BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 05 TAHUN 2013

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBENTUK SIKAP KEMANDIRIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MINHAJ WONOSEGORO BANDAR BATANG

HAK GURU. Uraian tentang hak-hak guru selanjutnya dituangkan dalam tabel di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya, sehingga hal yang tidak dapat ditinggalkan manusia adalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

YPI Darussa adah. Nama Pondok Pesantren YPI Darussa adah

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksankan, penelitian ini

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN AL-AZHAR

BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN. A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Hidayatul Muwaffiq. Hal ini dikarenakan pola interaksi yang dikembangkan

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK DI MADRASAH DINIYAH AWWALIYAH MIFTAHUSSSALAFIYAH LANJI PATEBON KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

BAB II TELAAH PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

Lampiran II Exekutive Summary EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH (PPS)

BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN. secara berurutan sebagaimana telah disajikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. iii. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

APLIKASI PROGRAM SELEKSI MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH PERCONTOHAN (UNGGULAN) TAHUN 2014

BAB V PENUTUP. Gabus Kabupaten Pati sudah berjalan dengan baik, meliputi : pimpinan. sungguh-sungguh, disiplin, ikhlas, tanggung jawab.

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL

DAMPAK STATUS AKRIDITASI SEKOLAH, SARANA PRASARANA DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT

DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. 1 SamsulNizar, Filsafat PendidikanIslam(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 41.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1437 H

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI. Kata Sambutan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

PEDOMAN ETIKA DOSEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

Kepemimpinan Kyai..., Elly Nurmaningtyas Fajarwati, Program Pascasarjana UI, Universitas Indonesia

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan diskripsi hasil penelitian yang telah penulis lakukan di MTs. NU TBS Kudus, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis paparan data dan temuan penelitian dapat disimpulkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Sri Handayani NIM K

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm

No.972, 2014 KEMENAG. Muadalah. Pondok Pesantren. Satuan Pendidikan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

2014, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Le

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. La tar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin Kedisiplinan adalah kata kunci keberhasilan pendidikan. Kedisiplinan erat kaitannya dengan kepemimpinan, yang dalam organisasi pendidikan berada di tangan kepala sekolah atau kepala madrasah. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN Mulawarman selain sebagai jabatan formal, juga didukung oleh keteladanan. Artinya pimpinan madrasah berusaha memerankan dirinya sebagai pimpinan yang berdisiplin, sehingga dapat diikuti oleh para guru dan siswa. Memang menyuruh orang lain berdisiplin harus dimulai dari pimpinan sendiri. Kebanyakan pondok pesantren dengan tokoh sentral kyai umumnya memiliki pimpinan dengan gaya kharismatik. Madrasah Tsanawiyah al-istiqamah sebagai bagian dari Pondok Pesantren al-istiqamah juga memiliki kyai sebagai pimpinan dan pengasuh, meskipun belum begitu menonjol. Sebenarnya pondok ini didirikan oleh Prof. Dr. H. Abdul Hafiz Anshari Az, MA bersama para tokoh ulama di zamannya. Beliau sebenarnya dapat memerankan diri sebagai kyai di pondok ini, namun kelihatannya beliau lebih banyak berkarier di luar. Begitu juga KH Husni Nurin pernah memimpin madrasah ini namun kemudian lebih banyak berkarier sebagai ulama di luar pondok kemudian terjun ke dunia politik. Jadi di segi kepemimpinan, pondok ini memang kekurangan tokoh sentral. 134

135 Meskipun demikian, kepemimpinan pondok dapat diserahkan kepada pihak lain yang bersedia memimpin pondok secara menetap. Pihak lain tersebut terutama para kepala madrasah, khususnya madrasah tsanawiyah dan guru-guru serta pengurus komite madrasah. Mereka ini karena meskipun belum memiliki kharisma sebagaimana kyai pada umumnya, namun sebagai pimpinnan madrasah bersama guru dapat memerankan diri sebagai pelaksana teknis pendidikan. Kepemimpinan dalam dalam madrasah harus diwujudkan dalam langkahlangkah strategis berupa penyelenggaraan pendidikan yang terpadu. Langkah praktis itu diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran, dengan menerapkan kurikulum nasional dan muatan lokal (bagi MTsN Mulawaman) dan kurikulum nasional bersama kurikulum pondok (bagi MTs al-istiqamah), pengayaan dengan kegiatan ekstrakurikuler ditambah dengan pembinaan di asrama. MTs al-istiqamah sebagai bagian dari Pondok al-istiqamah memiliki keunggulan karena juga berusaha mengembangkan nilai-nilai keislaman sebagai ciri khasnya, baik dalam kegiatan pembelajaran intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Di samping tetap komitmen kepada kurikulum nasional, sebagai tuntutan bagi sebuah madrasah. Di segi manajemen ketenagaan guru-guru yang mengajar di madrasah ini umumnya juga guru yang berpengalaman dan menguasai materi keilmuan yang diasuhnya, meskipun sebagian besar honorer namun sudah memperoleh sertifikasi. Mereka kebanyakan alumni Pondok al-istiqamah juga sehingga semangat pengabdian kepada almamater lebih tinggi.

136 B. Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Penerapan Disiplin Pembinaan kedisiplinan di kalangan siswa kedua madrasah ini juga cukup bagus. Identitas keislaman siswa/santri di sekolah juga masih kuat. Pakaian para siswa/santri diatur sedemikian rupa agar selalu menutup aurat, baik di lingkungan madrasah/pondok maupun di luar. Sikap dan pergaulan mereka pun dijaga melalui tata tertib sekolah/madrasah yang cukup islami. Identitas beragama yang demikian disenangi oleh masyarakat, sehingga mereka tetap hormat akan keberadaan madrasah. Di tengah banyaknya terjadi kenakalan remaja sekarang, disiplin yang berlaku di kedua madrasah ini positif dan penting untuk ditingkatkan. Pada sisi lain, masyarakat juga memiliki kesadaran yang dimotivasi oleh ajaran agama, bahwa menuntut ilmu agama itu hukumnya fardlu ain sehingga mau memasukkan anak-anaknya ke madrasah ini (MTsN Mulawraman), meskipun untuk Mts al-istiqamah belum optimal. Kekhawatiran orang tua bahwa anaknya akan menjadi nakal dan tidak taat beragama jika sekolah umum, ikut pula memupuk kecenderungan menyekolahkan anaknya ke sekolah agama (madrasah). Madrasah al-istiqamah memadukan sistem sekolah/madrasah dengan pondok; ada muatan kurikukum madrasah melalui kegiatan intrakurikuler dengan penguatan pendidikan agama, yang selanjutnya di kelas III mengikuti Ujian Negara. Ditambah dengan kegiatan belajar ekstrakurikuler seperti pembelajaran bahasa Arab, Inggris dan keterampilan-keterampilan keagamaan lainnya. Dengan demikian siswanya memiliki life skill yang lebih lengkap, yaitu memiliki ilmu-ilmu agama, umum, keterampilan dan ijazah negeri yang sama kedudukannya dengan sekolah lain yang sederajat.

137 Sarana dan prasarana meskipun relatif kurang namun bisa memenuhi keperluan pembelajaran.. Karena itu meskipun status madrasah ini swasta, namun tidak jauh berbeda dengan sekolah negeri, baik pelajarannya, tenaga gurunya, sarana dan fasilitasnya. Bahkan madrasah ini sudah terakreditasi dengan predikat B. Juga manajemen keuangannya tertata dengan baik, baik sumber keuangannya maupun penggunanannya. Biaya pendidikannya, bahkan relatif murah dan terjangkau untuk ukuran masyarakat setempat. Adanya dana BOS dan Sertifukasi Guru banyak membantu madrasah mengatasi masalah keuangannya. Meskipun demikian strategi kepemimpinan untuk meningkatkan mutu pendidikan di MTsN Mulawarman cukup efektif, namun untuk MTs al-istiqamah belum optimal. Hal ini karena sistem pendidikan yang diberlakukan tidak sepenuhnya bercorak pondok. Sebagian besar siswa Madasah Tanawiyah bukan santri mukim yang hidup di lingkungan pondok (asrama), melainkan santri kalong yang tinggal di rumah keluarganya masing-masing, dan hanya datang ke sekolah sewaktu kegiatan belajar mengajar sebagaimana siswa sekolah pada umumnya. Keadaan ini selain disebabkan keterbatasan sarana pondok (asrama), juga karena kehendak sendiri dari siswa atau orangtuanya, sebab keberadaan siswa tersebut dibutuhkan oleh keluarganya di luar jam sekolah. Akibatnya, pembinaan terhadap siswa/santri kurang maksimal, terutama untuk kegiatan sore dan malam hari. Mereka akan ketinggalan dibanding dengan siswa yang tinggal di asrama, sebab tidak semua santri dapat dikontrol keberadaannya di luar sekolah. Hanya santri yang bermukim di dalam pondok yang dapat dibina secara

138 intensif dan dikontrol. Bagi yang tinggal di luar pondok pembinaan diserahkan kepada orangtua masing-masing dan pihak sekolah hanya berpesan agar semua siswa menjaga nama baik dirinya, orangtuanya dan sekolahnya. Kelemahan lain, di segi ketenagaan sebagian besar tenaga pengajar berstatus sebagai guru honorer yang bukan PNS. Bahkan jumlah guru PNS sangat kecil. Sebagai madrasah swasta, banyaknya guru honorer tentu merupakan hal yang wajar, tetapi akan lebih baik jika pemerintah membantu dengan menugaskan guru-guru PNS, mengingat tenaga guru PNS terlalu sedikit. Agar para guru menjadi profesional tentu sebaiknya sebagian besar mereka harus berstatus PNS, dan disesuaikan dengan keahliannya. Sulit diharapkan guru benar-benar menjadi profesional jika status kepegawaiannya hanya honorer. Justru itu diperlukan kejelasan dan peningkatan status, minimal menjadi guru tetap yayasan (GTY) yang diatur dengan golongan pangkat tertentu oleh yayasan dan digaji dengan standar tertentu yang mendekati standar gaji PNS. Upaya agar guru-guru honorer itu mendapatkan sertifikasi harus terus ditingkatkan, sebab sekarang terbuka lowongan tersebut, sehingga jika sudah bersertifikasi, meskipun honorer, gajinya akan lebih besar dibandingkan honorer biasa. Dalam memandang mutu pendidikan pimpinan kedua madrasah sudah proprsional. Mereka melihat bahwa pendidikan agama dan umum merupakan dua sisi yang harus diberikan secara seimbang, karena dari sini akan diperoleh kesejahteraan

139 hidup dunia dan akhirat. Pendidikan belum dianggap bermutu dalam kacamata agama apabila hanya mengutamakan salah satunya dengan mengabaikan aspek lainnya. Namun pandangan demikian tentu harus diwujudkan dalam langkah praktis. Siswa/santri tidak akan dapat terbina dalam dua aspek penting tersebut, apabila sistem dan sarana pembinaannya kurang menunjang. Bagi madrasah negeri masalah ini lebih mudah diatasi karena tenaga, dana dan sarana sudah tersedia, tetapi bagi pondok pesantren jelas menjadi masalah. Sebagai pondok pesantren yang didirikan dan diasuh oleh yayasan, maka pihak yayasan harus mendanai semua lembaga pendidikan di lingkungan Pondok. Baru kemudian mengupayakan bantuan dari beberapa kalangan, termasuk dari pemerintah. Keadaan ini menuntut penggalian sumber dana yang lebih intensif lagi. Pemerintah selain membantu di segi BOS/BOSDA harus membantu dana dalam bentuk lain, terutama untuk pembangunan sarana dan prasarana, sebab BOS/BOSDA hanya digunakan untuk kebutuhan operasional pendidikan nonfisik, bukan kebutuhan fisik. C. Hasil Yang Dicapai dari Penerapan Disiplin Pada dasarnya kedua madrasah ini sudah banyak mencapai keberhasilan baik akademik maupun nonakademik, hal itu tidak terlepas dari kepemimpinan kepala madrasah, kerja keras dan kerja sama dengan guru-guru serta kesadaran siswa. Namun sebaiknya keberhasilan madrasah dan pondok tidak hanya diukur dengan pencapaian prestasi akademik dan non akademik melalui berbagai perlomabaan dan kejuaraan yang diikuti. Jika hanya ini ukurannya maka sekolah-

140 sekolah lain juga banyak yang mampu mencapainya.. Sebagai lembaga pendidikan agama, perlu menampakkan keunggulan di segi pendidikan agama. Inti dari pendidikan agama tidak lain adalah tertanamnya akhlak yang mulia. Artinya semua siswa harus memiliki akhlak mulia, dan pada saat yang sama menjauhi akhlak yang tercela. Semua ini tentu memerlukan keteladanan, pembiasaan dan juga pengawasan dari pihak sekolah. Namun hal itu tidak akan berhasil optimal, melainkan harus pula didukung oleh pendidikan dalam rumah tangga/keluarga. Kemudian penting diupayakan kemandirian. Strategi yang seharusnya ditempuh adalah dengan mengupayakan untuk menggali dan memanfaatkan potensipotensi yang ada di masyarakat. Diperlukan para pendidik yang mampu mengembangkan pendidikan yang mandiri, dalam arti tidak terlalu tergantung pada bantuan pemerintah dan pemerintah daerah dan masyarakat. Tidak sedikit lembaga pendidikan swasta (pondok pesantren) justru mampu menghidupi dirinya sendiri lebih baik dibandingkan dengan lembaga pendidikan yang berstatus negeri. Tantangan yang dihadapi madrasah saat ini mencakup tingginya tuntutan akan kualitas pendidikan, yang menuntut pula kualifikasi tenaga pendidik yang profesional serta lulusan yang bermutu. Adanya ujian nasional sejak beberapa tahun terakhir juga menjadi tantangan tersendiri. Selama ini, walaupun jumlah siswa yang lulus ujian sudah tinggi, tetap perlu peningkatan. Hal ini karena mata pelajaran yang diujikan terasa cukup berat bagi siswa, sementara muatan materi kurikulum yang ada, baik kurikulum nasional maupun lokal (pondok) sudah cukup padat.