II. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

II. KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme. melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I1 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

I. PENDAHULUAN. merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

BAB I PENDAHULUAN. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini (TK) perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Keywords: fine motor skill, trace, first grader

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

Workshop Peningkatan Kualitas Tenaga Kependidikan bagi Guru RA. Hotel Bifa Yogyakarta 15 Maret 2011

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

II. KAJIAN PUSTAKA. kehidupan selanjutnya. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan

Transkripsi:

8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.

9 Pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan peserta didik dan sumber belajar dengan adanya stimulus dan respon (umpan balik). Pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua serta guru atau orang lain dalam suatu lingkungan untuk menstimulus perkembangan anak, karena melalui proses interaksi yang dilakukan anak diharapkan anak mendapat pengalaman yang bermakna secara nyata. Pengalaman interaksi yang dilakukan anak secara langsung sangat penting bagi proses berpikir dan perkembangan anak. Menurut Vygotsky, dalam Morrison (2012:77) perkembangan didukung oleh interaksi sosial, proses belajar membangkitkan beragam proses perkembangan yang dapat terjadi, hanya ketika anak berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya dan ketika anak bekerja sama dengan temantemannya. Pembelajaran anak usia dini pada dasarnya menganut pendekatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Sesuai dengan karakteristik anak yang bersifat aktif dan eksploratif terhadap lingkungannya, anak belajar dengan caranya sendiri. Ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran pada anak usia dini, yaitu: a) Berorientasi pada kebutuhan anak b) Berorientasi pada perkembangan anak c) Belajar melalui bermain d) Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan e) Stimulasi dan Pembelajaran Terpadu Pembelajaran anak usia dini menggunakan kurikulum yang mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

10 Standar PAUD merupakan bagian integral dari Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang dirumuskan dengan mempertimbangkan karakteristik penyelenggaraan PAUD. Standar PAUD terdiri atas empat kelompok, yaitu : a. Standar tingkat pencapaian perkembangan b. Standar pendidik dan tenaga kependidikan c. Standar isi, proses, dan penilaian d. Standar sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan Standar tingkat pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Tingkat perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap perkembangannya, bukan merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik. B. Hakikat Belajar Anak Usia Dini Anak usia dini mengalami proses tumbuh kembang yang dilihat dari sudut pandang teori behaviorisme yang dapat diartikan sebagai suatu perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis. Menurut Budiningsih, ( 2005:20 ) belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon,dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami anak dalam

11 hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Melalui belajar anak akan mengalami perubahan tingkah laku dari interaksi dengan lingkungan, pada dasarnya stimulus yang diberikan kepada anak mempengaruhi respon yang akan diberikan. sedangkan, Menurut Gutrie dalam Mahendra, (1998:110) belajar adalah latihan dianggap penting sekiranya hal ini menyebabkan lebih banyak terjadinya rangsangan yang menghasilkan perilaku yang diinginkan, karena setiap pengalaman sifatnya unik, maka anak harus mempelajarinya berulangulang. Implikasi teori ini terhadap belajar motorik anak adalah keterampilan atau keahlian kegiatan motorik yang dapat dikembangkan melalui pengulangan dalam setiap kegiatan. Kegiatan motorik melibatkan sejumlah stimulus yang merupakan dasar pembinaan kebiasaan. Dengan diberikan latihan yang banyak, maka akan terbina kebiasaan atau respons yang baik. Pembelajaran anak usia dini pada dasarnya menganut pendekatan bermain sambil belajar atau belajar melalui bermain dengan kegiatan yang langsung dan spontan dengan berbagai tujuan yang dapat menyenangkan bagi anak. Kegiatan bermain ini memiliki pengaruh pada peningkatan motorik halus anak. Menurut para ahli mengenai kegiatan bermain diantaranya Piaget dalam Sujiono (2010:34) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang, sedangkan Parten dalam Sujiono (2010:34) memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi di mana diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksploasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan.

12 Selain itu, melalui kegiatan bermain ini anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indera-indera tubuhnya, dan mengeksplorasi dunia sekitarnya serta dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar melalui bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang melalui perubahan tingkah laku dari adanya interaksi antara stimulus yang diberikan dan menghasilkan respons untuk mencapai suatu hasil akhir untuk menjadi kebiasaan yang baik. Dengan kata lain belajar melalui bermain merupan bentuk latihan secara berulang-ulang yang menghasilkan perilaku yang di inginkan dan belajar secara menyenangkan, karena pengalaman yang diperoleh bersifat unik. C. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik merupakan suatu proses tumbuh kembang kemampuan gerak yang terjadi pada anak. Perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan otot dan saraf. Jadi, setiap gerakan yang sesederhana apapun adalah hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Dalam perkembangan kemampuan motorik yaitu merupakan perkembangan pengendalian gerak jasmaniah yang terkoordinasi antara pusat saraf, urat sraf dan otot. Menurut Hurlock (1999:150) mengatakan bahwa perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinir. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada

13 pada waktu lahir, sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi sistem saraf atau otak. Sistem saraf ini sangat berperan dalam kemampuan motorik dan mengkoordinasi setiap gerakan yang dilakukan oleh anak. Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak anak yang mengatur otot, maka motorik anak akan berkembang. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. 1. Motorik Kasar Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan yang terjadi pada anak. Menurut Saputra (2005:117) motorik kasar adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besarnya. Kemampuan menggunakan otot-otot besar ini bagi anak tergolong pada kemampuan gerak dasar. Kemampuan ini bisa anak lakukan guna meningkatkan kualitas gerak. Melalui kegiatan motorik kasar anak mampu beraktivitas menggunakan otot-otot besar seperti anak dapat berlari, melempar bola, melompat, dan sebagainya. Dengan diberikan stimulus pada kemampuan ini agar meningkatkan kualitas gerak dalam perkembangan anak, disamping kemampuan motorik kasar berkembang, kemampuan motorik halus juga harus diberikan stimulus agar perkembangan motorik anak berkembang dengan baik dan seimbang. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motorik kasar adalah kemampuan gerak anak dalam beraktivitas dengan menggunakan

14 otot-otot besar yang tergolong dalam kemampuan gerak dasar seperti anak dapat melompat, melempar bola, menangkap bola dan sebagainya. Kemampuan ini diberikan stimulasi guna meningkatkan kualitas gerak pada anak. 2. Motorik Halus Motorik halus merupakan salah satu aspek perkembangan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Menurut Saputra (2005:118) motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng. Perkembangan motorik halus hendaknya distimulasi dari sejak usia dini. Perkembangan motorik halus anak sangatlah penting, karena perkembangan motorik anak akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis dan kegiatan yang melatih kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Menurut Sumantri (2005:143) menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Motorik halus merupakan keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan oleh anak. Keterampilan motorik halus anak memerlukan kemampuan untuk mengkoordinasikan atau mengatur otot-otot kecil/halus yang berkaitan dengan gerakan tangan dan mata.

15 Selanjutnya Hurlock (dalam Suyadi, 2010: 69) mengemukakan bahwa gerakan motorik halus adalah meningkatnya pengkoordinasian gerkan tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil dan detail. Kelompok otot dan syaraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus. Adapun perkembangan motorik anak di mulai dari perubahan kemampuan motorik sejak bayi hingga dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Dimana perkembangan kemampuan motorik halus melibatkan otot-otot halus yang mengendalikan tangan dan koordinasi mata. Perkembangan ini berlangsung bersamaan dengan perekembangan motorik kasar anak. Pada saat anak melakukan kegiatan yang menggunakan otot-otot besar juga dapat terlibat dalam kegiatan motorik halus. Jadi, bila pengembangan koordinasi motorik kasar pada anak tertunda, maka akan berdampak negatif pada perkembangan motorik halus anak. Setelah berumur 5 tahun, terjadi perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil yang digunakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis, dan menggunakan alat. Secara normal anak usia 6 tahun akan siap menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam kegiatan bermain dengan teman sebaya.

16 Perkembangan motorik halus anak adalah kemampuan anak untuk beraktivitas, melakukan gerakan jari tangan yang memakai otot-otot halus sebagai dasar utama gerakannya. Menurut Rahyubi (2012:222) Aktivitas motorik halus adalah keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengkoordinasikan atau mengatur otot-otot kecil/halus. Dalam aktivitas motorik halus misalnya kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas yang berhubungan dengan penggunaan otot-otot halus yang sering membutuhkan kecermatan mata dan tangan seperti jari jemari dan tangan. Dari pengertian perkembangan motorik diatas, hanya ada satu perkembangan motorik saja yang menjadi fokus penelitian, yaitu motorik halus. Peneliti ingin mencari apakah dengan kegiatan melukis dapat meningkatkan motorik halus anak. D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak yaitu faktor dari lingkungan karena jika lingkungan tidak memberikan pengalaman yang dapat mengembangkan otot selama keterampilan motorik kasar, sehingga perkembangan keterampilan motorik halus anak menjadi tertunda. Pengembangan keterampilan motorik mulai dengan kelompok otot besar, seperti lengan dan kaki, kemudian berkembang menjadi gerakan yang lebih

17 halus, sampai akhirnya perbaikan berlangsung dalam keterampilan motorik halus, seperti memegang pensil atau garpu atau sendok. Adapun pendapat menurut Rumini (2013:24) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak, antara lain: a. Faktor genetik Individu yang mempunyai beberapa faktor keturunan yang dapat menunjang perkembangan motorik misalnya otot kuat, syaraf baik, cerdas, menyebabkan perkembangan motorik individu tersebut menjadi baik dan cepat. b. Faktor kesehatan dan periode pranatal Janin yang selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak keracunan, tidak kekurangan gizi, tidak kurang vitamin, dapat membantu memperlancar perkembangan motorik anak. c. Faktor kesulitan dalam kelahiran Bayi yang mengalami kesulitan dalam kelahiran, misalnya dalam perjalanan kelahiran, kelahiran dengan bantuan (vacum,tang) sehingga bayi mengalami kerusakan otak, akan memperlambat perkembangan motorik bayi. d. Kesehatan dan gizi Kesehatan yang baik pada awal kehidupan pasca lahir akan mempercepat perkembangan motorik bayi. e. Rangsangan Adanya rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh, akan mempercepat perkembangan motorik anak. f. Perlindungan Perlindungan yang berlebihan sehingga anak tidak ada waktu untuk bergerak. Misalnya anak hanya digendong terus, ingin naik tangga tidak boleh, akan menghambat motorik anak. g. Prematur Kelahiran sebelum masanya disebut prematur, biasanya memperlambat perkembangan motorik anak. h. Kelainan Individu yang mengalami kelainan, baik fisik maupun psikis, sosial, mental, biasanya mengalami hambatan perkembangan motorik. Menurut Rahyubi ( 2012:225 ) faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak, antara lain: a. Perkembangan sistem saraf Sistem saraf sangat berpengaruh dalam perkembangan motorik karena sistem saraflah yang mengontrol aktivitas motorik pada tubuh manusia b. Kondisi fisik Karena perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan fisik, maka kondisi fisik tentu saja sangat berpengaruh pada perkembangan motorik seseorang. Seseorang yang normal biasanya perkembangan

18 motoriknya akan leih baik dibandingkan orang lain yang memiliki kekurangan fisik. c. Motivasi yang kuat Seseorang yang mempunyai motivasi kuat untuk menguasai keterampilan motorik tertentu biasanya telah punya modal besar untuk meraih prestasi. Kemudian, ketika seseorang mampu melakukan suatu aktivitas motorik dengan baik, maka kemungkinan besar dia akan termotivasi untuk menguasai keterampilan motorik yang lebih luas dan lebih tinggi lagi d. Aspek psikologis Aspek psikologis, psikis, dan kejiwaan sudah tentu sangat berpengaruh pada kemampuan motorik. Hanya seorang anak yang kondisi psikologisnya baiklah yang mampu meraih keterampilan motorik yang baik pula, Sehingga mampu meraih prestasi yang memuaskan. Kondisi psikologis di sini juga bisa diartikan kepribadian. e. Usia Usia sangat berpengaruh pada aktivitas motorik anak. Karena usia anak yang berbeda tentu saja mempunyai karakteristik keterampilan yang berbeda pula. Berdasarkan pendapat di atas, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak di antaranya yaitu faktor genetik, faktor kesehatan pada periode pranatal, faktor kesulitan dalam kelahiran, kesehatan dan gizi, rangsangan, perlindungan, prematur, kelainan, perkembangan sistem syaraf, kondisi fisik, motivasi yang kuat, aspek psikologi, dan usia anak disesuaikan dengan aspek perkembangannya, karena usia anak yang berbeda maka krakteristik perkembangannya pun berbeda. E. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Halus Menurut Samsudin (2008:11) mengatakan bahwa tujuan dan fungsi perkembangan motorik adalah penguasaan keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertentu. Kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Jika tingkat keberhasilan

19 dalam melaksanakan motorik tinggi, berarti motorik dilakukan efektif dan efisien. Sedangkan Menurut Saputra dan Rudyanto (2005 : 155-116) tujuan pengembangan motorik halus anak adalah mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata, mampu mengendalikan emosi, dan fungsi pengembangan motorik halus anak adalah sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan, sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi. Jadi tujuan dan fungsi pengembangan motorik halus anak adalah suatu proses kegiatan menguasai keterampilan yang tergambar dalam kemampuan yang memfungsikan otot-otot kecil dan melatih kesabaran anak untuk menyelesaikan tugas tertentu. Perkembangan motorik anak terlihat dari sejauh mana anak tersebut mampu menampilkan hasil kegiatan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Jadi, bila tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dengan baik, berarti kegiatan motorik yang dilakukan efektif dan efisien. F. Kegiatan Melukis Lukisan anak merupakan media yang digunakan untuk mengutarakan pendapatnya, di dalamnya terkandung seribu makna yang tidak dimiliki oleh orang dewasa. Anak melukis selayaknya bermain kertas atau benda-benda mainan lainnya. Menurut Prasetyono (2007:107) melukis adalah kegiatan yang sangat menyenangkan bagi anak. dalam kegiatan ini, anak bisa dengan bebas mengekspresikan jiwanya dalam bentuk coretan-coretan yang mungkin bagi orang dewasa tidak mempunyai arti. Tetapi bagi anak, coretan

20 sekecil apapun mewakili imajinasinya yang ditranformasikan kedalam coretan-coretan yang penuh makna dan arti. Dalam kegiatan melukis ini, semuanya bisa dilakukan oleh anak dan membuat sesuatu terjadi berdasarkan imajinasinya. anak juga dapat belajar mengendalikan tangan, mengkoordinasikan pikiran, mata dan tangan, serta mengekspresikan dirinya melalui seni. Anak akan merasa bangga dan memceritakan apa yang telah di perbuatnya. Menurut Depdiknas (2008:846), melukis adalah membuat gambar dengan menggunakan pensil, pulpen, kuas dan sebagainya, baik dengan warna maupun tidak. Medium lukisan seperti kanvas, kertas dan papan. Menurut Prasetyono (2007:107), Kegiatan yang digunakan dalam pembelajaran melukis yaitu sebagai berikut: 1. Melukis dengan benang wol Melalui kegiatan ini anak dapat mengkoordinasikan mata, tangan dan untuk kelenturan tangan. Anak juga akan belajar melaksanakan tugas sampai selesai. Kegiatan ini bisa menimbulkan minat anak untuk mencoba dari segala jenis tali untuk melukis. Cara melukis dengan menggunakan benang wol yaitu: sediakan tali wol berukuran sepanjang 15-25 cm, kertas HVS dan car air atau pewarna makanan. Kemudian lipat kertas menjadi dua bagian, kemudian buka kembali lipatan tersebut. Masukkan benang wol kedalam cat air atau pewarna makanan kemudian angkat kembali. Benang wol kemudian letakkan pada kertas dengan dilingkarkan sesuai bentuk yang diinginkan lalu tutup oleh kertas sambil ditekan, lalu benang

21 ditarik perlahan. Ketika kertas yang dilipat untuk menekan dibuka maka akan diperoleh jejak tarikan benang yang simetris. 2. Melukis dengan pelepah pisang dan spon Melalui kegiatan ini anak dapat belajar mengkoordinasikan menggerakan pikiran, mata, dan tangan.selain itu anak juga belajar melaksanakan pekerjaan hingga diperoleh hasil yang diinginkan. Anak akan merasa bangga dengan hasil karyanya. Cara melukis dengan pelepah pisang dan spon yaitu : sediakan spon, pelepah pisang, kertas HVS dan car air atau pewarna makanan. Kemudian ambil spon atau pelepah pisang, lalu celupkan spon atau pelepah pisang kedalam cat air atau pewarna makanan, kemudian letakan spon atau pelepah pisang yang sudah di celupkan ke dalam cat air atau pewarna makanan di selembar kertas lalu tekan untuk mendapatkan gambar yang bertekstur. 3. Melukis menggunakan sisir dan sikat gigi Anak belajar mengekspresikan dan mengespresikan dirinya melalui dan melakukan eksperimen melalui seni dan anak juga dapat menggerakan kedua tangannya dalam kegiatan ini. Cara yang digunakan dalam kegiatan melukis menggukan sisir dan sikat gigi yaitu: gunakan media lukis dari kertas, sikat gigi dan sisir sebagai media percikan. Anak bisa menggunakan pola-pola yang sudah ada, seperti bentukbentuk daun berjari (daun singkong) atau bentuk bangun (segitiga, persegi, atau bulatan). Taruhlah satu atau dua pola tertentu diatas media lukis, kemudian

22 celupkan sikat gigi kedalam cat air atau pewarna makanan, pegang sisir sejajar di atas kertas. Lalu, gesekkan sikat ke sisir untuk mengasilkan cipratan di sisi sekitar pola hingga merata. Diamkan sebentar agar cat mengering, lalu angkat pola-pola tadi, sehingga yang membekas adalah pola yang terbentuk karena tidak terkena percikan. Berdasarkan pengertian di atas, kegiatan melukis merupakan suatu kegiatan yang menyatakan bentuk bayangan pikiran atau imajinasi anak ke dalam bentuk gambar dengan menggunakan bahan pewarna makanan atau bisa menggunakan cat air, spon, benang wol, dan sebagainya yang bertujuan untuk melatih jari-jemari tangan dalam perkembangan motorik halus anak. G. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Maya Rosanti (2015) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Kegiatan Melukis Bermedia Kapas Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian pre eksperimen. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adakah pengaruh melukis bermedia kapas terhadap kemampuan motorik halus anak. Subyek penelitian adalah anak kelompok B di TK Dharma Wanita Persatuan 1 Desa Slempit Kecamatan Kedamean Gresik. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh melukis bermedia kapas terhadap kemampuan motorik halus anak.

23 2. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Muawanah (2014) dalam penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus melalui Teknilk Melukis dengan Jari (Finger Painting) pada Anak Kelompok A di TK Darussalam Tenaru Driyorejo Gresik. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan motorik halus anak kelompok A di TK Darussalam Tenaru Driyorejo Gresik yang masih relatif rendah. Hal ini terlihat dari 20 anak hanya 5 anak yang mampu membuat garis datar, tegak, miring, lengkung, dan lingkaran dengan baik. Salah satu alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah dengan teknik melukis dengan jari (Finger Painting). Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I diperoleh kemampuan motorik halus anak sebesar 60%. Hal ini menunjukkan penelitian ini belum berhasil karena kreteria tingkat perkembangan anak belum tercapai sebesar 76%, maka penelitian ini berlanjut pada siklus II. Pada siklus II kemampuan motorik halus anak mengalami penigkatan sebesar 85%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan melalui teknik melukis dengan jari. Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa motorik halus anak usia 5-6 tahun dapat ditingkatkan dengan kegiatan melukis dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak. H. Kerangka Fikir Anak usia dini memiliki karakteristik khas dan berbeda dengan orang dewasa. Anak merupakan sosok individu yang unik, tidak dapat ditebak, selalu aktif

24 seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar. Pada masa inilah merupakan masa yang potensial untuk belajar. Sesuai dengan peraturan pemerintah No.58 tahun 2009 terdapat Lima aspek perkembangan yaitu nilai moral agama, fisik motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Perkembangan motorik merupakan kemampuan gerak yang berkembang sejalan dengan kematangan otot syaraf yang menghasilkan gerak sederhana dari hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian sistem yang dikontrol oleh otak. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua yaitu baik dari gerak motorik kasar (misalnya, merangkak, berjalan, berlari dan sebagainya) maupun gerak motorik halus (misalnya, melukis, membuat garis, melipat kertas, dan sebagainya). Perkembangan gerak motorik halus, dimana perkembangan tersebut merupakan kegiatan perkembangan yang mengontrol motorik halus atau keterampilan koordinasi mata dan tangan untuk mewakili bagian yang penting dalam perkembangan motorik anak. Dalam perkembangan motorik halus anak, pembelajaran akan memberikan manfaat bagi perkembangan anak apabila guru dapat merencanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. kegiatan pembelajaran juga harus disesuaikan dengan kebutuhan anak. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motorik halus pada anak di antaranya yaitu dengan menggunakan kegiatan melukis. Menurut

25 Depdiknas (2008:846), melukis adalah membuat gambar dengan menggunakan pensil, pulpen, kuas dan sebagainya, baik dengan warna maupun tidak. Kegiatan melukis dalam penelitian ini dilakukan bukan semata-mata karna hobi saja, tetapi kegiatan melukis ini adalah sebagai upaya untuk meningkatkan dan melatih anak dalam menggunakan jari jemarinya secara terkoordinasi dengan tangan dan mata dalam perkembangan motorik halus pada anak. Sehingga dengan kegiatan melukis ini anak dapat menggunakan jari jemari dan tangan dalam melakukan kegiatan mencap sisik ikan, membuat bentuk bunga, membuat pola baju dan daun, sehingga dapat melatih motorik halus anak melalui koordinasi gerakan tangan dan jari jemari yang dibutuhkan untuk memegang dan menggerakkan pensil. Dengan kegiatan tersebut anak seolah dituntut untuk menjadi lebih teliti, telaten dan tekun tanpa merasa bosan. Pembelajaran kegiatan melukis menggunakan media seperti benang wol, pelepah pisang, spon, serta menggunakan sisir dan sikat gigi. Pembelajaran dengan menggunakan kegiatan melukis ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Kemampuan motorik halus anak rendah Kemampuan motorik halus anak meningkat Kegiatan melukis Gambar 1. Kerangka Pikir

26 I. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian diatas hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: H O : Tidak ada pengaruh kegiatan melukis terhadap peningkatan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Al-Azhar 14 Jati Agung Lampung Selatan. H 1 : Ada pengaruh kegiatan melukis terhadap peningkatan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Al-Azhar 14 Jati Agung Lampung Selatan.