BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR...

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jogi Morrison, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sumber devisa negara. Industri yang mengandalkan potensi pada sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

2015 PENGARUH METODE PENYAJIAN KOLEKSI TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG DI MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA

Tabel 1.1. Data kunjungan wisatawan ke kota Bandung Tahun

Terwujudnya Lamongan Lebih Sejahtera dan Berdaya Saing

PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Museum dalam..., Faika Rahima Zoraida, FE UI, 2010.

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. Museum Sri Baduga merupakan Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan sejarah ilmu, seni, dan budaya yang ada di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xii. A. Latar Belakang Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Noprianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 362,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 27,237,852, BELANJA LANGSUNG 68,883,169,000.00

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya memiliki potensi pengembangan pariwistata yang luar biasa

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

BAB I PENDAHULUAN. devisa negara. Salah satu Visi Pariwisata Indonesia yaitu, industri pariwisata

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

Sulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, salah satu bidang potensi yang digalakkan di Indonesia adalah

Presentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

MUSEUM NEGERI JAWA BARAT SRI BADUGA DI BANDUNG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernacular)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pariwisata di Indonesia saat ini mengalami peningkatan dan terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2 Pada tahun 2010, Provinsi Bangka Belitung menyelenggarakan Tahun Kunjungan Bangka Belitung yang disebut dengan Visit Babel Archipelago 2010 untuk me

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PRESTASI KERJA KARYAWAN DI GRAND ORCHID HOTEL SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan berolahraga, maka hidup

KEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sektor penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia (Naude

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Naisbitt dalam bukunya Global Paradox yakni bahwa where once. usaha lainnya (http;//pariwisata.jogja.go.id).

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat Pakpak merupakan suatu kelompok masyarakat yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana penunjang keberhasilan di sektor pariwisata. Perhotelan adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hotel memegang peranan penting dalam industri pariwisata karena

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis akan menyimpulkan dari berbagai uraian yang telah

BAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 358,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 24,813,456, BELANJA LANGSUNG 83,453,407,405.00

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu sistem besar. Komponen komponen dalam sistem ini saling terkait antara yang satu dengan yang lain. Komponen komponen tersebut adalah komponen sosial, budaya, lingkungan, politik, keamanan, begitu pula komponen ekonomi. Selain itu, pariwisata telah diakui sebagai industri terbesar abad ini. Hal tersebut dapat dilihat dari sumbangan terhadap pendapatan dunia dan penyerapan tenaga kerja. Begitu juga dengan kepariwisataan di Indonesia tengah berkembang menjadi suatu industri yang besar. Jawa Barat termasuk provinsi yang mengandalkan perkembangan industri pariwisata sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perkembangan industri ini sangat bergantung kepada para pelaku di bidang kepariwisataan, baik pengusaha, masyarakat dan tentu saja pemerintah. Penetapan sektor pariwisata menjadi salah satu sektor unggulan atau disebut juga sebagai Core Business pembangunan Jawa Barat, merupakan upaya nyata dukungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat. Pernyataan tersebut tertuang dalam Rapetada 2003 Jawa Barat, dengan berorientasi pada visi dan misi Jawa Barat. Program-program dari pemerintah gencar dilaksanakan guna mendukung kemajuan industri ini, misalnya program kunjungan Indonesia (visit Indonesia). Program tersebut membawa dampak yang positif, khususnya bagi Jawa Barat. 1

Jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara, di sejumlah kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat pada tahun 2006 sebanyak 24.086.615, pada tahun 2007 sebanyak 24.121.261, pada tahun 2008 sebanyak 26.617.400, dan pada tahun 2009 sebanyak 29.013.426. Dari hal tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan setiap tahunnya (gambar 1..1). Terjadi peningkatan sebesar 4,74% dari total jumlah kunjungan wisatawan dalam kurun waktu 2005 sampai 2009. Dengan rata rata peningkatan sebesar 1.642.270 kunjungan wisatawan per tahunnya. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara Di Provinsi Jawa Barat 30.000.000 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 0 2006 2007 2008 2009 Gambar 1.1. Grafik Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara di Provinsi Jawa Barat Tahun 2006 2009 Sumber : DISPARBUD Jawa Barat, 2010 Dengan pertumbuhan yang begitu pesat dalam industri pariwisata, kinerja SDM yang berada di DISPARBUD Jawa Barat merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Ditengah banyaknya tuntutan kompetensi bagi pelaku usaha, misalnya hotel, restoran, pemandu wisata dan lain sebagainya, kinerja SDM DISPARBUD diharapkan dapat maksimal. Tuntutan ini berhubungan dengan DISPARBUD sebagai wadah dari kepariwisataan yang berhak untuk 2

mengatur dan mengelola urusan kepariwisataan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, DISPARBUD juga bertanggung jawab dalam peningkatan kapasitas karyawan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Oleh karenanya bertanggung jawab dalam penyusunan dan pengembangan kepariwisataan, namun penting untuk digarisbawahi bahwa kepariwisataan adalah kegiatan Service Based Industry yang memiliki banyak titik singgung dengan sektor pembangunan lainnya. Sehingga SDM di DISPARBUD di harapkan mempunyai wawasan yang luas mengenai kepariwisataan. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Jawa Barat dalam rangka pelaksanaan sebagian kegiatan teknis operasional/penunjang membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). Diantara UPTD yang dibentuk terdapat Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga, yang berlandaskan pada visi dan misi DISPARBUD, dengan lebih memfokuskan pada budaya dan nilai tradisi Jawa Barat. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin banyak program yang diperuntukan untuk membangkitkan kembali antusiasme masyarakat terhadap museum sebagai alternatif objek wisata bagi wisatawan,khususnya wisatawan nusantara. Program yang telah dilaksanakan misalnya Tahun Kunjung Museum (Visit Museum Year) 2010. Program Tahun Kunjung Museum yang didukung dengan berbagai kegiatan di museum seluruh Indonesia, bertujuan untuk memperbesar jumlah pengunjung museum serta meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya bangsa. Program tersebut merupakan langkah awal dari Gerakan 3

Nasional Cinta Museum (GNCM) yang akan dilaksanakan selama lima tahun (2010-2014). Dengan adanya program GNCM tersebut diharapkan pada 2014 akan terwujud museum Indonesia yang menarik dan informatif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun hal tersebut tidaklah mudah untuk dilaksanakan, dengan citra museum yang terkesan seram, menjenuhkan, dan tidak menarik, disebabkan kurangnya inovasi dari pengelolaan bangunan dan tata pameran. Ada kalimat yang perlu selalu diingat, yaitu jas merah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Kalimat tersebut, yang diungkapkan oleh Ir. Soekarno, memberikan gambaran kepada pemerintah Indonesia untuk mengumpulkan bukti bukti sejarah sebagai pembelajaran di generasi berikutnya. Pengumpulan benda benda sejarah tersebut tidaklah semudah meletakkan suatu koleksi di ruang pameran, namun perlu juga dipertimbangkan cara perawatan yang tepat. Hal tersebut memerlukan kompetensi kompetensi yang sesuai. Dan sampai saat ini karyawan yang memiliki kompetensi tersebut masih minim jumlahnya. Misalnya saja, kesulitan dalam penerjemahan naskah dikarenakan tidak adanya karyawan yang berlatar belakang pendidikan filologi (naskah kuno). Kinerja SDM merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan (visi dan misi) Museum Negeri Sri Baduga Bandung. Kinerja karyawan yang kurang maksimal juga dapat menjadi salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas suatu museum. Disini dituntut kemampuan dalam pengelolaan sumber sumber daya secara terencana, terutama sumber daya manusia sebagai tenaga pelaksana operasional untuk menghasilkan daya guna dan 4

hasil guna dalam setiap kegiatan perusahaan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja SDM adalah dengan mengadakan program pelatihan. Pelatihan dapat berupa upaya meningkatkan pengetahuan yang mungkin digunakan segera atau untuk jangka panjang. Program pelatihan merupakan upaya yang dinilai penting dalam peningkatan kinerja SDM di Museum Negeri Sri Baduga, karena selain dituntut untuk memiliki wawasan mengenai museum beserta koleksi di dalamnya, karyawan juga harus memiliki wawasan mengenai kepariwisataan. Wawasan tersebut berkaitan dengan Museum Sri Baduga yang berada dalam naungan DISPARBUD, serta visi museum sebagai objek wisata budaya unggulan Jawa Barat. Output yang diharapkan setelah mengikuti program pelatihan adalah meningkatnya kompetensi SDM. Diklat teknis permuseuman dilaksanakan sebagai fondasi awal SDM di museum dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk menambah wawasan mengenai permuseuman, yang kemudian menjadi acuan pemikiran SDM untuk melaksanakan pekerjaannya. Namun, sampai saat ini jumlah karyawan yang telah mengikuti pelatihan tersebut masih dibawah 50%. Berlandaskan pada hal hal yang dikemukakan sebelumnya, maka penyelenggaraan pelatihan sumber daya manusia pariwisata diperlukan sebagai salah satu program peningkatan kapasitas karyawan. Subjek dari program pelatihan bukan hanya karyawan hotel dan restoran, namun termasuk juga di dalamnya karyawan Museum Negeri Sri Baduga yang merupakan bagian dari DISPARBUD Jawa Barat. Dan diklat teknis permuseuman merupakan pelatihan 5

dasar yang seharusnya di dapat oleh semua sumber daya manusia yang ada di Museum Negeri Sri Baduga Bandung. B. Identifikasi Masalah Ditinjau dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, peranan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat sangat penting dalam pertumbuhan industri pariwisata. Pertumbuhan yang semakin pesat perlu dukungan dari SDM yang memiliki kinerja maksimal. Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja SDM adalah dengan mengikuti program pelatihan. Dan dengan gencarnya pemerintah membuat program untuk meningkatkan apresiasi dan kunjungan masyarakat ke museum, SDM di Museum Negeri Sri Baduga Bandung juga dituntut memiliki kinerja maksimal. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penyelenggaraan pelatihan di Museum Negeri Sri Baduga? 2. Bagaimana perbandingan kinerja antara SDM di Museum Negeri Sri Baduga yang telah mengikuti dengan yang belum mengikuti diklat teknis permuseuman tipe dasar? 3. Apakah diklat teknis permuseuman tipe dasar efektif terhadap kinerja SDM di Museum Negeri Sri Baduga? C. Batasan Masalah Karena adanya keterbatasan waktu, dana, dan tenaga, maka ada batasan masalah dalam penelitian ini. Dari uraian sebelumnya, batasan masalah dalam 6

penelitian ini adalah penilaian kinerja berdasarkan program diklat teknis permuseuman tipe dasar. Data yang diperoleh berasal dari kuesioner yang dibuat dengan memperhatikan tujuan dari program pelatihan tersebut. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mangidentifikasi pelaksanaan program pelatihan yang dilakukan di Museum Negeri Sri Baduga. 2. Mengidentifikasi perbandingan kinerja antara sumber daya manusia di Museum Negeri Sri Baduga yang telah mengikuti dengan yang belum mengikuti diklat teknis permuseuman tipe dasar. 3. Menganalisis besarnya pengaruh dari program pelatihan yang diselenggarakan guna meningkatkan kinerja sumber daya manusia di Museum Negeri Sri Baduga E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya, mengenai peranan pelatihan dalam peningkatan kinerja sumber daya manusia 2. Menambah wawasan penulis pada khususnya yang diharapkan dapat diaplikasikan saat penulis menghadapi dunia kerja yang sebenarnya 3. Sebagai media informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan 7

F. Definisi Operasional 1. Pelatihan John R. Schermerhorn, Jr (1999 : 323) mengemukakan bahwa pelatihan adalah...serangkaian aktivitas yang memberikan kesempatan untuk mendapatkan dan meningkatkan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan. Idealnya, pelatihan dirancang untuk mewujudkan tujuan tujuan organisasi, yang pada saat bersamaan juga mewujudkan tujuan tujuan karyawan secara perorangan. Dalam penelitian ini, pelatihan yang menjadi fokus adalah diklat teknis permuseuman tipe dasar. Indikator dalam penilaian kinerja akan disesuaikan dengan program pelatihan. Program tersebut dipilih karena semua karyawan diwajibkan untuk mengikuti pelatihan. 2. Kinerja SDM Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, Malayu S.P., 2001: 34) Dengan memerhatikan pendapat ahli tersebut, kinerja adalah tidak hanya mengenai hasil kerja yang dicapai oleh SDM, baik secara kualitas maupun kuantitas, sesuai dengan tanggung jawabnya. Namun, kinerja juga mencakup bagaimana agar mencapai hasil kerja tersebut. Kinerja berpengaruh besar terhadap output suatu perusahaan atau organisasi, karena memiliki hubungan erat dengan tujuan strategis perusahaan, yang 8

berdampak langsung terhadap kepuasan konsumen dan pada akhirnya akan mempengaruhi eksistensi perusahaan atau organisasi. Dalam pelaksanaannya kinerja akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bersumber dari diri SDM sendiri maupun bersumber dari organisasi. Dari diri SDM akan dipengaruhi oleh kemampuan serta motivasi yang dimiliki SDM, yang dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Kemampuan (ability) Kemampuan karyawan terdiri atas kemampuan potensi dan kemampuan realita. Kemampuan potensi mengacu pada IQ dari SDM, sedangkan kemampuan realita mencakup wawasan dan keterampilan (knowledge & skill) yang dimiliki oleh SDM. Berdasarkan hal tersebut maka kemampuan SDM bukan hanya diukur dari IQ, namun juga dari wawasan serta keterampilan SDM tersebut dalam melaksanakan tanggung jawab pekerjaannya. b. Motivasi (motivation) Faktor motivasi dibentuk oleh sikap seorang SDM dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi adalah penggerak dalam diri SDM untuk mencapai tujuan tertentu. David C. McCleland(Wibowo, 2010:392) mengemukakan bahwa terdapat hubungan positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi merupakan dorongan dalam diri SDM untuk melakukan suatu kegiatan dan atau 9

tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu meraih prestasi kerja (kinerja) yang maksimal. Pada penelitian ini penilaian kinerja akan berlandaskan salah satu faktor internal tersebut. Faktor yang dimaksud adalah kemampuan (ability) karyawan yang berhubungan dengan program diklat teknis permuseuman tipe dasar. 3. Museum Pengertian museum menurut PP No19 tahun 1995 pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Penelitian akan dilakukan di Museum Negeri Sri Baduga. Museum ini merupakan museum yang dikelola oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat. Museum Museum Negeri Sri Baduga terletak di ruas Jalan B.K.R. 185 Tegallega dan berhadapan dengan Monumen Bandung Lautan Api, dirintis sejak tahun 1974 dengan memanfaatkan lahan dan bangunan bekas kewedanaan Tegallega di Ibu Kota Provinsi yaitu Bandung. Museum ini dilihat dari koleksi yang dimilikinya, termasuk pada jenis museum umum. 10

G. Sistematika Penulisan Sistematika skripsi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika skripsi. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang penjelasan teori-teori mengenai pariwisata, pelatihan, dan kinerja. Selain itu terdapat kerangka pemikiran dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang jenis penelitian, populasi, sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan tentang museum, gambaran umum Museum Negeri Sri Baduga, penyajian data penelitian, analisis data penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 11