LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat,

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau disingkat menjadi SPIP

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

BUPATI BANDUNG BARAT

PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,


Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

A. Latar Belakang Masalah

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 /M/PER/XII/2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu wujud keberhasilan pemerintah adalah dengan mewujudkan

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KOTA BANJAR TAHUN 2012

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, serta untuk meningkatkan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi. kecendekiaan. Salah satu misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manajemen sektor publik melalui perwujudan New Public

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

Oleh Direktur Pengawasan Industri dan Distribusi pada Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian, BPKP. Mirawati Sudjono, Ak., M.

BUPATI PAKPAK BHARAT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG

Oleh : Drs. AYI RIYANTO, MSi Satgas SPIP Perwakilan BPKP Provinsi DIY

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

Transkripsi:

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PADA PEMERINTAH PROVINSI DI INDONESIA Oleh: Venti Eka Satya, S.E., MSi., Ak. PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA 2016 1

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pendahuluan Semangat reformasi birokrasi dimaknai sebagai penataan ulang terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas yang merupakan bagian dari Good Governance secara konsisten. Akuntabilitas dilaksanakan melalui pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara yang dilakukan melalui pelaksanaan pengawasan keuangan negara oleh unit-unit pengawasan internal maupun eksternal yang ada atau tindakan pengendalian oleh masing-masing instansi pemerintah. 1 Undang-undang dibidang keuangan negara membawa implikasi perlunya sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan. Hal ini baru dapat dicapai jika seluruh tingkat pimpinan menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas keseluruhan kegiatan di instansi masing-masing. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan keuangan negara secara andal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem ini dikenal dengan Sistem Pengendalian Intern (SPI). Sistem Pengendalian Intern (SPI) di lingkungan instansi pemerintah dikenal sebagai suatu sistem yang diciptakan untuk mendukung upaya agar penyelenggaraan kegiatan pada instansi pemerintahan dapat mencapai tujuannya dengan efisien dan efektif, dimana pengelolaan keuangan negara dapat dilaporkan secara andal, asset negara dapat dikelola dengan aman, 1 Hindriani, et al., Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Wacana, Vol. 15, No. 3 (2012), hal. 2 2

dan tentunya mendorong ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Seperti yang disampaikan dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah bahwa pengelolaan keuangan daerah yang lebih akuntabel dan transparan dapat dicapai jika seluruh jajaran pimpinan di daerah menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas keseluruhan kegiatannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban secara tertib, terkendali, efektif dan efisien. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien, melaporkan pengelolaan keuangan daerah secara andal, mengamankan aset daerah, mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Penerapan SPIP pada instansi pemerintahan dapat dilihat dari proses yang dibangun secara built-in pada tindakan dan kegiatan pimpinan dan seluruh pegawai. Bukan hanya sekedar formalitas. SPIP seharusnya diterapkan sebagai suatu budaya pengendalian yang menjadi bagian dari budaya organisasi. Untuk mengetahui penerapan SPIP pada organisasi dapat dilihat dari keberadaan unsur-unsur SPIP berupa: lingkungan pengedalian; penilaian risiko; kegiatan pengendalian;informasi dan komunikasi; dan pemantauan pengendalian intern. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana penerapan SPIP di lingkungan Pemerintah Pusat maupun daerah dengan cara meninjau bagaimana implementasi serta penguatan unsur-unsur pengendalian tersebut dilaksanakan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah diadopsi dari konsep internal control yang dikeluarkan oleh COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) yang berusaha meningkatkan kinerja dan tata kelola organisasinya menggunakan Manajemen Risiko Terpadu (Enterprise Risk Management), Pengendalian Intern (Internal 3

Control) dan Pencegahan Kecurangan (Fraud Detterence). COSO memiliki prinsip dasar good risk management and internal control are necessary for long term success of all organizations. 2 Unsur-unsur yang ada dalam SPIP mengacu pada unsur SPI yang telah dipraktekkan di lingkungan pemerintahan di berbagai negara yang meliputi Lingkungan Pengendalian, Penilaian resiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, Pemantauan Pengendalian Intern. B. Metodologi Penelitian ini menggunakan dua pendekatan sekaligus untuk melakukan analisis terhadap permasalahan. Pendekatan yang dipakai yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survey. Unit analisis penelitian ini adalah Pemerintah Provinsi D.I. Yogjakarta dan Jawa Barat. Populasi sasaran penelitian ini pada dasarnya adalah instansi pemerintahan di Indonesia. Untuk itu dipilih sample (Purposive Sampling) yang dianggap mampu mewakili kondisi SPIP pada instansi-instansi pemerintah di Indonesia. kondisi SPI ini dapat tergambar dari hasil pemeriksaan BPK dan hasil penilaian LAKIP instansi terkait. Penelitian lapangan dilakukan di Provinsi Jawa Barat dan Yogjakarta. Penentuan sampel lokasi dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling method. Hal ini sengaja dilakukan dengan alasan khusus, adanya keterbatasan waktu, dana dan keterjangkauan lokasi. Pemilihan kedua daerah ini didasarkan kepada hasil penilaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara (Kemenpan). Kedua daerah ini dipilih karena merupakan provinsi yang mendapat predikat tinggi yaitu A untuk D.I. Yogyakarta dan BB untuk Provinsi Jawa Barat. D.I. Yogyakarta merupakan 2 Utoyo, Bambang, Perkembangan Konsep Internal Control Versi COSO. Warta Pengawasan: Membangun Good Governance Menuju Clean Government, Vol. XVIII/No. 4/Desember 2011. ISSN: 0854-0519, 2011, hal. 50-51. 4

provinsi yang memilik nilai tertinggi berdasarkan penilaian terhadap LAKIP tahun 2015. Alasan pemilihan lokasi penelitian yang berdasarkan pada nilai LAKIP ini dilakukan karena berdasarkan penelitian empiris terbukti bahwa pengendalian intern memiliki pengaruh positif terhadap kinerja instansi baik pemerintahan maupun swasta. Nasir dan Oktari 3 membuktikan bahwa pengendalian intern memiliki pengaruh positif terhadap kinerja instansi pemerintah. C. Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Pemerintah Provinsi Di Indonesia 1. Penyelenggaraan SPIP pada Pemerintah Daerah di Indonesia Dalam implementasinya, pengendalian internal pada hakekatnya merupakan segala upaya yang dilakukan dalam suatu organisasi untuk mengarahkan seluruh kegiatan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif, efisien dan ekonomis, segala sumber daya dimanfaatkan dan dilindungi, data dan informasi serta laporan dapat dipercaya dan disajikan secara wajar, serta ditaatinya segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini bertujuan untuk memastikan dan menjamin bahwa visi, misi, tujuan, sasaran, program serta kegiatan dapat terlaksana dan mencapai hasil dengan baik. Dalam konteks penyelenggaraan pemerintah daerah, dasar hukumnya adalah: 1. PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pasal 134: Ayat (1) menyebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, kepala daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di 3 Azwir Nasir dan Ranti Oktari, Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah ( Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kampar ). Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau, 2010. 5

lingkungan pemerintahan daerah yang dipimpinnya; dan Ayat (2) menyatakan bahwa pengaturan dan penyelenggaraan sistem pengendalian intern berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan. 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Terkait dengan pelaksanaan SPI, Pasal 313 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 menyatakan bahwa: (1) dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, kepala daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya; (2) pengendalian intern merupakan proses yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian tujuan pemerintah daerah yang tercermin dari keandalan laporan keuangan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta dipatuhinya peraturan perundang-undangan; serta (3) pengendalian intern sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) terciptaya lingkungan pengendalian yang sehat; (b) terselenggaranya penilaian risiko; dan (c) terselenggaranya aktivitas pengendalian. Secara konseptual implementasi sistem pengendalian intern menuntut adanya komitmen dan peran aktif para pimpinan publik pada setiap level dan tingkatan organisasi. Kepemimpinan publik mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi sektor publik. Berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang bertanggungjawab dalam mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern pada pemerintah provinsi adalah Gubernur. Sedangkan yang bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan intern dalam pemerintahan baik pusat maupun daerah adalah Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Negara Pemberdayagunaan 6

Aparatur Negera No. PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana, kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas penyelenggaraan pemerintahan diperlukan untuk mendorong terwujudnya good governance dan clean government dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. 4 2. Gambaran Umum Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di Provinsi Jawa Barat Penyelenggaraan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah provinsi Jawa Barat dalam rangka pelaksanaan ketentuan pasal 60 PP No. 60 tahun 2008 diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 10 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Gubernur melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan di pemerintah daerah untuk meciptakan pengelolaan keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Adapun pengendalian terhadap penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah berpedoman pada SPIP sebagaimana diatur dalam PP No. 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengedalian Intern Pemerintah. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan pemerintah daerah wajib menerapkan unsur-unsur SPIP. Penerapan unsur SPIP merupakan bagian integral dari kegiatan OPD. Penyelenggaraan SPIP di lingkungan 4 Peraturan Menteri Negara Pemberdayagunaan Aparatur Negera No. PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. 7

Pemerintah Daerah dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah. Petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan SPIP pada organisasi perangkat daerah yang lebih rendah seperti kabupaten dan kota ditetapkan dengan peraturan tersendiri yang dikeluarkan oleh pimpinan daerah masing-masing (Bupati/Walikota). Dalam rangka proses penyusunan, pelaksanaan dan pengembangan SPIP Daerah (SPIPD), dibentuk satuan Tugas Pengembangan Implementasi SPIPD. Pembentukan Satuan tugas pengembangan implementasi SPIPD tersebut 3. Penerapan Sistem Pengendalian Intern di Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kendalanya Pelaksanaan sistem pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dilakukan berdasarkan prosedur yang telah dittapkan. Beberapa prosedur SPIP yang akan dilaksanakan, disusun setiap awal tahun, yaitu di bulan Januari. Prosedur SPIP ini dirancang untuk diimplementasikan sepanjang tahun. Bersamaan dengan itu, akan dilakukan pemantauan secara periodik (triwulan) dan evaluasi di akhir tahun. Rancangan ini selanjutnya dikomunikasikan ke seluruh pegawai, termasuk siapa melakukan apa dan bagaimana. Dalam merencanaan SPIP harus menerapkan 5 unsur SPIP yang saling terkait, yaitu Lingkungan pengendalian; Penilaian resiko; Kegiatan pengendalian; Informasi dan komunikasi; dan Pemantauan pengendalian intern. Dari lima unsur tersebut kegiatan pengendalian merupakan corenya. Berdasarkan hasil penilaian sebanyak 52 orang responden terhadap Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) diperoleh hasil yaitu indikator Lingkungan Pengendalian (80,60%) pada kategori baik,penilaian Resiko (70,10%) pada kategori baik, Kegiatan Pengendalian (75,96%) pada kategori baik, Informasi dan Komunikasi (81.06%) pada kategori sangat baik dan Pemantauan dan Pengendalian Intern (74.7 7%) pada kategori baik, dari hasil rata-rata penilaian keseluruhan indikator pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebesar (77,26%) pada kategori baik.dari hasil 8

tersebut diatas ternyata informasi dan komunikasi mendapatkan penilaian paling tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 81,0 6% dengan kategori sangat baik. Sedangkan indikator penilaian risiko mendapat penilaian paling rendah dengan rata-rata sebesar 70,1 0% dengan kategori baik, dan penilaian secara keseluruhan Sistem Pengendalian Intern pemerintah (SPIP) termasuk dalam kategori baik yaitu dengan skor pencapaian sebesar 77,2 6%. Walaupun pengendalian intern telah disusun dan diselenggarakan oleh suatu instansi pemerintahan, pada dasarnya pengendalian intern memiliki keterbatasan. Diantara penyebab tidak efektifnya suatu pengendalian intern adalah karena adanya keterbatasan dalam pertimbangan, kesalahan menterjemahkan instruksi, pelanggaran oleh manajemen, kolusi dan faktor keterbatasan biaya dalam pengendalian intern. 4. Gambaran Sistem Pengendalian Intern di Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Pemda DIY sudah merintis pelaksanaan sistem pengendalian intern sejak 2005, bahkan sejak dikeluarkannya PP No 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pengendalian internal pemerintah daerah sudah menjadi komitmen Gubernur DIY sejak mencanangkan Reformasi Total pada 1998/1999, terutama untuk melaksanakan reformasi birokrasi. Sejak dikeluarkannya PP No. 60 tahun 2008, Pemerintah D.I. Yogyakarta (DIY) menindaklanjuti dengan mengeluarkan beberapa aturan turunan yaitu Peraturan Gubernur DIY Nomor 52 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Daerah; Keputusan Gubernur DIY Nomor 214/KEP/2011 tentang Pembentukan Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; serta Peraturan Gubernur DIY Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Provinsi DIY. Ketiga Peraturan perundang-undang 9

ini termuat dalam buku Peraturan Pelaksanaan Sistem Pengendalin Intern Pemerintah (SPIP) di Lingkungan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang diterbitkan oleh Inspektorat DIY. 5 Dalam Peraturan Gubernur DIY Nomor 52 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa yang melakukan pengendaliaan atas penyelenggaraan pemeritahan daerah adalah Gubernur. Pengendalian dan penyelenggaraan tersebut dilakukan dengan berdasar pada PP No. 60 tahun 2008. Yang bertanggungjawab atas efektivitas penyelenggaraan SPIP di lingkungan Satuan Organisasi Perangkat Daerah (SOPD) adalah kepala SOPD. Dan yang melakukan pengawasan intern atas penyelenggaraaan tugas dan fungsi perangkat daerah termasuk akuntabilitas keuangan daerah, untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPIP adalah Inspektorat. Biaya untuk melakukan pengawasan intern tersebut dibebankan pada Anggaran Pendapatn dan Belanja Daerah. 5. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kendalanya Pemerintah DIY sangat memahami pentingnya SPIP. Dalam rangka menindaklanjuti amanat PP No. 60 tahun 2008, pemerintah DIY telah melakukan langkah-langkah strategis yang sangat menentukan keberhasilan penerapan SPIP di lingkungan pemerintahan DIY. Road Map penerapan PP No. 60 tahun 2008 tentang SPIP yang telah dilaksakan oleh Pemerintah DIY adalah sebagai berikut: a. Tahun 2009: tahap konsolidasi dan sosialisasi. 5 Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Peraturan Pelaksanaan Sistem Pengendalin Intern Pemerintah (SPIP) di Lingkungan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Inspektorat DIY, 2012 10

b. Tahun 2010: diterbitkan Peraturan Gubernur DIY Nomor 52 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Daerah. c. Tahun 2011: diterbitkan Keputusan Gubernur DIY Nomor 214/KEP/2011 tentang Pembentukan Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. d. Tahun 2012: diterbitkan Peraturan Gubernur DIY Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Provinsi DIY. e. Tahun 2013-sekarang: telah dilakukan penyusunan dan pembahasan design pemetaan/diagnostic assessment, pemaparan design pemetaan, pelaksanaan pemetaan, analisis data hasil pemetaan, pembahasan hasil pemetaan dan penyusunan laporan hasil pemetaan. Selanjutnya dilakukan langkah pembangunan infrastruktur dengan melalui pembangunan kebijakan dan prosedur serta proses internalisasi. Selanjutnya dalam tahap pengembangan berkelanjutan dilakukan evaluasi dan monitoring agar SPIP yang telah diimplementasikan ke dalam instansi pemerintah tetap terjaga kualitasnya. Langkah evaluasi terhadap pelaksanaan SPIP tersebut dilaksanakan dengan penilaian maturitas SPIP oleh BPKP dalam hal ini Pemda DIY mendapat hasil penilaian pada Level 3 yang artinya: - SPIP dipraktikan di seluruh organisasi dan didukung dengan sistem pendokumentasian yang memadai, dan - Evaluasi atas efektivitas pengendalian intern dilaksanakan secara rutin, namun belum didukung dokumentasi yang memadai Berdasarkan hasil penilaian sebanyak 60 orang responden terhadap Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) diperoleh hasil yaitu indikator Lingkungan Pengendalian (85,03%) pada kategori sangat baik,penilaian Resiko (80,10%) pada kategori baik, Kegiatan Pengendalian (82,96%) pada kategori sangat baik, Informasi dan Komunikasi (81.06%) 11

pada kategori sangat baik dan Pemantauan dan Pengendalian Intern (80.81%) pada kategori sangat baik, dari hasil rata-rata penilaian keseluruhan indikator pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebesar (81.99%) pada kategori sangat baik.dari hasil tersebut diatas ternyata Lingkungan Pengendalian mendapatkan penilaian paling tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 85,03% dengan kategori sangat baik. Sedangkan indikator penilaian risiko mendapat penilaian paling rendah dengan rata-rata sebesar 80,10% dengan kategori sangat baik, dan penilaian secara keseluruhan Sistem Pengendalian Intern pemerintah (SPIP) termasuk dalam kategori sangat baik yaitu dengan skor pencapaian sebesar 85,03%. Permasalah yang sering menjadi kendala adalah kurangnya pemahaman OPD terhadap SPIP dan belum tumbuhnya budaya SPIP dalam organisasi. Selain itu masih banyak pimpinan organisasi pada OPD-OPD yang belum memahami filosofi pengendalian intern dan rendahnya komitment mereka terhadap pelaksanaan SPIP. D. Simpulan dan Saran Simpulan Pengendalian intern adalah proses yang dipengaruhi oleh direksi, manajemen, Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, dan mendorong untuk mematuhi kebijakan manajemen. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kepemimpinan publik mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi sektor publik. Berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang bertanggungjawab dalam mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern pada pemerintah 12

provinsi adalah Gubernur. Sedangkan yang bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan intern dalam pemerintahan baik pusat maupun daerah adalah Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayagunaan Aparatur Negera No. PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Penyelenggaraan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah provinsi Jawa Barat diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 10 tahun No. 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan pemerintah daerah wajib menerapkan unsurunsur SPIP. Penerapan unsur SPIP merupakan bagian integral dari kegiatan OPD. Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Pemerintah Daerah dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah. Adapun pihak yang bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan intern adalah Inspektorat. Pemda DIY sudah merintis pelaksanaan sistem pengendalian intern sejak 2005, bahkan sejak dikeluarkannya PP No 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pengendalian internal pemerintah daerah sudah menjadi komitmen Gubernur DIY sejak mencanangkan Reformasi Total pada 1998/1999, terutama untuk melaksanakan reformasi birokrasi. Pemerintah DIY sangat memahami pentingnya SPIP. Pemerintah D.I. Yogyakarta (DIY) menindaklanjuti dengan mengeluarkan beberapa aturan turunan yaitu Peraturan Gubernur DIY Nomor 52 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Daerah; Keputusan Gubernur DIY Nomor 214/KEP/2011 tentang Pembentukan Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; serta Peraturan Gubernur DIY Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Provinsi DIY. 13

Kendala yang sering dihadapi dalam penerapan SPIP di lingkungan pemerintah provinsi adalah rendahnya kompetensi SDM dan kurangnya komitmet terhadap kompetensi SDM. Permasalah lain yang juga sering menjadi kendala adalah kurangnya pemahaman OPD terhadap SPIP dan belum tumbuhnya budaya SPIP dalam organisasi. Selain itu masih banyak pimpinan organisasi pada OPD-OPD yang belum memahami filosofi pengendalian intern dan rendahnya komitment mereka terhadap pelaksanaan SPIP. Saran Dari hasil penelitian yang dilakukan di Pemerintah Provinsi Jawa barat dan DIY Yogyakarta diperoleh beberapa saran sebagai berikut: 1. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah agar disempurnakan dengan menyesuaikan dengan Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dan dikoordinasikan dengan Kementerian Dalam Negeri yang mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2006. 2. Perlunya penyesuaian dengan regulasi pada sektor lainnya, sebagaimana terhadap regulasi pada UU tentang ASN, UU tentang Keistimewaan DIY, dan UU tentang Pemerintahan Daerah. 3. Perlunya melakukan reformasi diri dalam hal penguatan kelembagaan yang siap menghadapi tantangan organisasi masa depan yang sarat dengan kemajuan IT dan tuntutan serba cepat, seperti : penerapan balanced score card, manajemen berbasis kinerja, performances based organization, atau metode tahapan pengembangan SPIP lainnya 4. Perlunya semangat inovatif-kreatif yang bertanggungjawab dalam melakukan desain pengelolaan SPIP, mengingat banyaknya program/kegiatan yang statgnan (sekedar mengejar output) karena 14

ketakutan yang berlebihan terhadap regulasi yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Kreatif-Inovatif menjadi syarat untuk merubah organisasi yang maju dan modern, termasuk pemerintah daerah, dan penataan pola komunikasi organisasi baik internal/eksternal. 15