BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 INTRODUKSI. perintah Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945, khususnya pasal 23E yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia serempak. mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015.

BPK Memberikan Opini WDP untuk LKPD TA 2014 Pemprov NTT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4. Investasi permanen disajikan sebesar

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua,

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

BAB 6 SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH OLEH BPK RI.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN ANGGOTA V BPK RI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). kewajaran dari laporan keuangan pemerintah yang telah diperiksa.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pemeriksa Keuangan ialah lembaga yang dimaksudkan. Selain

Prinsip-prinsip Laporan Hasil Audit Pengkomunikasian Laporan Hasil Audit Tindak Lanjut Audit. tedi last 11/16

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI

BAB I PENDAHULUAN. Idealnya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) mendapatkan opini

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya. Pada tingkatan yang dominan,

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

NTT Raih WTP, Ini Untuk Pertama Kalinya

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI diamanatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 8 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik baik di pusat maupun di

Kepala Auditorat V.A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan otonomi daerah yang telah berjalan sejak tahun 1999-an

BAB 1 INTRODUKSI. Pengakuan merupakan proses pemenuhan kriteria pencatatan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Negara/Lembaga (LKKL) berkontribusi terhadap pemberian opini WDP Laporan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi Salam sejahtera bagi kita semua,

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN OPINI BPK ATAS LKPD DAERAH ACEH

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Para Hadirin yang berbahagia.

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Bab I di dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut merupakan tahap akhir proses audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara. Kewajiban pemeriksa ialah menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) setelah pemeriksaan selesai dilakukan (UU No. 15 Tahun 2004, pasal 15, bab IV). BPK ialah menilai kewajaran laporan keuangan dan menghasilkan opini atas pemeriksaan keuangan. Perkembangan opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dari tahun ke tahun meningkat. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2016, terjadi peningkatan dari 47% di tahun 2014 menjadi 58% di tahun 2015 atas pencapaian pemerintah daerah meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Pencapaian ini juga diraih Pemerintah Kota Yogyakarta yang telah berhasil memperoleh opini WTP di tahun anggaran 2015. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sejak tahun 2009 sampai dengan 2014 Pemerintah Kota Yogyakarta hanya mampu meraih opini WTP dengan 1

. Berikut ini merupakan opini yang diraih Pemerintah Kota Yogyakarta selama enam tahun. Tabel 1.1 Opini dan Paragraf Penjelas dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK di Pemerintah Kota Yogykarta Tahun 2010 s.d. 2015 Tahun Opini Keterangan Paragraf Penjelas 2010 WTP dengan 2011 WTP dengan 2012 WTP dengan 2013 WTP dengan 2014 WTP dengan - Pemungutan dan penyetoran pajak SP2D LS pihak ketiga - Penyusutan aset tetap - Retribusi parkir tepi jalan umum dan retribusi produksi usaha daerah - Penerimaan pengelolaan Edotel serta Rusunawa - Investasi non permanen - Penerimaan dari pengelolaan Edotel serta Rusunawa - Aset tetap hasil sensus - Piutang PBB pelimpahan KPP Pratama - Penerimaan dari pengelolaan Edotel serta Rusunawa - Aset tetap hasil sensus 2015 WTP - Sumber: LHP Kota Yogyakarta Tahun 2010 s.d. 2015 Pernyataan Kepala BPK RI Perwakilan DIY pada saat penyerahan LHP Pemerintah Kota Yogyakarta tahun anggaran 2013, disebutkan bahwa beberapa perlu diperhatikan dan an yang termuat dalam LHP hampir sama di setiap tahunnya (Antara News Yogyakarta 2014). Akbar (2013) menegaskan bahwa temuan BPK akan bermanfaat apabila ditindaklanjuti dengan perbaikan sistem sehingga akan mengurangi pelanggaran yang berulang. Permasalahan mengenai temuan berulang menjadi permasalahan yang juga dihadapi Pemerintah Kota Yogyakarta. Tabel 1.2 menunjukkan 2

sejumlah akun dalam laporan keuangan yang muncul sebagai temuan yang berulang di tahun 2010 s.d. 2015. BPK menerbitkan kembali temuan karena dinilai lemah dalam pengendalian intern dan pengelolaan yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) pernyataan nomor 2 menyatakan bahwa pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan. Tabel 1.2 Temuan yang berulang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK di Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2010 s.d. 2015 Temuan Berulang Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1. Sisa Kas di Bendahara Pengeluaran 2. Aset Tetap 3. Belanja Hibah 4. Dana BOSDA (Bantuan Operasional Sekolah Daerah) 5. Dana Edotel (Education Hotel) 6. Dana Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Sumber: Diolah dari LHP Kota Yogyakarta Tahun 2010 s.d. 2015 Pengelolaan keuangan negara harus secara ekonomis, efisien dan efektif agar memperoleh opini WTP. Hal ini disampaikan Ketua BPK Harry Azhar Azis dalam penyampaian IHPS I tahun 2015. Pernyataan ketua BPK ditekankan pada tercapainya efektivitas hasil pemeriksaan BPK jika entitas yang diperiksa melaksanakan tindak lanjut atas laporan hasil pemeriksaannya (BPK RI 2015). Ahmad (2016) menyimpulkan bahwa temuan berulang yang terjadi disebabkan ketidakmampuan dalam perbaikan pengelolaan keuangan daerah. Hasil temuan dan rekomendasi seharusnya dapat digunakan sebagai alat perbaikan manajemen 3

4 dan pertanggungjawaban atas seluruh penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tindak lanjut menurut Rai (2011) merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan kemajuan auditee dalam melaksanakan rekomendasi audit. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Pasal 20 disebutkan bahwa kewajiban pejabat/auditee ialah menindaklanjuti rekomendasi BPK dalam jangka waktu enam puluh hari setelah laporan hasil pemeriksaan diterima. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak Inspektorat Kota Yogyakarta, penyelesaian tindak lanjut Pemerintah Kota Yogyakarta secara kumulatif dari tahun anggaran 2003 s.d. 2015 sebesar 75% (Inspektorat, 2016). Hasil ini disampaikan pihak BPK RI Perwakilan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada rapat pemutakhiran data tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK tahun 2016. Informasi lainnya yang diperoleh dari pihak Inspektorat mengenai rekomendasi tahun 2010 s.d. 2014. Sebanyak 166 item rekomendasi atau 86,91% dari total 191 rekomendasi telah selesai ditindaklanjuti. Tersisa 25 rekomendasi atau 13,09% yang belum sesuai rekomendasi BPK. Hasil ini menunjukkan kesesuaian dengan target BPK di tahun 2016. BPK menargetkan angka 75% kepatuhan instansi negara yang mengelola keuangan dari pajak milik masyarakat paling lambat pada Tahun 2020 (BPK 2016). Tujuan utama tindak lanjut audit menurut Rai (2011) untuk memberikan keyakinan pada pihak auditor bahwa auditee telah memperbaiki kelemahan yang telah diidentifikasi. Kegiatan tindak lanjut diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan auditee. Tanggung jawab

5 manajemen entitas yang diperiksa (auditee) berdasarkan SPKN ialah menindaklanjuti rekomendasi BPK serta menciptakan dan memelihara suatu proses untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi yang dimaksud. Menurut Rai (2011), penyelesaian rekomendasi ini diharapkan dapat meminimalisasi akibat dari penyimpangan dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan. Beberapa penelitian mengenai tindak lanjut menganalisis hasil pemeriksaan baik pemeriksaan internal maupun eksternal di pemerintah daerah. Penelitian Hartanto (2015) menganalisis pengaruh karakteristik pemerintah daerah, auditor, legislatif dan eksekutif daerah terhadap penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK di seluruh pemerintah daerah. Aspek temuan berulang digunakan Kusuma (2014) untuk meneliti peran Inspektorat dan pemerintah daerah sebagai auditee. Hasil penelitian Kusuma menunjukkan faktor penyebab tidak efektifnya penanganan temuan berulang ialah koordinasi yang tidak berjalan baik dan tidak ada standar operasional. Penelitian Ahmad (2016) dan Lasan (2016) lebih khusus mengenai faktor penyebab rendahnya tindak lanjut rekomendasi pemeriksaan BPK. Hasil keduanya menunjukkan komitmen kepala daerah, perubahan struktur organisasi/mutasi, dan SDM sebagai faktor rendahnya tingkat penyelesaian rekomendasi. Berdasarkan permasalahan dan penelitian terdahulu, penyelesaian tindak lanjut dan aspek temuan yang berulang penting untuk diteliti. Fokus penelitian ini pada penyebab temuan yang berulang pada tahun anggaran 2010 s.d. 2015. Upaya tindak lanjut yang telah dilaksanakan di Pemerintah Kota Yogyakarta serta

6 merumuskan solusi untuk menindaklanjuti temuan dan rekomendasi agar tidak menjadi temuan yang berulang di tahun mendatang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan LHP tahun 2010 s.d.. 2015, terdapat sejumlah temuan yang berulang. Temuan yang berulang ini memiliki substansi yang sama. Berdasarkan data pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK pada Pemerintah Kota Yogyakarta di TA 2010 s.d. 2014, 166 rekomendasi telah dilaksanakan dan menyisakan 25 rekomendasi yang belum sesuai. Hasil ini kurang menunjukkan tanggung jawab manajemen entitas yang diperiksa sesuai dengan SPKN dalam hal menindaklanjuti rekomendasi BPK serta menciptakan dan memelihara suatu proses untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi yang dimaksud. 1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang diajukan di dalam penelitian ini sebagai berikut. a. Mengapa terjadi temuan yang berulang di Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun anggaran 2010 s.d. 2015? b. Bagaimana upaya yang telah dilaksanakan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menindaklanjuti temuan yang berulang? c. Bagaimana solusi untuk menindaklanjuti temuan dan rekomendasi agar tidak menjadi temuan yang berulang? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut. a. Menganalisis penyebab terjadinya temuan yang berulang di Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun anggaran 2010 s.d. 2015.

7 b. Menganalisis upaya yang telah dilaksanakan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menindaklanjuti temuan yang berulang. c. Memberikan solusi untuk menindaklanjuti temuan dan rekomendasi agar tidak menjadi temuan yang berulang. 1.5 Motivasi Penelitian Temuan dan rekomendasi menjadi permasalahan yang harus diselesaikan oleh pemerintah daerah dalam menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan BPK. Munculnya temuan yang berulang dengan penyelesaian tindak lanjut yang sudah optimal harus menjadi bahan pertimbangan Pemerintah Kota Yogyakarta. Upaya pemerintah daerah dalam menindaklanjuti rekomendasi perlu untuk dikaji kembali apakah sudah mampu memperbaiki kelemahan dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah. 1.6 Kontribusi Penelitian Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini antara lain. a. Kontribusi praktis Membantu Pemerintah Kota Yogyakarta menganalisis permasalahan dan solusi untuk menindaklanjuti temuan dan rekomendasi. Penelitian ini akan mengembangkan sebuah Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pelaksanaan tindak lanjut agar tidak menjadi temuan yang berulang. b. Kontribusi akademis Memberi tambahan referensi untuk penelitian studi kasus dalam bidang kajian tindak lanjut temuan. Penelitian ini juga diharapkan dapat melengkapi

8 penelitian sebelumnya berkenaan dengan tindak lanjut temuan pemeriksaan di pemerintah daerah. 1.7 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini akan berfokus pada penyebab temuan yang berulang dan upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menindaklanjuti temuan yang berulang. Pembatasan penelitian pada temuan yang berulang di tahun anggaran 2010 s.d. tahun anggaran 2015. Peneliti akan mengeksplorasi penyebab temuan yang berulang, upaya tindak lanjut yang telah dilaksanakan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal ini auditee dan tim tindak lanjut untuk mengatasi temuan yang berulang, dan perumusan solusi untuk menindaklanjuti temuan dan rekomendasi agar tidak menjadi temuan yang berulang. 1.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini dibagi dalam lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut. 1. BAB 1: PENDAHULUAN Bagian ini berisi paparan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, dan sistematika penulisan. 2. BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini berisi uraian mengenai landasan teori mengenai tindak lanjut hasil pemeriksaan, temuan maupun rekomendasi, audit kepatuhan, tinjauan penelitian studi kasus tentang tindak lanjut, dan penelitian terdahulu.

9 3. BAB 3: METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan secara deskriptif mengenai rancangan penelitian, yakni latar belakang kontekstual, rasionalitas objek penelitian, metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, validitas dan reliabilitas data, dan analisis data. 4. BAB 4: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bagian ini berisi uraian komprehensif mengenai hasil wawancara lapangan dan analisis dokumen berdasarkan rancangan penelitian yang diajukan sebelumnya. Kemudian pembahasan tentang hasil analisis atas data-data yang diperoleh untuk mengembangkan prosedur tindak lanjut di Pemerintah Kota Yogyakarta. 5. BAB 5: SIMPULAN Bagian ini menyimpulkan secara ringkas proses penelitian yang dilakukan, menjelaskan jawaban pertanyaan dan tujuan penelitian, serta paparan mengenai argumentasi penulis dalam memecahkan masalah yang diteliti berdasarkan hasil analisis yang telah dilaksanakan. Pada bab ini penulis akan mengemukakan rekomendasi dan keterbatasan penelitian