BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

PENERAPAN ALASAN PEMAAF DAN PEMBENAR TIDAK DAPAT DILAKSANAKANNYA SUATU PRESTASI OLEH DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DI PT. BII FINANCE CENTER DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

RAKA PRAMUDYA BEKTI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan itu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2

BAB I PENDAHULUAN. berupa membayarkan sejumlah harga tertentu. mencukupi biaya pendidikan dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensial, yaitu bank. Berdasarkan

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN PERKARA WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

PERAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA FIDUSIA (Analisis Putusan MA Nomor 589 K/Pdt.

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang memproduksi dapat tetap berproduksi. Pada dasarnya kebutuhan

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan tuhan sebagai makhluk sosial yang mana manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa berinteraksi dengan manusia lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan bagi mereka untuk saling tolong menolong antar sesama umat manusia, tidak jarang dalam memenuhi kebutuhan pribadi, seseorang adakalanya tidak mampu untuk memenuhinya sendiri, sehingga memerlukan orang lain. Seperti halnya dengan saling jamin-menjamin, tanggung-menanggung dan pinjaman dengan jaminan dalam kehidupan bermasyarakat. 1 Sejak dulu setiap orang dalam kehidupannya selalu menghadapi berbagai masalah diantaranya adalah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Masalah ekonomi adalah suatu masalah yang sangat penting dalam setiap kehidupan manusia, ditinjau berdasarkan taraf hidup dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka dapat ditemui adanya dua sisi yang berbeda, di satu sisi ada orang atau sekumpulan orang atau badan hukum yang memiliki kelebihan dana dan di sisi lain begitu banyaknya masyarakat baik perorangan maupun lembaga atau badan usaha yang membutuhkan dana. Dengan adanya kelebihan dana, maka timbul suatu pemikiran untuk menginvestasikan dana tersebut pada suatu usaha yang menguntungkan secara ekonomis maupun sosial. Disinilah kemudian muncul lembaga-lembaga keuangan sebagai perantara yang menjembati antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga keuangan merupakan perantara keuangan masyarakat. Kelemahan yang terdapat pada lembaga keuangan bank dalam menyalurkan kebutuhan dana, maka muncul lembaga keuangan bukan bank yang merupakan lembaga penyandang dana yang lebih fleksibel dan 1 Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perdata Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, h.171.

2 moderat daripada bank yang dalam hal-hal tertentu tingkat risikonya bahkan lebih tinggi. Lembaga inilah yang kemudian dikenal sebagai lembaga pembiayaan, yang menawarkan model-model formulasi baru dalam hal penyaluran dana terhadap pihak- pihak yang membutuhkan. 2 Pengertian lembaga keuangan bukan bank, dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan yang berbunyi : Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan. 3 Menurut keputusan tersebut bidang usaha dari Perusahaan Pembiayaan itu meliputi ; 1.Sewa Guna Usaha ( Leasing) 2. Anjak Piutang ( Factoring) 3. Usaha Kartu Kredit (Credit Card) 4. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance). Dari berbagai bidang usaha Perusahaan pembiayaan tersebut di atas, yang sama pentingnya dengan bidang-bidang usaha dari Perusahaan pembiayaan lainnya adalah Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Pembiayaan Konsumen berasal dari istilah Consumer Finance, sebagai salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan financial. Pembiayaan Konsumen sebagai suatu kegiatan perjanjian yang dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian barang atau jasa yang akan langsung dikonsumsi atau digunakan oleh konsumen, serta pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen. 4 Perusahaan 2 Ibid 3 Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati,2000, Hukum Perlindungan Konsumen. Penerbit Mandar Maju, Bandung.h.123. 4 Ahmad Muliadi,2013, Hukum Lembaga Pembiayaan, Akademia Permata,h.109.

3 pembiayaan akan melakukan perbuatan hukum yang termasuk dalam ruang lingkup hukum perdata. Tindakan atau perbuatan perusahaan pembiayaan konsumen untuk menyerahkan dana pembiayaan yang diperlukan oleh konsumen, serta demikian pula tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh konsumen untuk melakukan pembayaran kembali hutang pembiayaan, tentunya hal itu merupakan suatu perbuatan yang akan membawa akibat hukum. Oleh karenanya, perbuatan tersebut perlu mendapatkan penanganan dari aspek hukum perdata. Melihat pada pengertian di atas, maka suatu Perjanjian pembiayaan konsumen harus memenuhi persyaratan perjanjian dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), yaitu: a. Sepakat dari mereka yang mengikatkan dirinya b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c. Suatu hal tertentu d. Suatu sebab yang halal. Jadi, selama perjanjian pembiayaan konsumen tersebut memenuhi 4 (empat) syarat di atas, maka walaupun tidak dalam bentuk tertulis, perjanjian Pembiayaan Konsumen tersebut sah mengikat kedua pihak. Berdasarkan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) berbunyi : semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian tersebut tidak dapat ditarik kembali kecuali ada kesepakatan dari kedua belah pihak dan para pihak harus melaksanakan perjanjian tersebut dengan iktikad baik. Dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang berbunyi sebagai berikut:

4 Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. BII Finance Center Denpasar dalam hal konsumen wanprestasi? 2. Apakah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilibatkan dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar? 1.3. Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup masalah ini yaitu bertujuan untuk membatasi pembahasan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun ruang lingkup masalah dari penelitian ini adalah mengenai Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar dalam hal konsumen wanprestasi dan Apakah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilibatkan dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT. BII Finance Center Denpasar. 1.4. Orisinalitas Penelitian Penulisan penelitian yang berjudul Penyelesaian Sengketa dalam perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT. BII Finance Center Denpasar ini adalah hasil karya penulis sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain serta seluruh sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar. Berdasarkan

5 penelusuran judul penelitian, penulis akan menampilkan penelitian terdahulu yang sejenis namun memiliki suatu perbedaan yaitu : No Jenis Karya tulis Judul Penulis Rumusan masalah 1. Skripsi TinjauanYuridis tentang utang piutang benda bergerak pada perjanjian pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia di Multifinance sinar Mas cabang Ciparay Kabupaten Bandung berdasarkan Undang Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia. Agneus Sylviati Cahayamurni, Mahasiswi Fakultas Hukum Unila,tahun 2011. 1. Bagaimana akibat hukum bagi debitur yang menjaminkan benda bergerak dengan jaminan fidusia pada Multifinance Sinar Mas berdasarkan dengan Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia? 2. Bagaimana hambatan debitur tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang di sepakati berdasarkan Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang

6 2. Tesis 1. Pelaksanaan perjanjian utang piutang dengan jaminan fidusia dalam pratek di Perum Abdul Rahman, Program pasca sarjana Jaminan Fidusia? 1. Bagaimana praktek utang piutang yang di jamin dengan jaminan fidusia di Perum Pegadaian Branta megister Pegadaian Branta Kabupaten Pamekasan. kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang, tahun 2007. Kabupaten Pamekasan Provinsi Jawa Timur. 2. Bagaimana pelaksanaan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia yang pembebanannya tidak didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia setelah berlakunya UUF? 2. Kajian penyelesaian perkara utang piutang putusan pengadilan Nenny Yulianny,SH 1. Kriteria dan ukuran yang bagaimanakah suatu perkara utang niaga dalam hubungannya dengan pengertian sumir piutang dikatakan sehingga dapat sumir dapat

7 berdasarkan Undang- diajukan sebagai Undang nomor 4 tahun perkara kepailitan? 1998 tentang kepailitan 2. Bagaimanakah akibat hukumnya apabila kriteria atau ukuran sumir tersebut tidak terpenuhi? 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka dapat disampaikan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Tujuan Umum 1. Untuk melatih menyatakan pemikiran secara tertulis dan Untuk memberikan pemikiran atau solusi terkait permasalahan hukum yang terjadi. 2. Untuk memahami dan menganalisis mengenai Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar dalam hal konsumen wanprestasi dan Apakah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilibatkan dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar. 3. Untuk mengamalkan ajaran Tri Dharma Perguruan Tinggi terutama dalam bidang penelitian dan pengembangan serta sebagai prasyarat untuk meraih gelar sarjana hukum di Universitas Udayana.

8 1.5.2 Tujuan Khusus Sementara itu, sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar dalam hal konsumen wanprestasi. 2. Apakah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilibatkan dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar. 1.6 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut : 1.6.1 Manfaat Teoritis Untuk dijadikan referensi tambahan untuk pengembangan ilmu hukum, khususnya di bidang hukum pembiayaan konsumen.

9 1.6.2 Manfaat Praktis - Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan agar penulis mengetahui Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar dalam hal konsumen wanprestasi dan Apakah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilibatkan dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar. - Bagi almamater, penulisan ini dapat menambah referensi yang ada yang dapat di gunakan oleh semua pihak yang memerlukan dan membutuhkan. - Bagi pembaca, penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Center Denpasar dalam hal konsumen wanprestasi dan Apakah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dilibatkan dalam hal penyelesaian sengketa dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.BII Finance Denpasar. 1.7 Landasan Teoritis a. Pengertian Pembiayaan Konsumen Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan yang berbunyi : Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan. 5 Pada pasal 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga Pembiayaan berbunyi : 5 Ibid.

10 Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Pasal 2 berbunyi : Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan atau usaha kartu kredit. Menurut keputusan tersebut bidang usaha dari Perusahaan Pembiayaan meliputi : 1.Sewa Guna Usaha ( Leasing) 2. Anjak Piutang ( Factoring) 3. Usaha Kartu Kredit (Credit Card) 4. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance). Dari berbagai bidang usaha Perusahaan pembiayaan tersebut di atas, yang sama pentingnya dengan bidang-bidang usaha dari Perusahaan pembiayaan lainnya adalah Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Pembiayaan Konsumen berasal dari istilah Consumer Finance, sebagai salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan financial. Pembiayaan Konsumen sebagai suatu kegiatan perjanjian yang dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk Pembelian barang atau jasa yang akan langsung dikonsumsi oleh konsumen, serta pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen. b. Para pihak yang terlibat dalam perjanjian pembiayaan Konsumen adalah: - Perusahaan pembiayaan konsumen adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan.

11 - Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 6 - Supplier (penjual) adalah penjual, yaitu perusahaan atau pihak-pihak yang menjual atau menyediakan barang-barang yang dibutuhkan konsumen dalam rangka pembiayaan konsumen. Barang-barang yang dijual atau disediakan oleh supplier (pemasok) merupakan barang-barang konsumsi, seperti kendaraan bermotor, barang-barang elektronik, komputer, Kebutuhan rumah tangga. Pembayaran atas harga barang-barang yang dibutuhkan konsumen tersebut dilakukan oleh perusahaan pembiayaan konsumen kepada pemasok (supplier). 7 c. Hubungan antara para pihak : 1. Hubungan antara perusahaan pembiayaan dengan konsumen : Terjadinya hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen karena sebelumnya telah terlebih dahulu dilakukan kontrak, yaitu kontrak pembiayaan konsumen. Atas dasar kontrak yang sudah mereka tanda tangani, secara yuridis para pihak terikat akan hak dan kewajiban masing-masing. Konsekuensi yuridis selanjutnya adalah kontrak tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Kewajiban perusahaan pembiayaan konsumen adalah menyediakan dana kepada konsumen sejumlah uang yang dibayarakan secara tunai kepada pemasok atas pembelian barang yang dibutuhkan konsumen. Adapun kewajiban konsumen adalah membayar kembali dana secara berkala sampai lunas pada perusahaan pembiayaan konsumen. Apabila dana sudah dicairkan dan barang sudah 6 Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, h.22. 7 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar grafika,h.106.

12 diserahkan oleh pemasok kepada konsumen, maka barang tersebut langsung menjadi milik konsumen. Akan tetapi, jika sampai angsuran terakhir belum dibayar lunas, maka barang tersebut menjadi jaminan hutang secara fidusia. Jadi, hubungan kontraktual antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan konsumen sejenis dengan perjanjian kredit pada umumnya. Dengan demikian ketentuan-ketentuan tentang perjanjian kredit dalam KUHPerdata berlaku sepanjang tidak ditentukan lain. Hak perusahaan pembiayaan konsumen adalah menerima pembayaran kembali dana secara berkala sampai lunas dari konsumen. Hak konsumen adalah menerima pembiayaan dalam bentuk dana sejumlah uang yang dibayarkan secara tunai kepada pemasok untuk pembelian barang yang dibutuhkan konsumen. 8 2. Hubungan antara perusahaan pembiayaan dengan supplier : Dalam hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan pemasok tidak ada hubungan kontraktual, antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan pemasok tidak ada hubungan hukum yang khusus, kecuali hanya perusahaan pembiayaan konsumen sebagai pihak ketiga yang disyaratkan. Maksud persyaratkan tersebut adalah pembayaran atas barang-barang yang dibeli konsumen dari pemasok akan dilakukan oleh pihak ketiga yaitu perusahaan pembiayaan konsumen. Berkaitan dengan persyaratan tersebut, apabila perusahaan pembiayaan konsumen melakukan wanprestasi, sementara kontrak jual beli dan kontrak pembiayaan konsumen telah selesai dilakukan, maka jual beli bersyarat yang terjadi antara pemasok dan konsumen tersebut dapat dibatalkan oleh pemasok. 8 Ibid.

13 Selanjutnya, konsumen dapat menggugat perusahaan pembiayaan konsumen karena telah melakukan wanprestasi. 9 3. Hubungan antara konsumen dengan supplier : Konsumen untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan akan menghubungi perusahaan pembiayaan konsumen guna memperoleh pembiayaan berupa dana dan menghubungi pemasok (supplier) sebagai penjual atau penyedia barang. Adapun hubungan antara konsumen dengan pemasok atau supplier sebagai penjual menetapkan syarat bahwa pembayaran atas harga barang akan dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen. Dengan demikian, apabila karena alasan apapun pihak ketiga, dalam hal ini perusahaan pembiayaan konsumen melakukan wanprestasi, yaitu tidak melakukan pembayaran secara tunai kepada pemasok (supplier), maka jual beli antara pemasok (supplier) dan konsumen akan dibatalkan. Karena hubungan antara pemasok (supplier) dan konsumen terjadi atas dasar perbuatan jual beli, maka semua ketentuan tentang jual beli berlaku dalam pembiayaan konsumen sepanjang relevan dan atau tidak ditentukan lain. Ketentuan-ketentuan yang dimaksud misalnya tentang ketentuan kewajiban menanggung dari pihak pemasok (supplier) bahwa barang tidak ada cacat tersembunyi. 10 9 Ibid. h 107. 10 Ibid. h. 108.

14 d. Sebab- sebab wanprestasi : Dalam hal Konsumen tidak memenuhi kewajibannya atau tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya dan tidak dipenuhinya kewajiban itu karena ada unsur salah padanya, maka seperti telah dikatakan didepan ada akibat-akibat hukum yang atas tuntutan dari perusahaan pembiayaan konsumen bisa menimpa dirinya. Pertama- tama, sebagai yang disebutkan dalam pasal 1236 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) berbunyi : si berhutang adalah berwajib memberikan ganti biaya, rugi dan bunga kepada si berpiutang, apabila ia telah membawa dirinya dalam keadaan tak mampu untuk menyerahkan kebendaannya, atau telah tidak merawatnya sepatutnya guna menyelamatkannya. 11 Pada pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) berbunyi : penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berhutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukan. Kedua pasal ini mengenai konsumen yang lalai untuk memenuhi kewajiban perikatannya, Perusahaan Pembiayaan konsumen berhak untuk menuntut penggantian kerugian yang berupa ongkos-ongkos, kerugian dan bunga. Akibat hukum seperti ini menimpa konsumen baik dalam perikatan untuk memberikan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu. Kedua dalam pasal 1237 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) berbunyi : 11 J. Satrio,1999, Hukum Perikatan, PT. Alumni, Cetakan ke -3, Bandung, h.122

15 Dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu kebendaan tertentu, kebendaan itu semenjak perikatan dilahirkan, adalah atas tanggungan si berhutang. Jika si berutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak saat kelalaian, kebendaan adalah atas tanggungannya. Ketiga dalam pasal 1266 KUHPerdata berbunyi : Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan didalam persetujuan. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, hakim adalah leluasa untuk, menurut keadaan, atas permintaan si tergugat, memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya, jangka waktu mana namun itu tidak boleh lebih dari satu bulan. Jadi pada pasal ini apabila merupakan perjanjian timbal balik, maka perusahaan pembiayaan konsumen berhak untuk menuntut pembatalan perjanjian, dengan atau tanpa disertai dengan tuntutan ganti rugi, tetapi kesemuanya itu tidak mengurangi hak dari Perusahaan pembiayaan untuk tetap menuntut pemenuhan. 12 e. Dalam pasal 1 butir 11 UUPK menyatakan bahwa Badan penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen, BPSK sebenarnya dibentuk untuk menyelesaikan kasus-kasus sengketa konsumen yang berskala kecil dan bersifat sederhana.. 13 12 Ibid.h.144. 13 Susanti Adi Nugroho, 2011, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen ditinjau dari Hukum acara serta kendala implementasinya, Kencana, Jakarta, h.74.

16 f. Tugas BPSK yaitu : 1. Melaksanakan Penanganan atau penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi, arbitrase, dan konsiliasi. 2. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen 3. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam undang-undang. 4. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen. 5. Melakukan penelitian dan pemerikasaan sengketa perlindungan konsumen. 6. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen 7. Memanggil dan menghadiri saksi, saksi ahli atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang. 8. Mendapatkan, meneliti dan menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan atau pemeriksaan. 9. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen. 10. Memberikan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen. 11. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang. 14 14 Zulham,2013, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana Prenada media group, h. 144.

17 1.8. Metode Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah menggunakan metode penelitian hukum empiris, yaitu suatu penelitian hukum positif mengenai prilaku anggota masyarakat dalam hubungan hidup bermasyarakat. 1.8.2 Jenis Pendekatan Penelitian ini meupakan penelitian yang bersifat hukum empiris dengan menggunakan pendekatan : - Pendekatan Fakta, dengan melihat fakta-fakta yang ada di lapangan berdasarkan atas permasalahan yang akan di kaji yang selanjutnya dikaitkan dengan penerapan hukum yang berlaku. - Pendekatan Peraturan perundang-undangan yaitu pendekatan yang berdasarkan pada peraturan peraturan atau norma-norma hukum yang berlaku, dan pendapat pakar hukum, karya tulis hukum yang termuat dalam media massa dan buku-buku hukum sesuai dengan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan. 1.8.3 Sifat Penelitian Penelitian dalam penulisan skripsi ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau menentukan ada tidaknya hubungan antara satu gejala dalam masyarakat. 15 1.8.4 Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder, data primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama melalui penelitian langsung 15 Peter Mahmud Marzuki,2005,Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, h. 93.

18 dengan melakukan wawancara atau interview. Sedangkan yang dimaksud dengan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan. 1.8.5 Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : - Studi Dokumen, untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan permasalahan penelitian yaitu dengan cara mempelajari buku-buku, hasil penelitian serta dokumen perundang-undangan yang berkaitan dengan lembaga pembiayaan konsumen. - Teknik wawancara, dilakukan dengan pedoman wawancara yang terstruktur kepada informan, yaitu kepada direktur atau kepada staf karyawan dalam lembaga pembiayaan (Finance) di PT.BII Finance Center Denpasar. 1.8.6 Teknik Penentuan sampel penelitian Dalam penelitian ini, teknik penarikan sampel yang dipergunakan oleh penulis adalah dilakukan berdasarkan tujuan tertentu, yaitu sampel dipilih atau ditentukan sendiri oleh peneliti, yang mana penunjukan dan pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari populasinya. 1.8.7 Teknik Analisis data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis kualitatif, sehingga hasil analisis ini ditentukan berdasarkan uraian fakta yang terdapat dilapangan. 16 28. 16 Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004,Pengantar metode penelitian hukum, PT.Rajagrafindo Persada, h.