BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda, akan tetapi kesemuanya itu memiliki kesamaan fungsi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Oleh karena itu, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan berbahasa yaitu ketrampilan menyimak, ketrampilan. berbicara,ketrampilan membaca dan menulis. Keempat aspek kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Asep Resa Baehaki,2014

BAB I PENDAHULUAN. karena keterampilan menulis selalu digunakan dalam dunia pendidikan, mulai

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 2 Nomor 2, Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sarana interaksi sosial karena memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Ernawati Setiawan, 2013

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Melalui Metode Latihan Pada Siswa Kelas IV SDN Salunggadue

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha untuk memungkinkan bangsa Indonesia mempertahankan kelangsunagn

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 001 RIMBA SEKAMPUNG DUMAI

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar menggunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. komunikasi, baik komunikasi secara lisan, maupun komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS VI SD PABELAN III TAHUN AJARAN 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

Penerapan Strategi DRTA untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Siswa Kelas IV SDN 1 Sedayu Bantul

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan ajar, media yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN. didik disekolah melalui proses pembelajaran. Namun, mengupayakan

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

Peningkatan Kemampuan Berbahasa Lisan Siswa Kelas IV SD Inpres Pandanwangi Kecamatan Toili Barat Kabupaten Banggai Melalui Media Gambar Denah

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat kurikulum bahasa Indonesia yang wajib untuk diajarkan. (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT).

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING MELALUI MEDIA PIAS-PIAS KATA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI PURWOREJO I NGUNUT TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Disusun untuk Praktik Pengalaman Lapangan di SDN Percobaan 2

Kata kunci: hasil belajar, penggunaan huruf, Think Pair Share

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Penggunaan Media Kata-Kata Bergambar Pada Siswa Kelas 1 SDN Uekambuno 2

BAB I PENDAHULUAN. mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Ketika seseorang ingin

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Yudi Budianti* Dwi Kustianingsih* ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN STRATEGI AKTIVITAS MEMBACA BERPIKIR TERBIMBING(AMBT) SISWA KELAS II DI SDN GONDOWANGI 01

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan metode mengajar yang sesuai haruslah dimiliki oleh guru agar siswa dapat memahami pembelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang ilmu. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budaya, mampu mengemukakan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya (Depdiknas, 2006). Menurut Setiowati (2007:3) mengatakan bahwa kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pembelajaran bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi pembelajaran mata pelajaran lainnya. Dengan membaca siswa akan dapat memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan emosionalnya. Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan siswa, maka cara guru mengajar harus benar. Membaca merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh siswa sejak mengenal bangku sekolah. Namun, pada kenyataannya keterampilan membaca para siswa pada saat ini masih rendah. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan mengingat peranan membaca sangat penting dalam proses belajar mengajar. Kegemaran membaca pada jaman sekarang ini masih kurang, masalah tersebut dapat terlihat dari kemalasan siswa dalam belajar Keterampilan berbahasa terbagi dalam empat aspek (Tarigan 2008:1) Keterampilan Berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup a) keterampilan menyimak; b) keterampilan berbicara; c) keterampilan membaca; d) keterampilan 1

2 menulis (Tarigan, 2008:1). Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan membaca. Sejalan dengan Nurgiyantoro (2001:246) membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Kegiatan membaca memerlukan pemahaman tentang sistem penulisan khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan, baru kemudian lebih dalam lagi memahami isi dari bahasa tulis tersebut. Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif, perlu dimiliki siswa SD agar dapat berkomunikasi secara tertulis. Keterampilan membaca bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Menurut ( Tarigan, 2008 : 7) membaca merupakan serangkaian proses berupa aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk beroleh pesan dari penulis melalui bahasa tulis. Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru hendaknya memperhatikan prosedur pembelajaran membaca. Selanjutnya menurut Abidin (2012b:18), proses pembelajaran membaca merupakan pemahaman yang dilakukan harus memperhatikan tiga tahapan yakni tahap prabaca, tahap membaca, dan tahap pascabaca. Pembelajaran membaca menuntut agar menciptakan peserta didik mampu memahami isi wacana yang telah dibaca. Peran guru sangat penting dalam membimbing peserta didik agar mampu memperoleh pemahaman dan informasi dengan baik. Pendidik juga hendaknya membimbing dan memotivasi agar kegiatan membaca terlaksana dengan efektif, efisien, dan menyenangkan. Dalam pembelajaran membaca pemahaman siswa dituntut untuk memiliki pemahaman terhadap isi wacana yang telah dibaca. Sejalan dengan pendapat Rahim ( 2011 : 11), bahwa terdapat sembilan tujuan membaca, salah satunya memperoleh informasi jika tujuan membacanya adalah membuat laporan tertulis maupun lisan. Pelaksanaan membaca nyaring itu tercantum di dalam Kurikulum kelas 4 SD. Seharusnya, siswa kelas 4 sebagian besar sudah mampu membaca dengan baik, artinya dapat menyuarakan kalimat lancar dengan intonasi yang tepat. Ketrampilan

3 membaca, merupakan salah satu komponen penting untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan berbahasa. Dengan membaca siswa mendapat pengalaman, informasi, dan pengetahuan yang tidak mungkin didapatkan kecuali melalui proses membaca. Membaca juga tidaklah lepas dari persoalan berbahasa, sebab berbahasa merupakan salah satu aspek dari kemampuan berbahasa lainnya. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (menurut Lerner dalam Mulyono Abdulrrahman, 2003:200). Membaca nyaring siswa mencakup dua hal, antara lain : pelafalan dan intonasi dalam membaca nyaring. Membaca nyaring bertujuan melatih siswa dengan tepat dan mudah dalam mengubah tulisan menjadi suara dengan memperhatikan ucapan, tekanan, dan irama. Mengingat masih rendahnya kemampuan membaca nyaring siswa dan pentingnya metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca tersebut, maka perlu diadakan penelitian mengenai upaya meningkatkan kemampuan membaca. Selanjutnya menurut Setiowati ( 2007 :3), menyatakan bahwa membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan jenis kompetensi membaca yang menuntut persyaratan yang ketat, membaca nyaring bukan sekedar menyuarakan huruf. Jika hal ini yang terjadi maka pemahaman akan materi yang dibaca akan gagal diperoleh, sehingga membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan kelanjutan dari membaca permulaan. Menurut Tutik Setiowati (2007: 15), membaca nyaring adalah cara membaca dengan bersuara, yang perlu diperhatikan adalah pelafalan vokal maupun konsonan, nada atau lagu ucapan, penguasaan tandatanda baca, pengelompokan kata atau frase ke dalam satuan-satuan ide, kecepatan mata, dan ekspresi. Membaca nyaring yang baik menuntut agar pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena dia haruslah melihat pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar. Pembaca juga harus mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para pendengar. Pendek kata, pembaca harus mempergunakan segala keterampilan

4 yang telah dipelajarinya pada membaca dalam hati sebagai tambahan bagi keterampilan lisan untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan pada orang lain. Membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan kelanjutan dari membaca permulaan. Pada membaca permulaan tekanan ada pada kelancaran dan ketepatan penyuaraan huruf, pada membaca nyaring atau membaca bersuara difokuskan pada tekanan kata, lagu kalimat atau intonasi, jeda, dan menguasai tanda baca. Keempatnya harus tepat. Jika ketepatan ini diabaikan, maka siswa akan mengalami kesulitan pada waktu membaca dalam hati atau membaca intensif di kelas tinggi. Siswa hanya bisa membaca tetapi sulit menemukan pemahaman yang dikandung dalam bacaan. Kegiatan proses belajar mengajar peranan seorang guru sangat penting bagi siswa dalam penyampaian bahan ajar, dan juga sebagai sosok yang utama dalam interaksi belajar mengajar. Guru sebagai penyampai bahan ajar dituntut untuk dapat menguasai seluruh materi yang diajarkan di kelas. Hal tersebut mempunyai peranan penting karena materi pembelajaran akan selalu dapat berkembang sesuai dengan berkembangnya jaman. Maka, guru harus dapat menguasai teknik membaca yang akan diajarkan untuk siswanya. Keterampilan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap keterampilan membaca lanjut, sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka keterampilan membaca permulaan benarbenar memerlukan perhatian guru, membaca permulaan di kelas I merupakan pondasi bagi pengajaran selanjutnya. Sebagai pondasi haruslah kuat dan kokoh, oleh karena itu harus dilayani dan dilaksanakan secara berdaya guna dan sungguh-sungguh. Kesabaran dan ketelitian sangat diperlukan dalam melatih dan membimbing serta mengarahkan siswa demi tercapainya tujuan yang diharapkan (Darmiyati Zuhdi dan Budiasih, (2001:57). Pada membaca permulaan tekanan ada pada kelancaran dan ketepatan penyuaraan huruf, sedangkan pada membaca nyaring atau membaca bersuara fokus ada pada tekanan kata, lagu kalimat atau intonasi, jeda, dan menguasai tanda baca.

5 Keempatnya harus tepat. Jika ketepatan ini diabaikan, maka murid akan mengalami kesulitan pada waktu membaca dalam hati atau membaca intensif. Mereka hanya bisa membaca tetapi sulit menemukan pemahaman yang dikandung dalam bacaan. Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, karena dalam membaca tidak hanya melafalkan tulisan-tulisan, melainkan melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Herusantoso ( dalam Saleh Abbas, 2006 :103) menyebutkan tujuan membaca permulaan diantaranya adalah : a) Pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca, b) mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang diucapkan dengan intonasi yang wajar, dan c) membaca kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Siswa dapat berperan langsung dalam situasi belajar, guru sebagai perancang, motivator, pengamat dan pengembang di pihak lain murid didorong untuk membearikan respon indifidual serta secara aktif melaksanakan berbagai kegiatan sehingga dapat memberikan pengalaman dan penghayatan secara langsung, Saleh Abbas (2006:10). Pembelajaran membaca yang dapat memberikan pengalaman pada peserta didik yaitu dengan melibatkan langsung peserta didik pada proses pembelajaran seperti permainan bahasa dan juga pemakaian media yang dapat melibatkan siswa. Untuk itu guru perlu menyediakan pembelajaran yang menarik yang dapat menimbulkan daya tarik bagi siswa untuk giat secara aktif dan kreatif. Terdapat beberapa teknik membaca yaitu membaca bersuara atau membaca nyaring, membaca indah, membaca dalam hati, membaca dengan perasaan, membaca cepat, membaca bahasa, dan membaca bebas. Teknik membaca permulaan yang cocok digunakan untuk siswa di Sekolah Dasar yaitu membaca nyaring, yang perlu diperhatikan dalam membaca nyaring adalah intonasi, pelafalan, jeda dan kelancaran. Kegiatan membaca nyaring merupakan kegiatan yang dilakukan dikelas, khususnya di Sekolah Dasar. Membaca nyaring dapat membantu siswa menambah kosakata, menambah penguasaan intonasi dan pelafalannya. Selain itu, guru dapat mengetahui kemajuan siswanya mengenai keterampilan membaca. Keterampilan

6 membaca nyaring dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar sampai saat ini masih sangat rendah dan memprihatinkan. Membaca nyaring siswa mencakup beberapa hal, antara lain: intonasi, pelafalan, jeda dan kelancaran dalam membaca nyaring. Membaca nyaring bertujuan melatih siswa dengan tepat dan mudah dalam mengubah tulisan menjadi suara dengan memperhatikan ucapan,tekanan, dan irama. Mengingat masih rendahnya keterampilan membaca nyaring siswa dan pentingnya metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan membaca tersebut, maka perlu diadakan penelitian mengenai upaya meningkatkan keterampilan membaca. Berdasarkan wawancara dengan guru, siswa kelas 4 SD Negeri Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang mengalami masalah mengenai membaca nyaring. Dalam membaca siswa kurang memperhatikan intonasi, pelafalan, jeda dan kelancaran. Pembelajaran membaca dengan Kompetensi Dasar yang disampaikan adalah keterampilan membaca nyaring dan memahami beberapa kalimat sederhana yang terdiri dari 3-5 kata dengan lafal dan intonasi yang tepat. Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan melalui pengamatan, pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek membaca nyaring dengan penggunaan metode ceramah dan media papan tulis sudah baik, guru juga sudah memberikan contoh cara membaca kata dan kalimat dengan tepat, serta penggunaan lafal dan intonasi yang benar akan tetapi keterampilan membaca nyaring siswa masih rendah. Rendahnya keterampilan membaca nyaring ini didapati dari hasil tes membaca nyaring dari 21 siswa 11 diantaranya membacanya masih belum tepat, hal ini dikarenakan perhatian siswa hanya terfokus pada 15 menit awal hingga pada kegiatan inti siswa cenderung ramai tetapi tidak dalam situasi belajar sehingga materi yang disampaikan tidak terserap sepenuhnya dan dipahami oleh siswa. Guru juga sudah memberikan penjelasan maksud dari tulisan yang dibacanya dengan lisan dan contoh di papan tulis namun sebagian siswa masih belum paham jika disuruh menjawab soal dari pertanyaan yang terdapat dalam bacaan tersebut.

7 Memecahkan masalah tersebut maka diadakan penelitian dengan topik membaca nyaring dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script. Model pembelajaran cooperative script merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari (Agus Suprijono, 2009:126). Langkah pertama dalam model pembelajaran cooperative script yaitu guru membagi siswa untuk berpasangan. Selanjutnya guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. Sementara pembicara membacakan script, pendengar menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap. Langkah selanjutnya bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Setelah pembacaan script selesai, guru dan siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas materi yang telah mereka pelajari.siswa saling berinteraksi bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat, menyanggah, dan sebagainya sementara guru memimpin diskusi kelas. Model pembelajaran cooperative script merupakan model pembelajaran pembelajaran yang mengembangkan upaya kerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Pada model pembelajaran cooperative script siswa akan dipasangkan dengan temannya dan akan berperan sebagai pembicara dan pendengar. Pembicara membuat kesimpulan dari materi yang akan disampaikan kepada pendengar dan pendengar akan menyimak, mengoreksi, menunjukkan ide-ide pokok. Uraian di atas maka penelitian ini dirancang untuk penulisan skripsi yang berjudul : Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Nyaring Pada Siswa Kelas 4 SDN Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016. Model pembelajaran cooperative script memberi kesempatan kepada siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dengan begitu akan berpengaruh pada pencapain keterampilan membaca nyaring siswa.

8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas didapat identifikasi masalah yaitu 1. Dalam aktifitas membaca nyaring siswa kurang memperhatikan intonasi, pelafalan, jeda dan kelancaran. 2. Perlu adanya metode yang menfasilitasi dalam kegiatan aktifitas siswa membaca nyaring. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut 1. Apakah penerapan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan keterampilan membaca nyaring siswa kelas 4 semester 2 SD Negeri Polobogo 02 tahun ajaran 2015/20116? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca bahasa indonesia dengan menggunakan Model Pembelajaran cooperative script pada siswa 4 SD N Polobogo 02 Semester 2 Tahun ajaran 2015/2016 dan membahas lebih dalam mengenai penerapan model pembelajaran cooperative script. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah memberikan masukan tentang pengembangan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran cooperative script. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi Guru Dengan dilaksanakannya penelitian ini guru dapat menerapkan model pembelajaran cooperative script dengan baik.

9 b. Bagi Sekolah Dapat menjadi bahan kepustakaan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script dan fasilitas sarana dan pra sarana. c. Bagi Siswa Dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa, meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap pembelajaran terutama pada pelajaran Bahasa indonesia.