Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VII SMP Santo Ignasius Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Pestauli Gultom 2103111048 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan menulis teks eksplanasi. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Santo Ignasius Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 yang berjumlah 60 orang siswa. Sampel penelitian ini adalah sampel yang langsung ditetapkan untuk menjadi wakil dari populasi yang ada yaitu sebanyak 30 orang siswa dari jumlah populasi 60 orang siswa. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan model desain penelitian One Group Pre-test Post-test Design dan dilakukan hanya pada satu kelompok tanpa kelompok pembanding. Dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes sebelum menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (pre-test) dan tes sesudah menerapakn model pembelajaran berbasis masalah (post-test). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes essay menulis teks eksplanasi. Dari pengolahan data diperoleh hasil pre test dengan rata-rata = 63,50 dan hasil post test dengan rata-rata = 75,17. Selanjutnya t o diketahui, kemudian dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikasi 5% = 2,04, karena t o yang diperoleh lebih besar dari tabel yaitu 5,85 > 2,04, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan menulis teks eksplanasi siswa kelas VII SMP Santo Ignasius Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Kata Kunci: pengaruh, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, teks eksplanasi PENDAHULUAN Dalam kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Kurikulum ini menuntut agar belajar bahasa Indonesia tidak sekedar memakai bahasa Indonesia untuk 1
menyampaikan materi belajar tetapi harus mempelajari makna dan pemilihan kata yang tepat. Standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia dijadikan sebagai pengukur kemampuan siswa dalam menggambarkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan berbahasa. Dalam kurikulum ini, pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang mengungkapkan makna secara kontekstual. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan yang merupakan ungkapan pikiran manusia. Bahasa yang digunakan dalam teks mencerminkan ide, sikap dan nilai penggunanya karena bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Oleh karena itu, setiap teks memiliki struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. Struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir. Makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Hanya dengan cara itu, siswa kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa terampil berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula pemikirannya. Sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, salah satu keterampilan yang perlu dikembangkan bagi kalangan pelajar adalah menulis teks yakni narasi, deskripsi, eksposisi, observasi, dan eksplanasi. Pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP semester genap, kompetensi menulis teks eksplanasi merupakan salah satu kompetensi pembelajaran yang wajib dikuasai. Teks eksplanasi merupakan sebuah tulisan yang memberikan penjelasan terperinci tentang proses proses terjadinya fenomena alam dan menjelaskan hubungan logis dari beberapa peristiwa. Artinya, sebuah peristiwa timbul karena ada peristiwa lain sebelumnya dan peristiwa tersebut mengakibatkan peristiwa yang lain lagi sesudahnya. Teks eksplanasi memiliki tiga (3) struktur yaitu: 1. Pernyataan umum merupakan gambaran awal tentang apa yang disampaikan dengan pernyataan yang bersifat umum. Bisa juga dikatakan sebagai kalimat 2
pembuka untuk memperkenalkan pokok masalah yang akan dibahas. Harus bersifat ringkas, menarik dan jelas yang mampu membangkitkan minat para pembaca untuk membaca detailnya. 2. Deretan penjelasan (eksplanasi) merupakan inti penjelasan tentang proses terjadinya fenomena. Biasanya berfungsi untuk menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Dan dijelaskan secara bertahap untuk menunjukkan hubungan sebab-akibat. 3. Interpretasi yang berisi pandangan atau simpulan penulis bersifat opsional. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis teks eksplanasi, peneliti juga akan menilai aspek yang akan dinilai. Ada 5 (lima) aspek pokok yang dijadikan kriteria penilaian, yaitu: 1) sesuai dengan struktur isi teks eksplanasi, 2) sesuai dengan ciri kebahasaan teks eksplanasi, 3) EYD, 4) Diksi dan 5) Koherensi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu guru Bahasa Indonesia Ibu Malemta Lydia Pinem, S. Pd, kemampuan menulis teks eksplanasi siswa kelas VII SMP Santo Ignasius Medan tahun pembelajaran 2013/2014 masih rendah. Dari hasil observasi yang dilakukan 65% siswa memperoleh nilai 70 sedangkan KKM untuk menulis teks eksplanasi adalah 75. Hal ini disebabkan oleh kurangnya minat siswa dalam menulis teks eksplanasi karena siswa kurang termotivasi mengakibatkan kemampuan siswa menuangkan ide dalam bentuk tulisan masih rendah sehingga siswa menganggap menulis itu membosankan. Selain hal tersebut, siswa kurang berminat menulis disebabkan oleh model yang digunakan guru tidak bervariasi sehingga hasil belajar siswa dalam praktik menulis teks eksplanasi belum maksimal. Untuk itu perlu adanya perubahan dalam menggunakan model pembelajaran agar hasil belajar siswa dalam menulis teks eksplanasi dapat meningkat dan mencapai hasil yang maksimal. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks eksplanasi, siswa perlu dimotivasi dengan menggunakan model pembelajaran yang interaktif dan inovatif sehingga mampu merangsang siswa untuk berpikir kritis. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis khususnya teks eksplanasi adalah model pembelajaran berbasis masalah. 3
Dutch dalam Taufik (2009:21) menyatakan, Pembelajaran berbasis masalah adalah metode instruksional yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi dalam masalah nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Model pembelajaran berbasis masalah menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman siswa dalam beraktivitas secara nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada siswa sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah mengarahkan siswa untuk membentuk pengetahuan baru melalui langkah analisis terhadap pengetahuan-pengetahuan baru yang siswa kumpulkan. Dalam hal ini model pembelajaran berbasis masalah membantu siswa berpikir kritis dan lebih kreatif dalam mengembangkan ide atau gagasan sehingga siswa dapat menghasilkan tulisan yang baik berbentuk teks eksplanasi sesuai dengan struktur teks tersebut. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran dengan menghadapkan siswa terhadap permasalahan permasalahan nyata. Dalam proses pembelajaran berbasis masalah, sebelum pembelajaran dimulai siswa akan diberikan masalah-masalah. Dari masalah yang diberikan ini, siswa bekerja sama dalam kelompok, mencoba memecahkannya dengan pengetahuan yang mereka miliki, dan mencari informasi - informasi baru yang relevan untuk solusinya. Menurut Howard dan Kelson dalam Taufik (2009:21), Pembelajaran Berbasis Masalah adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Selanjutnya Tan dalam Rusman (2013:229), Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran Berbasis 4
Masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berpasangan. Dari pendapat di atas dapat terlihat bahwa materi pembelajaran bercirikan masalah. Masalah dalam menulis teks eksplanasi merupakan suatu masalah yang akan dipecahkan secara bersama-sama sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah disediakan. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan belajar yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan analitis dalam keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pembelajaran. Menurut Pardiyono (2007:155), Teks eksplanasi adalah sebuah teks yang menjelaskan proses terjadinya suatu fenomena alam atau sosial. Selanjutnya, Hammond dalam Pardiyono (2007:155) mengatakan, Teks eksplanasi merupakan jenis teks yang mampu menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa fenomena alam itu terjadi. Menurut Dougherty dalam Wijaya (1999: 16) mengatakan, Teks eksplanasi adalah suatu proses yang menunjukkan peristiwa-peristiwa tertentu dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lain melalui penggunaan secara tepat pernyataan-pernyataan yang bersifat umum. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teks eksplanasi merupakan sebuah tulisan yang memberikan penjelasan terperinci tentang proses proses terjadinya fenomena alam dan menjelaskan hubungan logis dari beberapa peristiwa. Artinya, sebuah peristiwa timbul karena ada peristiwa lain sebelumnya dan peristiwa tersebut mengakibatkan peristiwa yang lain lagi sesudahnya. Tujuannya adalah untuk menerangkan atau menjelaskan proses terciptanya sesuatu yang terjadi secara alamiah, atau proses bekerjanya fenomena alam atau sosial. 5
METODOLOGI PENELITIAN Dalam suatu penelitian, metode memegang peranan yang sangat penting karena semua kegiatan yang dilakukan dalam penelitian bergantung pada metode yang digunakan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dan jenis desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Group Pre-Test Post-test Design. Arikunto (2009:212) menyatakan, Model pembelajaran One-Group Pre-Test Post-test Design merupakan eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Dalam desain ini teknik pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pre-test) dan sesudah eksperimen (post-test). Dalam hal ini peneliti menggunakan tes menulis teks eksplanasi pada siswa sebanyak dua kali, yaitu tes awal untuk mengetahui kemampuan menulis teks eksplanasi sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan tes akhir untuk mengetahui kemampuan menulis teks eksplanasi sesudah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Metode ini dipergunakan karena peneliti ingin mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan menulis teks eksplanasi siswa kelas VII SMP Santo Ignasius Medan tahun pembelajaran 2013/2014. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dan setelah dilakukan perhitungan penerapan model pembelajaran berbasis masalah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan menulis teks eksplanasi siswa kelas VII SMP Santo Ignasius Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Model pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian ini merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif yang mampu membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk berpikir kritis dan membangun pengetahuan melalui masalah atau fenomena alam yang diamati sehingga lebih memudahkan siswa untuk membuka pemikirannya dalam menuangkan ide/gagasan dalam bentuk tulisan. Model ini menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mengumpulkan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman siswa yang beraktivitas secara nyata. 6
Masalah tersebut digunakan mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud dan mendorong minat siswa dan keaktifan siswa dalam belajar sehingga lebih memudahkan siswa menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan teks eksplanasi. Kemampuan menulis teks eksplanasi dalam penelitian ini adalah hasil skor tes yang diperoleh siswa yang menggambarkan kesanggupan siswa dalam menuangkan ide/gagasannya ke dalam bentuk tulisan yang berisi tentang masalah proses terjadinya peristiwa atau fenomena alam yang terjadi secara nyata. Data yang diperoleh terdiri dari data hasil Pre-Test dan data hasil Post-Test dari siswa kelas VII SMP Santo Ignasius Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A yang terdiri dari 30 orang. Data menulis teks eksplanasi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dinyatakan meningkat. Berdasarkan berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil pre-test kemampuan menulis teks eksplanasi termasuk kategori baik sebanyak 8 siswa atau 26,67%, karegori cukup sebanyak 19 siswa atau 63,33%, dan kategori kurang sebanyak 3 siswa atau 10%. Identifikasi kecenderungan hasil pre-test kemampuan menulis teks eksplanasi di atas berada dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata 63,50. Dan kemampuan menulis teks eksplanasi sesudah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Post-test) termasuk kedalam tiga kategori yaitu sangat baik sebanyak 6 siswa atau 20%, kategori baik sebanyak 17 siswa atau 56,67% dan kategori cukup sebanyak 7 siswa atau 23,33%. Identifikasi kecenderunagn hasil post-test dalam pembelajaran menulis teks eksplanasi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah termasuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 75,17. Selain itu, pengaruh penerapan model pembelajaran juga dapat dilihat dari selisih nilai yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test sesuai dengan aspek penilian yang sudah ditetapkan yaitu sesuai dengan struktur isi teks eksplanasi, ciri kebahasaan teks eksplanasi, EYD, diksi dan koherensi. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut. 7
Tabel Perbedaan Pencapaian Aspek Penilaian Pre-Test dan Post-Test No Aspek Penilaian Pencapaian Aspek Rata-Rata Selisih Penilaian Rata-rata Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test 1. Struktur Isi 660 755 22 25.17 3.17 2. Ciri Kebahasaan 420 455 14 15.17 1.17 3. EYD 355 430 11.83 14.33 2.5 4. Diksi 250 290 8.33 9.67 1.34 5. Koherensi 215 325 7.17 10.83 3.66 Deskriptor penilaian kemampuan menulis teks eksplanasi diuraikan sebagai berikut. Struktur isi teks eksplanasi Dalam temuan penelitian, dalam data pre-test (sebelum perlakuan) memiliki rata-rata 22 dengan 12 siswa atau 40% memperoleh skor 25 dan 18 siswa atau 60% memperoleh skor 20. Dalam hal ini terlihat bahwa siswa belum bisa seutuhnya membentuk struktur isi teks eksplanasi. Sedangkan dalam data post-test (sesudah perlakuan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah) mengalami peningkatan memiliki rata-rata 25,17 dengan 11 siswa atau 36,67% memperoleh skor maksimum yaitu 30, 9 siswa atau 30% memperoleh skor 25 dan 10 siswa atau 33,33% memperoleh skor 20. Dalam hal ini terlihat bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dan merangsang siswa lebih aktif dalam belajar. Dilihat dari tabel 1.2 perbedaan aspek bahwa pada struktur isi teks eksplanasi model pembelajaran berbasis masalah lebih berpengaruh daripada aspek penilaian yang lainnya. Ciri Kebahasaan Teks Eksplanasi Dalam data pre-test (sebelum perlakuan) memiliki rata-rata 14 dengan 24 siswa atau 80% memperoleh skor 15 dan 6 siswa atau 20% memperoleh skor 10. Sedangkan dalam data post-test (sesudah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah) memiliki rata-rata 15.17 dengan 2 siswa atau 6,67% memperoleh skor maksimum yaitu 20, 27 siswa atau 90% memperoleh skor 15 dan 1 siswa atau 3,33% memperoleh skor 10. Dalam hal ini, model pembelajaran berbasis masalah 8
mempengaruhi hasil belajar siswa walaupun hanya sedikit mengalami peningkatan. Dalam hal ini rata-rata nilai pre-test mengalami peningkatan pada nilai post-test sebanyak 1.17. EYD Penulisan tanda baca, koma, huruf kapital dan penggunaan kalimat efektif sangatlah penting diperhatikan dalam menulis agar tidak terjadi kerancuan arti. Dalam data pre-test (sebelum perlakuan) memiliki rata-rata 11.83 dengan 15 siswa atau 50% memperoleh skor 15, 13 siswa atau 43,33% memperoleh skor 10 dan 2 siswa atau 6,67% memperoleh skor 0. Dalam hal ini, pemahaman EYD siswa masih rendah sehingga menimbulkan banyak kesalahan dalam menulis. Sedangkan dalam data post-test (setelah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah) memiliki rata-rata 14.33 dengan 26 siswa atau 86,67% dan 4 siswa atau 13,33% memperoleh skor 10. Dalam hal ini terjadi peningkatan 2.5 selisih rata-rata setelah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, namun pemahaman siswa tentang EYD lebih banyak dijelaskan oleh guru. Diksi Diksi memiliki peranan yang sangat penting untuk menjadikan tulisan lebih menarik. Dalam data pre-test (sebelum perlakuan) memiliki rata-rata 8.33 diperoleh 20 siswa atau 66,67% memperoleh skor 10 dan 10 siswa atau 33,33% memperoleh skor 5. Dalam data post-test (sesudah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah) memiliki rata-rata 9.67 menunjukkan 4 siswa atau 13,33 memperoleh skor maksimum 15, 20 siswa atau 66,67% memperoleh skor 10 dan 6 siswa atau 20% memperoleh skor 5. Hal ini juga menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah memberikan pengaruh. Koherensi Dalam sebuah tulisan yang baik kalimat yang digunakan harus memiliki koherensi atau hungan antara kalimat yang satu dengan kalimat selanjutnya. Dalam 9
data pre-test (sebelum perlakuan) memiliki rata-rata 7.17 menunjukkan hasil bahwa 13 siswa atau 43,33% memperoleh skor 10 dan 17 siswa atau 56,67% memperoleh skor 5. Dalam data post-test (setelah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah) memiliki rata-rata 10.83 dengan 5 siswa atau 16,67% memperoleh skor 15 dan 25 siswa atau 83,33% memperoleh skor 10. Berdasarkan perhitungan uji normalitas, diperoleh L hitung sebesar 0,15 dengan menggunakan α = 0,05, dan N = 30, serta nilai kritis melalui uji Liliefors diperoleh L tabel sebesar 0,161. Dengan demikian, L hitung < L tabel yaitu 0,15 < 0,161 dan hal ini membuktikan bahwa data hasil pre-test berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada data hasil post-test juga membuktikan data berdistribusi normal, dengan perolehan L hitung sebesar 0,12 dengan menggunakan α = 0,05, dan N = 30, serta nilai kritis melalui uji Liliefors diperoleh L tabel sebesar 0,161. Dengan demikian, L hitung < L tabel yaitu 0,12 < 0,161. Perhitungan uji homogenitas juga menunjukkan varians kedua variabel tersebut homogen, terbukti dengan F hitung = 1,47 dengan dk pembilang dan penyebut N = 30 dari tabel distribusi F untuk α =0,05 diperoleh F tabel untuk dk pembilang dan penyebut N = 30 yaitu F tabel = 1,84. Jadi, F hitung < F tabel yakni 1,47 < 1,84. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh (5,85 > 2,04) dengan syarat yaitu t hitung > t tabel, hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian, model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan kemampuan menulis teks eksplanasi siswa kelas VII SMP Santo Ignasius Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis teks eksplanasi. Kemampuan menulis teks eksplanasi sebelum menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (pre-test) memiliki nilai rata-rata 63,50 berada pada kategori cukup. Dan kemampuan menulis teks eksplanasi sesudah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (post-test) memiliki nilai rata-rata 75,17 berada pada kategori baik. 10
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan menulis teks eksplanasi. Siswa mampu berpikir kritis dan lebih aktif dalam memecahkan masalah sehingga mampu menuangkan ide atau gagasannya melalui pengalaman-pengalaman belajar yang beragam dan kelompok dalam menulis teks eksplanasi. Penerapan model berbasis masalah mampu meningkatkan pengetahuannya tentang apa yang dipelajari dan menerapkannya dalam kehidupan nyata dan lebih kreatif dalam menulis khususnya menulis teks eksplanasi. Jadi, penerapan model pembelajaran berbasis masalah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan menulis teks eksplanasi siswa kelas VII SMP Santo Ignasius Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Kemendikbud. 2013. Buku Guru Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif. Pardiyono. 2007. Pasti Bisa Teaching Genre Based Writing. Yogjakarta: Andi Offset. Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada. 11