63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Studi Literatur Sistem Pakar Forward Chaining Wawancara Pakar Studi Literatur Permasalahan Perawatan Penderita DBD Sebaran Angket Aturan/Kaidah Data Gejala Data Penelitian Analisis Inferensi Manual Skripsi Komputasi Dokumen Teknis Rekayasa Sistem Model Proses Sekuensial Linier Sistem Pakar Diagnosa Perawatan Penderita DBD Gambar 3.1 Desain Penelitian
64 3.2 Metodologi Penelitian 3.2.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada perancangan sistem pakar diagnosa perawatan penderita DBD ini antara lain: a. Studi Literatur Yaitu mempelajari berbagai literatur yang berkaitan dengan teori mengenai sistem pakar dan pengembangannya dengan menggunakan metode forward chaining, jenis masalah pada penyakit demam berdarah dan gejala yang menyertainya, serta tindakan perawatan yang dapat dilakukan. b. Metode Wawancara Proses tanya jawab dilakukan secara langsung dengan Ibu Karwati sebagai narasumber pakar. Sehingga didapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian dan pengembangan perangkat lunak. c. Sebaran Angket Penyebaran angket dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai kondisi pemanfaatan data dan informasi perawatan penderita DBD di lingkungan masyarakat, kondisi ketersediaan model sistem pakar diagnosa perawatan penderita DBD di tengah masyarakat, serta untuk mengetahui spesifikasi kebutuhan pengguna terhadap sistem pakar diagnosa perawatan penderita DBD. Angket disebarkan di sebagian wilayah Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Tangerang. Populasi sampel sebanyak 100 responden dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang bervariasi terdiri dari mahasiswa, pegawai negeri sipil, pegawai swasta, pelajar, ibu rumah tangga, dan
65 wirausaha. Penyebaran angket dilakukan dari 18 April 2012 sampai 03 Mei 2012. Dengan rumus penghitungan persentase responden : % responden = jumla h responden dengan jawaban yang sama jumla h total responden X 100% Informasi-informasi ini dihimpun dari berbagai sumber literatur yang disusun dalam daftar pustaka. 3.2.2 Metode Pengembangan Perangkat Lunak Metode pengembangan perangkat lunak menggunakan pendekatan struktural, dimana metode ini lebih menekankan pada aliran data dan proses bisnis dari perangkat lunak tersebut. Model proses yang digunakan adalah model sekuensial linier (waterfall). Model ini sistematis dan berurutan untuk pengembangan perangkat lunak yang dimulai di tingkat sistem dan berlanjut melalui analisis, perancangan (design), implementasi program (coding), pengujian (testing) dan dukungan (support). Model sekuensial linier meliputi kegiatan berikut (Pressman, Roger.S, 2001: 28) : Pemodelan sistem analisis perancangan implementasi pengujian Gambar 3.2 Pemodelan Sistem Sekuensial Linier
66 1. Rekayasa dan Pemodelan Sistem Karena perangkat lunak selalu bagian dari sistem yang lebih besar (atau bisnis), pekerjaan dimulai dengan menetapkan kebutuhan untuk semua elemen sistem dan kemudian mengalokasikan beberapa subset dari kebutuhan perangkat lunak itu. Cara pandang sistem ini penting ketika perangkat lunak harus berinteraksi dengan unsur lainnya seperti hardware, orang, dan database. Rekayasa sistem dan analisis mencakup pengumpulan kebutuhan di tingkat sistem dengan sejumlah kecil dari desain dan analisis tingkat teratas. Rekayasa informasi meliputi pengumpulan kebutuhan pada tingkat strategi bisnis dan di tingkat area bisnis. 2. Analisis Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan terfokus khusus pada perangkat lunak. Untuk memahami sifat program yang akan dibangun, analis perangkat lunak harus memahami domain informasi untuk perangkat lunak, serta fungsi yang diperlukan, perilaku, kinerja, dan antarmuka. kebutuhan untuk kedua sistem dan perangkat lunak didokumentasikan dan diulas dengan pelanggan. 3. Perancangan (Desain) Desain perangkat lunak sebenarnya adalah proses multilangkah yang berfokus pada empat atribut yang berbeda dari sebuah program : struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface, dan detail prosedural (algoritma). Proses desain menerjemahkan kebutuhan menjadi representasi dari perangkat lunak yang dapat dinilai untuk kualitas sebelum coding dimulai. Seperti
67 kebutuhan, desain didokumentasikan dan menjadi bagian dari konfigurasi perangkat lunak. 4. Implementasi Program (Coding) Desain harus diterjemahkan kedalam bentuk mesin yang dapat dibaca. Langkah pembuatan kode melakukan tugas ini. Jika desain dilakukan secara rinci, pembuatan kode diselesaikan secara mekanis. 5. Pengujian (Testing) Setelah kode telah dihasilkan, pengujian program dimulai. Proses pengujian berfokus pada internal logis dari perangkat lunak, memastikan bahwa semua pernyataan telah diuji, dan pada eksternal fungsional, yaitu melakukan tes untuk mengungkap kesalahan dan memastikan bahwa input yang didefinisikan akan menghasilkan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang dibutuhkan. 6. Dukungan (Support) Software pasti akan mengalami perubahan setelah disampaikan kepada pelanggan (pengecualian mungkin adalah perangkat lunak tertanam). Perubahan akan terjadi karena kesalahan telah ditemukan, karena software harus disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan dalam lingkungan eksternal (misalnya, perubahan diperlukan karena sistem operasi baru atau perangkat periferal), atau karena pelanggan membutuhkan fungsi dan kinerja perangkat tambahan. Teknik pembuatan sistem pakar diagnosa perawatan penderita DBD yang digunakan adalah metode Forward Chaining dengan metode penelusuran Depth- First Search. Penelusuran data dimulai secara vertikal dari kiri ke kanan.
68 3.2.3 Metode Pengobatan/Perawatan Penderita DBD Prinsip pengobatan penderita DBD adalah penggantian cairan yang hilang. Dengan menggunakan pendekatan perawatan tidak berdasarkan derajat berat ringannya penyakit, tetapi kepada derajat ketergantungan penderita yang harus diatasi melalui pelayanan perawatan (Depkes RI, 1986). 3.3 Alat dan Bahan Penelitian 3.3.1 Alat Penelitian Penelitian ini menggunakan komputer dengan spesifikasi : a. Perangkat keras Processor Intel Core i3-380m 2,53 GHz. RAM 2 Gb. Hard Disk 320 Gb. Layar 14 dengan resolusi 1366 x 768 pixel, 32 bit color. DVD Drive. Keyboard dan mouse. b. Sistem operasi Microsoft Windows 7 Ultimate, sistem operasi Microsoft Windows versi yang lebih tinggi, atau LINUX dan mendukung aplikasi XAMPP 1.7.7. c. Perangkat lunak untuk pembuatan web XAMPP tools versi 1.7.7 (PhpMyAdmin, MySql, Apache). Text editor (Notepad ++ versi 5.5.1). Web browser (Mozilla Firefox, Google Chrome). d. Perangkat keras untuk penyimpanan data berupa flashdisk, cd dan dvd.
69 3.3.2 Bahan Penelitian 1. Data petunjuk perawatan penderita DBD. 2. Data sebaran angket mengenai optimalisasi pemanfaatan data dan informasi perawatan penderita DBD di lingkungan masyarakat. 3. Data sebaran angket spesifikasi kebutuhan pengguna terhadap sistem pakar diagnosa perawatan penderita DBD. 4. Data rencana keperawatan pasien DBD dari Ibu Karwati sebagai narasumber pakar. Data ini digunakan sebagai data pembanding dalam pengujian validitas hasil diagnosa sistem terhadap hasil diagnosa pakar. 5. Metode sistem pakar Forward Chaining. 3.4 Implementasi Gejala yang timbul pada penderita DBD dibuat sebagai data awal dalam melakukan penelusuran sebelum diperoleh kesimpulan. Sebuah pohon pelacakan digunakan untuk memperlihatkan hubungan terkait antar gejala yang ada. Alur penelusuran sistem pakar diagnosa perawatan penderita DBD dimulai dari G3, yaitu rasa haus yang terjadi terus menerus. Gejala ini dipilih sebagai gejala awal dalam penelusuran berkaitan dengan prinsip pengobatan penderita DBD yaitu penggantian cairan tubuh yang hilang untuk menjaga dan merangsang pertumbuhan sel-sel trombosit dalam darah yang berkurang akibat serangan virus dengue, dan gejala ini menandakan adanya ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Selain itu, gejala ini merupakan gejala yang dimiliki oleh tiga permasalahan perawatan pada penderita DBD, yang dua diantaranya adalah permasalahan ketidakseimbangan cairan tubuh baik itu kekurangan cairan akibat
70 muntah dan atau diare maupun permasalahan gangguan ketidakseimbangan cairan tubuh dan elektrolit karena perembesan plasma darah. Proses penelusuran menggunakan metode depth-first search, yaitu penelusuran secara vertikal, dimana penelusuran dilakukan ke semua anak node sebelum dilakukan penelusuran ke node yang selevel. Dalam proses penelusuran, user diberi dua pilihan yaitu Ya atau Tidak sebagai alternatif jawaban pada setiap pertanyaan. Jika user memberikan jawaban Ya, maka pertanyaan dilanjutkan pada G2. Tetapi jika jawaban yang diberikan adalah Tidak, maka G4 yang menjadi pertanyaan selanjutnya. Begitu seterusnya hingga ditemukan kesimpulan dari jawaban-jawaban yang telah dimasukkan user pada setiap pertanyaan yang diberikan (G1- G27). Output dari sistem berupa nama permasalahan yang diderita dan tindakan perawatan yang sesuai bagi penderita DBD tersebut (A- J). Sistem akan memberikan output berupa pemberitahuan bahwa tanda-tanda yang dimasukkan user bukanlah tanda-tanda permasalahan pada penderita DBD (X) jika gejala yang di-input-kan tidak sesuai dengan basis pengetahuan sistem, dan sistem tidak akan menyimpan data tersebut kedalam database. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini. Sedangkan untuk daftar gejala, permasalahan dan tindakan perawatan, daftar aturan/rule, tabel keputusan serta pseudocode model sistem pakar diagnosa perawatan penderita DBD disertakan dalam lampiran.
Keterangan : A J = Nama perawatan yang timbul pada penderita DBD. G3 G1 G27 = Gejala permasalahan perawatan pada penderita DBD. X = Bukan gejala permasalahan perawatan pada penderita DBD. G2 G4 A G1 G4 G6 B G6 G7 G8 G5 G5 G4 G6 G5 G13 G5 G9 G4 C G7 G10 E G11 G12 G14 F G16 G1 G1 G G1 G17 G18 G19 G19 H G21 G19 G20 G9 G9 G23 G22 G14 G9 G27 G26 X X D G24 J X I Gambar 3.3 Desain Pohon Pelacakan Model Sistem Pakar Diagnosa Perawatan Penderita DBD 71