Pengaruh Fluktuasi Suhu Air Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelulushidupan Larva Gurami (Osphronemus goramy)

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Sains Akuakultur Tropis D e p a r t e m e n A k u a k u l t u r

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

PERKEMBANGAN EMBRIO DAN LARVA GURAMI (Osphronemus goramy Lac.) BASTAR, BLUESAFIR, DAN BULE

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

Angki Ismayadi, Rosmawati, Mulyana Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

RESPONS PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS LIMBAH SAYURAN

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAYA TETAS, HASIL TETAS DAN LAMA MENETAS TELUR ITIK YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

ARTIFICIAL SUBSTRATES INCREASED SURVIVAL AND GROWTH OF HYBRID CATFISH (Clarias gariepinus and C. macrocephalus)

APLIKASI TEKNOLOGI NANO DALAM SISTEM AERASI PADA PENDEDERAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (1): ISSN:

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele. Clarias gariepinus)

Enlargement of Selais (Ompok hypopthalmus) With fish meal Containing Thyroxine (T 4 ) Hormone

Cahyono Purbomartono.)t!, Hartoyo') dan Agus Kurniawan')

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BUJUK (Channa lucius Cuvier)

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILEM (Osteochillus hasselti) YANG DIBERI PAKAN DENGAN FEEDING RATE BERBEDA

Respon Tingkat Kepadatan Telur Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy. Lac. ) Yang Berbeda Terhadap Daya Tetas Telur 1

Pengaruh Dosis Ekstrak Hipofisis Ikan Patin (Pangasius hypothalamus) Terhadap Keberhasilan Pemijahan Ikan Bawal Air Tawar (Collosoma macropomum)

INFLUENCES OF Azolla sp. DENSITY TO WATER QUALITY PARAMETERS AND GROWTH OF AFRICAN CATFISH (Clarias gariepinus) IN WATER CLOSED SYSTEM ABSTRACT

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :1-8 (2016) ISSN :

BAB III BAHAN DAN METODE

Ahmad Kurnia Vardian¹, Subandiyono¹ *, Pinandoyo¹

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

PERUBAHAN RESPON PAKAN PADA IKAN MAS KOKI (Carasias auratus) DENGAN RANSANGAN WARNA LAMPU

HASIL DAN PEMBAHASAN

Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal**

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMATANGAN GONAD IKAN PALMAS (Polypterus senegalus) DENGAN MENGGUNAKAN PAKAN YANG BERBEDA

V. SIMPULAN DAN SARAN. dan kelangsungan hidup larva ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus Ham.

3. METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

PENGARUH KETINGGIAN AIR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN LELE SANGKURIANG

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

ABSTRAK. Kata kunci : Polikultur, Penebaran yang Berbeda, Ikan Rainbow Merah, Lobster Air Tawar.

PENGARUH SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PADA MEDIA KULTUR PHM TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN Chlorella sp. M. W. Lewaru * ABSTRACT

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman :

BAB III BAHAN DAN METODE

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) : (2013) ISSN :

Pengaruh Ketinggian Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN :

II. BAHAN DAN METODE

Padang, Maret Putri Lina Oktaviani

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH KADAR PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

PEMIJAHAN IKAN MASKOKI (Carrasius auratus) DENGAN MENGGUNAKAN BERBAGAI SUBSTRAT

Pengaruh perendaman dosis hormon methyl testosteron berbeda terhadap sintasan hidup dan pertumbuhan larva ikan nila, Oreochromis niloticus

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

PENGARUH SUHU TERHADAP PERKEMBANGAN TELUR DAN LARVA IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminckii)

PENGARUH EKSTRAK-METANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP DAYA TETAS TELUR, MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN LARVA Aedes aegypti Linn.

VARIASI PADAT PENEBARAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp) YANG DIPELIHARA DALAM HAPA

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN MASKOKI (Carassius auratus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI

PERTUMBUHAN DAN RASIO KONVERSI PAKAN IKAN NILA. (Oreochromis niloticus) DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor (16680), Indonesia ABSTRACT

AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus EKOR/LITER

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PENGARUH PEMBERIAN EM-4 (Effective Microorganism-4) PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus)

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 1-6 ISSN :

PENDEDERAN LARVA IKAN TAMBAKAN (Helostoma temmincki) DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

ZIRAA AH, Volume 42 Nomor 2, Juni 2017 Halaman e - ISSN

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

PENGGUNAAN AIR PADA PEMELIHARAAN BENIH PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN SISTEM RESIRKULASI

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH PEMBERIAN HORMON TIROKSIN (T4) DENGAN PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELULUSHIDUPAN BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KELULUSAN HIDUP LARVA UDANG GALAH BERDASARKAN SUMBER GENETIK YANG BERBEDA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

Aquacultura Indonesiana (2008) 9 (1) : 55 60 ISSN 0216 0749 (Terakreditasi SK Nomor : 55/DIKTI/Kep/2005) Pengaruh Fluktuasi Suhu Air Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelulushidupan Larva Gurami (Osphronemus goramy) Ign. Hardaningsih, Sukardi dan Tika Rochmawatie Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Abstract Ign. Hardaningsih, Sukardi and Tika Rochmawatie. 2008. Effects of water temperature fluctuation on hatching rate and survival rate of larval giant gourami (Osphronemus goramy). Aquacultura Indonesiana, 9 (1): 55 60. The research aimed to know the best water temperature fluctuation and the effect on hatching rate and survival rate of larval giant gourami. The observed variables were embryo development, hatching period, hatching rate, absolute growth and survival rate. The experimental method used in this research was a completely randomized block design with three treatments and three blocks as replication. The water temperature fluctuation were P1 : 26 29 C, P2 : 26 31 C and P3 : 26 33 C. The water temperature were increased up to P1 : 29 C, P2 : 31 C, P3 : 33 C at 6 am and decreased down to 26 C at 6 pm for every treatment. The embryo development of fertilized eggs was obsereved continuously on the microscope until the eggs hatched. The growth of larval giant gourami were measured every four days on : D-0, D-4, D-8, D-12, D-16 and D-20. The result showed that different water temperature fluctuation did not affect hatching rate, but these significantly affect survival rate of larval giant gourami. The water temperature fluctuation at 26 29 C gave the best result with 94,45% of survival rate of larval giant gourami. Keywords: Hatching rate; Water temperature fluctuation; Osphronemus goramy; Survival rate Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi suhu air yang baik dan pengaruhnya terhadap daya tetas telur dan kelulushidupan larva gurami. Variabel yang diamati yaitu perkembangan embrio, waktu penetasan telur, daya tetas telur, pertumbuhan dan kelulushidupan larva gurami. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri dari tiga perlakuan dan tiga kelompok sebagai ulangan. Perlakuan fluktuasi suhu air yaitu P1 : 26 29 C, P2 : 26 31 C dan P3 : 26 33 C. Pergantian suhu air dilakukan setiap pukul 6 pagi dan 6 sore. Suhu air dinaikkan menjadi 29 C (P1), 31 C (P2), 33 C (P3) pada pagi hari, sedangkan suhu air diturunkan menjadi 26 C pada sore hari untuk setiap perlakuan. Pengamatan perkembangan embrio terhadap telur yang dibuahi dilakukan secara kontinyu di bawah mikroskop hingga menetas. Pengukuran pertumbuhan larva gurami dilakukan tiap 4 hari sekali D 0, D 4, D 8, D 12, D 16 dan D 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluktuasi suhu air yang berbeda tidak mempengaruhi daya tetas telur, namun berpengaruh terhadap kelulushidupan larva gurami. Fluktuasi suhu air 26 29 C memberikan kelulushidupan larva gurami yang terbaik sebesar 94,45%. Kata kunci: Daya tetas telur; Fluktuasi suhu air; Osphronemus goramy; Kelulushidupan larva Pendahuluan Gurami merupakan jenis ikan air tawar yang digemari oleh masyarakat karena dagingnya yang gurih dan lezat. Ikan ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya. Permintaan gurami yang meningkat belum dapat tercukupi karena produksi yang rendah dengan beberapa kendala, mulai penetasan telur, larva, benih hingga ukuran konsumsi. Keadaan geografis Indonesia yang dilewati oleh garis khatulistiwa mempunyai 2 musim yang berbeda yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pergantian musim atau pancaroba dari musim penghujan ke musim kemarau diikuti oleh fluktuasi suhu harian yang cukup tinggi. Keadaan ini sangat mempengaruhi produksi ikan, budidaya mulai dari pembenihan, pendederan dan pembesaran. Ikan bersifat poikiloterm yakni hewan yang suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan. Perubahan suhu air lingkungan menyebabkan ikan akan selalu berusaha menyesuaikan suhu tubuhnya. Adaptasi ikan terhadap suhu memerlukan energi karena berkaitan dengan metabolisme tubuh. Suhu air yang tinggi akan mempercepat proses Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2008 55

Aquacultura Indonesiana, Vol. 9, No. 1, April 2008 : 55 60 metabolisme, sebaliknya suhu air rendah dapat memperlambat metabolisme. Embrio dan larva merupakan fase pertumbuhan ikan yang paling sensitif terhadap kondisi lingkungan terutama suhu (Effendie, 1997). Perbedaan suhu air yang terlalu ekstrim antara siang dan malam hari akan menyebabkan kegagalan dalam perkembangan embrio ikan sehingga daya tetas telur yang dihasilkan menjadi rendah. Alabaster dan Lloyd (1982) menyebutkan fase blastula dan gastrula adalah fase yang sangat sensitif terhadap suhu. Effendie (1997) menambahkan bahwa suhu air mempengaruhi secara langsung kerja enzim chorionase dalam memecah lapisan korion telur pada saat penetasan. Penelitian yang dilakukan oleh Widijastuti (1995) menunjukkan bahwa suhu air penetasan 29 o C memberikan daya tetas telur tertinggi. Rimadhani (2008) menambahkan suhu air penetasan 29,85 o C memberikan daya tetas telur sebesar 91,72% dan kelulushidupan larva gurami sebesar 91,71%. Kedua penelitian tersebut dilakukan pada suhu air yang konstan sepanjang hari, sedangkan pengaruh fluktuasi suhu air terhadap budidaya ikan khususnya pembenihan gurami belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi suhu air yang baik dan pengaruhnya terhadap daya tetas telur dan kelulushidupan larva gurami. Materi dan Metode Penelitian ini dilakukan di Laboratorium stasiun riset dan Kolam Percobaan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Wadah penelitian menggunakan 9 akuarium berukuran 40x20x25 cm 3. Masing-masing akuarium diisi dengan air tawar sebanyak 15 L yang dilengkapi dengan pemanas (heater) untuk mengatur suhu media sesuai dengan perlakuan dan sistem aerasi. Perlakuan fluktuasi suhu air yang diuji adalah P1 (26 29 C), P2 (26 31 C) dan P3 (26 33 C). Pergantian suhu air dilakukan setiap pukul 6 pagi dan 6 sore. Suhu air dinaikkan menjadi 29 C (P1), 31 C (P2), 33 C (P3) pada pagi hari, sedangkan suhu air diturunkan menjadi 26 C pada sore hari untuk setiap perlakuan. Rancangan penelitian menggunakan metode acak kelompok lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 kelompok sebagai ulangan. Masing-masing akuarium diisi dengan telur yang baru dibuahi sebanyak 60 butir (kepadatan 4 butir/l). Perkembangan embrio dalam telur hingga menetas diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 x secara kontinyu. Tahap perkembangan embrio dicatat waktunya dan diambil gambarnya. Daya tetas telur dihitung segera setelah telur menetas dan waktu penetasan telur telah ditentukan. Telur yang telah menetas menjadi larva dipelihara kembali hingga umur 20 hari dan disamakan dengan padat tebar telur yaitu 4 ekor/l. Larva gurami diamati pertumbuhannya setiap 4 hari sekali. Kelulushidupan larva gurami didapat dari perhitungan jumlah larva yang hidup hingga akhir penelitian dibagi dengan jumlah larva saat awal penelitian. Variabel data berupa waktu penetasan telur, daya tetas telur, pertumbuhan dan kelulushidupan larva dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA), apabila berbeda nyata maka dilakukan Uji Berjarak Ganda Duncan (Duncan s New Multiple Range Test). Uji polinomial orthogonal dilakukan untuk melihat kecenderungan pola hubungan variabel terhadap responnya. Telur Hasil dan Pembahasan Perkembangan embrio dalam telur gurami berdasarkan perlakuan fluktuasi suhu air dapat dilihat pada Tabel 1. Tahap perkembangan embrio gurami diamati setelah fertilisasi dan waktunya dihitung mulai 1 sel hingga menetas menjadi larva. Tabel 1 menunjukkan lama perkembangan embrio mulai pembelahan 1 sel hingga organogenesis dalam satuan menit. Perkembangan embrio mengalami pembelahan sel yang cukup cepat pada awal pembelahan dari 1 sel hingga 32 sel dengan rerata waktu 157 menit (2 jam 37 menit). Pembelahan mulai melambat pada fase blastula dengan rerata waktu 371 menit (6 jam 11 menit) dan gastrula dengan rerata waktu 631 menit (10 jam 31 menit). Perkembangan embrio pembelahan 1 sel hingga gastrula terjadi pada perlakuan suhu air 26 C sehingga lama perkembangan embrio pada tiap perlakuan sama. Perbedaan waktu perkembangan terlihat pada fase organogenesis karena perubahan suhu air sudah berpengaruh. Perkembangan organogenesis tercepat terdapat pada fluktuasi suhu air 26 33 C yaitu 1152 menit (19 jam 12 menit), 56 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2008

Pengaruh fluktuasi suhu air terhadap daya tetas telur dan kelulushidupan larva gurami (Ign. Hardaningsih et al.) Tabel 1. Lama pembelahan sel hingga organogenesis pada embrio gurami Perkembangan Perlakuan fluktuasi Lama (menit) perkembangan embrio / ulangan Rerata embrio suhu air ( C) I II III 1 sel 26 0 0 0 0 2 sel 26 15 14 13 14 4 sel 26 53 44 60 52 8 sel 26 70 68 70 69 16 sel 26 115 107 132 118 32 sel 26 147 135 191 157 Blastula 26 385 346 384 371 Gastrula 26 651 670 572 631 Organogenesis 26 29 1266 1270 1182 1239 26 31 1266 1257 1162 1228 26 33 1176 1189 1092 1152 sedangkan perkembangan organogenesis terlama terdapat pada fluktuasi suhu air 26 29 C yaitu 1239 menit (20 jam 39 menit). Fluktuasi suhu air mempengaruhi secara nyata terhadap waktu penetasan telur gurami. Tabel 2 menunjukkan bahwa waktu penetasan telur pada semua perlakuan rata-rata berkisar antara 2289 menit (38 jam 9 menit) hingga 2745 menit (45 jam 45 menit). Waktu penetasan telur pada fluktuasi suhu air penetasan 26 33 C memberikan hasil rerata tercepat yaitu 2289 menit (38 jam 9 menit) karena suhu air yang tinggi sebesar 33 C pada siang hari mempercepat proses metabolisme sehingga telur cepat menetas. Tabel 2. Waktu penetasan telur gurami pada berbagai fluktuasi suhu air Perlakuan Fluktuasi Waktu (menit) penetasan Rerata Suhu Air ( C) telur / ulangan I II III 26 29 2825 2742 2668 2745 a 26 31 2515 2504 2412 2477 b 26 33 2291 2359 2217 2289 c Keterangan: Nilai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (á = 0,05) Fluktuasi suhu air 26 33 C mengakibatkan enzim bekerja lebih cepat dibandingkan dengan fluktuasi suhu air 26 29 C dan 26 31 C sehingga proses metabolisme embrio dalam telur juga ikut meningkat. Penurunan suhu air menjadi 26 C pada malam hari mengakibatkan metabolisme menurun sehingga perkembangan embrio ikut melambat. Fluktuasi suhu air 26 29 C memberikan waktu penetasan telur yang lebih lama yaitu 2745 menit (45 jam 45 menit). Peningkatan suhu 3 C memberikan pengaruh terhadap proses metabolisme yang masih berjalan lambat dibandingkan dengan peningkatan suhu 5 C dan 7 C. Menurut Lam et al. (2006) perubahan suhu 1 C akan berpengaruh terhadap perubahan reaksi metabolisme dalam tubuh sebesar 10%. Gambar 1 menjelaskan bahwa fluktuasi suhu air yang semakin tinggi akan mempercepat waktu penetasan telur gurami. Gambar 1. Grafik hubungan fluktuasi suhu air dengan waktu penetasan telur Tabel 3 menunjukkan bahwa fluktuasi suhu air tidak berpengaruh terhadap daya tetas telur. Daya tetas telur pada fluktuasi suhu air 26 31 C memberikan hasil rerata tertinggi sebesar 88,89%, sedangkan daya tetas telur pada fluktuasi suhu air 26 29 C memberikan hasil rerata terendah sebesar 84,17%. Kematian pada telur dapat terjadi karena ketidakmampuan embrio dalam berkembang dan melakukan proses metabolisme untuk membentuk jaringan-jaringan pada calon organ. Menurut Alabaster dan Lloyd (1982), gastrula merupakan fase paling sensitif pada coregonids dan sturgeon, Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2008 57

Aquacultura Indonesiana, Vol. 9, No. 1, April 2008 : 55 60 sedangkan pada pike fase yang paling sensitif adalah fase blastula karena sel sudah berdiferensiasi Tabel 3. Daya tetas telur gurami pada berbagai fluktuasi suhu air Perlakuan Fluktuasi Daya tetas telur Rerata Suhu Air ( C) (%) / ulangan I II III 26 29 74,17 92,50 94,17 86,95 a 26 31 74,17 96,67 95,84 88,89 a 26 33 65,83 95,83 90,94 84,17 a Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (á = 0,05) untuk mempetakan daerah calon organ-organ tubuh ikan. Larva Hasil pengamatan pertumbuhan panjang dan berat larva gurami selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Pengukuran data panjang dan berat larva dilakukan setiap 4 hari sekali terhitung mulai telur baru menetas menjadi larva hingga berumur 20 hari. Pertumbuhan panjang dan berat mutlak larva gurami paling tinggi terdapat pada perlakuan fluktuasi suhu air 26 33 C yaitu panjang 1,33 cm dengan berat 0,0939 g (Tabel 4). Pertumbuhan larva yang tinggi pada fluktuasi suhu air 26 33 C diakibatkan oleh peningkatan dan penurunan suhu sebesar 7 C sehingga kerja enzim meningkat sejalan dengan peningkatan suhu air dan melambat pada penurunan suhu air. Proses metabolisme berjalan dengan cepat pada saat suhu 33 C dibandingkan dengan suhu 29 C dan 31 C sehingga larva mengkonsumsi nutrisi lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan bagi proses metabolisme. Penurunan suhu air akan memberikan dampak pada penyesuaian fisiologi tubuh larva, penghematan energi dan pengurangan nafsu makan. Fluktuasi suhu air mempengaruhi secara nyata kelulushidupan larva gurami. Tabel 5 menunjukkan bahwa kelulushidupan larva gurami pada fluktuasi suhu air 26 29 C memberikan hasil rerata tertinggi Gambar 2. Grafik rerata panjang larva gurami setiap perlakuan selama periode penelitian Rerata berat (g) Gambar 3. Grafik rerata berat larva gurami setiap perlakuan selama periode penelitian 58 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2008

Pengaruh fluktuasi suhu air terhadap daya tetas telur dan kelulushidupan larva gurami (Ign. Hardaningsih et al.) sebesar 94,45%. Kelulushidupan larva gurami pada fluktuasi suhu air 26 33 C memberikan hasil rerata terendah sebesar 76,39%. Gambar 4 menjelaskan Tabel 4. Pertumbuhan panjang dan berat mutlak larva gurami Perlakuan fluktuasi Pertumbuhan Pertumbuhan suhu air ( C) panjang mutlak (cm) berat mutlak (g) 26 29 1,1 b 0,0538 b 26 31 1,26 a 0,0810 a 26 33 1,33 a 0,0939 a Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (á = 0,05) Gambar 5. Gambar larva umur 2 hari (panjang tubuh 0,65 cm) Tabel 5. Kelulushidupan larva gurami selama pemeliharaan 20 hari (dalam %) Perlakuan fluktuasi Ulangan Rerata suhu air ( C) I II III 26 29 95 97,50 90,84 94,45 a 26 31 100 99,17 2,50 93,89 a 26 33 78,33 80,84 70,00 76,39 b Keterangan : Nilai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (á = 0,05) bahwa fluktuasi suhu air yang semakin tinggi akan menghasilkan kelulushidupan larva gurami yang semakin rendah. Kelulushidupan larva gurami yang rendah pada fluktuasi suhu air 26 33 C ini disebabkan oleh waktu penetasan embrio yang terlalu cepat yaitu 2289 menit (38 jam 9 menit) sehingga menghasilkan larva yang prematur dan tidak dapat bertahan hidup. Larva yang cacat atau prematur dapat dilihat secara morfologi pada Gambar 5 dan 6, sedangkan larva yang normal dapat dilihat pada Gambar 7. Peningkatan suhu air 7 C menyebabkan proses metabolisme berjalan cepat sehingga lapisan korion Gambar 7. Larva gurami normal berumur 1 hari (panjang tubuh 0,6 cm) melunak dan embrio keluar dari cangkangnya disaat embrio masih membentuk organ-organ penting pada fase organogenesis. Kesimpulan Fluktuasi suhu air yang berbeda tidak berpengaruh terhadap daya tetas telur gurami, namun mempengaruhi kelulushidupan larva gurami. Fluktuasi suhu air 26 29 C memberikan hasil terbaik dengan kelulushidupan larva gurami sebesar 94,45%. Ucapan Terima Kasih Kami ucapkan terimakasih kepada semua civitas akademik Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. A B Gambar 5. Larva gurami yang cacat atau prematur: (A dan B) gambar larva saat menetas (perbesaran mikroskop 40x) Daftar Pustaka Alabaster, J.S. dan R. Llyod. 1981. Water Quality Criteria for Freshwater Fish. FAO, London, 117 pp. Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2008 59

Aquacultura Indonesiana, Vol. 9, No. 1, April 2008 : 1 7 Effendie, H. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta, 117 hlm. Lam, K., T. Tsui, K. Nakano and D.J. Randall. 2006. The physiology of tropical fishes (fish physiology. Elsevier, Academic Press, USA, 4: 12. Rimadhani, E. 2008. Pengaruh perbedaan suhu air terhadap perkembangan embrio dan daya tetas telur gurami (Osphronemus goramy). Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, 95 hlm. Widijastuti, I. 1995. Suhu air, pengaruhnya terhadap perkembangan embrio dan tingkat penetasan gurami (Osphronemus goramy L.). Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, 87 hlm. 60 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2008