x Clonidin+ Furosemid Clonidin+ Clonidin+ Nifedipin Diltiazem+ Kandesartan 0,- 0,6; 40-80 po; iv 2x 7 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat 0,- 0,8; 25-50 po 2x; 2 atau 3x - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat 0,- 0,6; 0-30 po 2x: x - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat 00-200; 25-50 po x; 2 atau 3x 5 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat 40-80; 8-32 iv; po 2x; x - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat 40-80; berdasarkan iv; po 2x; berdasarkan 5 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat Clcr : ClCr : -Normal : 25-00. -Normal : 3x -0-50 : 8,75-75. -0-50 : 2x -<0 : 2,5-50 -<0 : x 20-80; 25-50 iv; po 2x; 2 atau 3x - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat 40-80; berdasarkan iv; po 2x; berdasarkan - 2 Frekuensi tidak sesuai. Clcr : ClCr : -Normal : 25-00. -Normal : 3x -0-50 : 8,75-75. -0-50 : 2x -<0 : 2,5-50 -<0 : x 40-80; berdasarkan iv; po 2x; x - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat

Tabel 8. Lanjutan Obat yang Digunakan Dosis (mg/hari) Rute Waktu Pemberian Lisinopril Clcr : -Normal : 0-40. -0-50 : 5-30. -<0 : 2,5-20 Amlodipin+ 2,5-0; 00-200; po x; x; 2 atau Diltiazem+ 25-50 3x Amlodipin+ Amlodipin+ Amlodipin+ + Klonidin Clonidin+ Clonidin+ Amlodipin+ Bisoprolol+ Candesartan+ Furosemid Amlodipiu+ Clonidin+ Amlodipiu+ Clonidin+ Amlodipiu+ Clonidin+ Lisinopril 2,5-0; 20-80; 25-50 2,5-0; 40-80; berdasarkan Clcr : -Normal : 25-00. -0-50 : 8,75-75. -<0 : 2,5-50 2,5-0; berdasarkan Clcr : -Normal : 25-00. -0-50 : 8,75-75. -<0 : 2,5-50; 0,- 0,6 0,- 0,8; 20-80; 25-50 0,- 0,6; 40-80; berdasarkan Clcr : -Normal : 25-00. -0-50 : 8,75-75. -<0 : 2,5-50 2,5-0; 2,5-0; 8-32, 40-80 2,5-0; 0,- 0,6; 40-80; berdasarkan Clcr : -Normal : 25-00. -0-50 : 8,75-75. -<0 : 2,5-50 2,5-0; 0,- 0,6; 40-80; berdasarkan Clcr : -Normal : 25-00. -0-50 : 8,75-75. -<0 : 2,5-50 2,5-0; 0,- 0,6; 40-80; berdasarkan Clcr : -Normal : 0-40. -0-50 : 5-30. -<0 : 2,5-20 po; iv; po po; iv; po po po; iv; po po; iv; po po; po; po; iv po; po; iv; po po; po; iv; po po; po; iv; po x; 2x; 2 atau 3x x; 2x; berdasarkan ClCr : -Normal : 3x -0-50 : 2x -<0 : x x; berdasarkan ClCr : -Normal : 3x -0-50 : 2x -<0 : x; 2x 2x; 2x; 2 atau 3x 2x; 2x; berdasarkan ClCr : -Normal : 3x -0-50 : 2x -<0 : x. Dosis TD TTD Keterangan - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat 2 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat 2 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat 3 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat x; x; x; 2x - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat x; 2x; 2x; berdasarkan ClCr : -Normal : 3x -0-50 : 2x -<0 : x. x; 2x; 2x; berdasarkan ClCr : -Normal : 3x -0-50 : 2x -<0 : x. x; 2x; 2x; x. Jumlah 97 (97%) 3 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat - Frekuensi tidak sesuai. 2 - Sesuai dengan pedoman penggunaan obat Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat bahwa ketepatan dosis dalam pemberian terapi obat sebesar 97% (97 kasus), sedangkan 3% atau sebanyak 3 kasus pasien mendapat terapi antihipertensi yang tidak tepat dari segi tepat dosis dan frekuensi. 3. Evaluasi Tepat Pasien Suatu obat dikatakan tepat pasien apabila obat yang diberikan pada pasien dapat mempertimbangkan keadaan pasien sehingga tidak menimbulkan kontraindikasi terhadap keadaan fisiologis dan patologis pasien. 3 (3%) 2

Tabel 9. Distribusi Tepat Pasien Antihipertensi Pada Penderita Hipertensi dengan Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Tahun 204 No Ketepatan Jumlah Pasien Presentase (N = 00). Tepat pasien 00 00% 2. Tidak tepat pasien - - Total 00% Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa terapi antihipertensi pada penderita hipertensi komplikasi sebesar 00% memenuhi ketepatan pasien. D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini hanya mengevaluasi penggunaan obat dilihat dari tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis sehingga tidak bisa menjelaskan keseluruhan dari persyaratan terapi rasional. Penelitian ini bergantung pada kelengkapan data pasien di rekam medik. Selain itu data yang tersedia terbatas dan data yang tidak lengkap karena dipinjam pihak lain atau hilang. Kelemahan lainnya dalam peneliti ini, peneliti tidak mengetahui perjalanan penyakit pasien, apakah obat antihipertensi yang diberikan Rumah Sakit X telah digunakan secara tepat dan apakah pasien tepat dalam menggunakan obat antihipertensi yang tercantum di rekam medik. Peneliti sukar dalam memastikan terapi yang diberikan kepada pasien sudah tepat atau timbul efek samping dan interaksi obat yang bermakna khusus pada pasien. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X tahun 204, dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat antihipertensi 00% memenuhi parameter tepat pasien, 75% memenuhi parameter tepat obat dan 97% memenuhi parameter tepat dosis. Sedangkan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah Furosemid sebanyak 60% dan kaptopril sebanyak 5%. Saran Berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X tahun 204, maka penulis menyarankan kepada:. Pihak rumah sakit Sebaiknya memperbaiki dan melengkapi penulisan data rekam medik agar mempermudah pengumpulan maupun penggunaan data. 3

2. Peneliti selanjutnya Melakukan penelitian tentang evaluasi terapi hipertensi pada pasien penyakit hipertensi komplikasi dengan mengumpulkan data yang lebih lengkap, melakukan monitoring keberhasilan terapi, serta monitoring efek samping terapi. DAFTAR PUSTAKA Chobanian, A. V., Bakris, G. L., Black, H. R., Cushman, W. C., Green, L.A., Joseph, L. I., 2003. The Sevent Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure, The Complete Report, Departement of Health and Human Service, New York. Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L M., 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, New York: McGraw-Hill Companies. Fitrianto, H., Azmi, S. & Kadri, H., 204. Artikel Penelitian Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Esensial di Poliklinik Ginjal Hipertensi RSUP DR. M. Djamil., Jurnal.Fk.Unand.ac.id. 3(), pp.45 48. Gunawan, S. G., Setiabudy, R., Nafrialdi, Elysabeth, 2008. Farmakologi dan Terapi, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Herdanto, D., 200. Pre- Clinical Review: Kompetensi Dasar Dalam Pendidikan Kedokteran, Yogyakarta: Yuda Herdantoproduction. Muchid, A., Umar, F., Chusun., Masrul., Wurjati, R., Purnama. N. R., 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi, Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Puspitawati, P., 2009. Kajian Ketepatan Pemilihan dan Dosis Obat Antihipertensi Pada Penderita Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Salatiga Tahun 2008. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rahajeng, E. & Tuminah, S., 2007. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Setiawardani, B., 2007, Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Geriatri Rawat Inap di RSUD Dr. Sardjito Periode Januari-Desember 2006, Skripsi, F- MIPA Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. 4