PUSAT DOWNLOAD E-BOOK ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Amalan-amalan Khusus KOTA MADINAH. خفظو هللا Ustadz Anas Burhanuddin,Lc,M.A. Publication: 1435 H_2014 M AMALAN-AMALAN KHUSUS KOTA MADINAH

TAFSIR AYAT PUASA. Oleh: Download ± 300 ebook Islam, Gratis!!! kunjungi.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Syarah Istighfar dan Taubat

KEWAJIBAN PUASA. Publication: 1435 H_2014 M. Tafsir Surat al-baqarah ayat

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

UNTUK KALANGAN SENDIRI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

TAFSIR SURAT AT-TIIN

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

TAFSIR SURAT AL- ASHR

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

TAFSIR SURAT ATH- THAARIQ

Tatkala Menjenguk Orang Sakit

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Hadits-hadits Shohih Tentang

TAFSIR SURAT AL-QAARI AH

MUZARA'AH dan MUSAQAH

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

GHARAR Dalam Transaksi KOMERSIAL

Download > 300 ebook dari:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

KRITERIA MENJADI IMAM SHOLAT

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

HOMOSEKS Dosa yang Lebih Besar Dari Zina

TETANGGA Makna dan Batasannya حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

AGAR KAMU LEBIH DICINTAI ALLAH

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

TAFSIR SURAT AL-ZALZALAH

Seputar Mandi Jum'at

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

ISLAM IS THE BEST CHOICE

Publication: 1435 H_2014 M. Tata Cara Makmum Mengikuti Imam. Disalin dari Majalah As-Sunnah No.08 Th.XVII 1435H/2013M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Prof. Dr. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin

BOLEHKAH MENGERASKAN BACAAN SHALAT SIRRIYAH ATAU SEBALIKNYA DAN BIMBINGAN MENGGUNAKAN PENGERAS SUARA DI MASJID

KAIDAH FIQH PENGGABUNGAN HUKUMAN DAN KAFFAROH. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Penggabungan HUKUMAN dan KAFFAROH

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Mencium Kening Ibu

NIFAK. حفظو هللا Oleh : Syaikh Shalih bin Fauzan 'Abdillah al-fauzan. Publication : 1437 H_2016 M. NIFAK, Defenisi dan Jenisnya *

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

Serial Bimbingan & Penyuluhan Islam

Jangan Mengikuti HAWA NAFSU. Publication : 1437 H_2016 M. Jangan Mengikuti Hawa Nafsu

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BILA HARI IED JATUH PAD HARI JUMAT

Hukum Memakai Emas Dan Intan Bagi Laki-Laki

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

Al-Muhiith, Al-Wakiil dan Al-Fattaah

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KAIDAH FIQH. Sesuatu yang Diperbolehkan Oleh Syar'i Meniadakan Kewajiban Mengganti. Publication 1438 H_2016 M

SUMPAH PALSU Sebab Masuk Neraka

FIQIH MUSLIMAH PRAKTIS

MENANGGUNG AMANAT KETIKA ADA KERUSAKAN

Konsisten dalam kebaikan

KITAB KELENGKAPAN BAB DZIKIR DAN DO'A

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH)

YANG TIDAK PENYAYANG TIDAK DISAYANG

PUNCAK KEDUSTAAN. Publication: 1434 H_2013 M PUNCAK KEDUSTAAN. Disalin dari Majalah al-furqon No. 131, Ed.6 Th.ke-12_1434H/2012M

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

PUSAT DOWNLOAD EBOOK ISLAM

MASUK SURGA Karena MEMBUANG DURI

DOA-DOA YANG DINUKIL DARI

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM

CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN

Qasim bin Muhammad. Cucu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Publication: 1435 H_2014 M. Oleh: Ustadz Abu Minhal, Lc

SIFAT WUDHU NABI. 2. Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya)

Tata Cara Shalat Malam

Do a & Wirid Mengobati Guna-guna dan Sihir Menurut Al-Qur an dan As-Sunnah

ع ل ي ك م ب س ن ت ي و س ن ة ال خ ل ف اء الر اش د د الر د دي ي

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Memakai Pakaian WOL

Transkripsi:

رمحو اهلل Imam Al-Albani Publication : Rajab 1432 H/ Juni 2011 Hukum Sholat Berjama ah Kedua Copyright bagi ummat Islam. Sumber: Biografi Syaikh Al-Albani, Pustaka Imam Asy-Syafi i Download > 350 ebook Islam di www.ibnumajjah.wordpress.com

Soal : Bagaimana hukum syari'at "shalat berjama'ah yang kedua" yang di lakukan di sebuah masjid, sesudah usainya "shalat berjama'ah gelombang pertama?". Jawab : Telah terjadi perbedaan pendapat antara ulama fikih tentang hukum "shalat berjama'ah yang kedua". Sebelum menyebutkan perbedaan dan menerangkan pendapat yang rajih (kuat) dan yang marjuh (lemah), harus di tentukan dahulu bentuk shalat berjama'ah yang di perselisihkan, yaitu "shalat berjama'ah kedua" yang di kerjakan pada sebuah masjid yang memiliki imam tetap dan

mu'adzin tetap. Adapun shalat berjama'ah yang di kerjakan di tempat lain, seperti di rumah, di masjid tempat persinggahan (para musafir), di sebuah toko, 1 dan lain-lainya, maka tidak mengapa jika shalat berjama'ah di adakan bergelombang (beberapa kali). Telah terjadi perbedaan pendapat antara ahli fikih tentang hukum shalat berjama'ah kedua tersebut. Para ulama yang berpendapat makruhnya shalat jama'ah pada masjid seperti yang di sebutkan di atas (yang memiliki imam dan muadzin tetap), mereka berdalil dengan dua hal, yang pertama dalil naqli (al-qur'an dan as-sunnah), yang kedua 1 Perkataan ini tidak berarti bahwa al-albani membolehkan shalat berjama'ah di rumah, di toko bagi mereka yang mampu dan tidak mempunyai udzur untuk meninggalkan shalat berjama'ah di masjid, karena beliau رمحو اهلل termasuk para ulama yang berpendapat bahwa shalat berjama'ah di masjid bagi laki-laki yang tidak mempunyai udzur wajib hukumnya.

dalil nadhari, yaitu dengan memperhatikan dan menganalisa riwayat-riwayat (hadits) serta hikmah di syari-'atkannya shalat berjama'ah. Adapun dalil naqli. setelah benarbenar di teliti dan di perhatikan secara صلي اهلل seksama, mereka dapatkan bahwa Nabi masjidnya, selama shalat berjama'ah di عليو وسلم bersamaan dengan itu,jika ada salah seorang diantara Sahabatnya yang ketinggalan shalat berjama'ah bersama beliau, ia shalat sendirian dan tidak menunggu atau menoleh ke kanan dan kekiri. Sebagaimana yang di lakukan oleh orang-orang di zaman ini, mereka mencari seorang atau lebih agar salah seorang diantara mereka menjadi imam, memimpin shalat bersama mereka. Perbuatan seperti ini tidak pernah di lakukan oleh para Salaf, karena (yang di lakukan oleh Salaf), jika salah seorang di antara mereka masuk masjid dan mendapati kaum muslimin telah usai

melaksanakan shalat berjama'ah, ia shalat sendirian. Inilah yang dinyatakan oleh Imam Syafi'i.)األم( "al-umm" dalam kitabnya Dalam masalah ini saya memandang perkataan beliau pada kenyataannya merupakan perkataan yang paling mencakup (mengena ~pent ) dari sekian pendapatpendapat para ulama. Beliau berkata: "Jika sekelompok orang memasuki masjid dan mendapati imam telah selesai melaksanakan shalat, maka masing-masing shalat secara sendiri-sendiri. Jika mereka shalat secara berjama'ah (gelombang keduapfnt), maka shalat mereka mencukupi mereka. Namun aku (Syafi'i ~pent ) membenci perbuatan mereka. Karena perbuatan itu bukanlah perbuatan yang dikerjakan oleh para Salaf (para Sahabat ".(صلي اهلل عليو وسلم Rasulullah

Selanjutnya beliau menuturkan : "Adapun masjid yang berada di tengah-tengah perjalanan, yang tidak memiliki imam tetap/imam rawatib dan mua'dzin tetap, maka tidak mengapa, jika shalat berjama'ah di masjid tersebut dilakukan beberapa kali (beberapa gelombang)". Lalu beliau berkata : "Sesungguhnya kami telah menghafal (berupa صلي اهلل atsar) bahwa sekelompok Sahabat Nabi وسلم عليو yang pernah ketinggalan shalat berjama'ah (bersama Nabi صلي اهلل عليو وسلم ~pent ), mereka melaksanakan shalat secara sendirian, padahal mereka mampu melaksanakannya secara berjama'ah untuk yang kedua. Namun hal itu tidak dilakukan, karena mereka benci (makruh) melaksanakan shalat berjama'ah disatu masjid dua kali." Ini.رمحو اهلل adalah perkataan Imam Syafi'i

Apa yang beliau nyatakan bahwasanya para Sahabat jika tertinggal shalat berjam'ah mereka shalat sendirian di sebutkan oleh beliau secara mu'allaq (tanpa menyebut sanadnya), namun disambungkan sanadnya oleh Imam Abu Bakar bin Abi Syaibah dalam kitabnya yang terkenal yaitu "al-musbannaf, disebutkannya dengan sanad yang kuat dari al-hasan al-bashri (beliau berkata:) "Bahwasanya para Sahabat apabila ketinggalan shalat berjama'ah, mereka shalat sendiri-sendiri." Makna yang serupa disebutkan pula oleh Imam Ibnul Qasim dalam kitab "Mudawanah- Imam Malik" dan sekelompok Salaf, seperti Nafi' bekas budak 'Abdullah bin 'Umar (bin Khathab), Salim bin 'Abdullah bin 'Umar dan lainnya, bahwa apabila tertinggal shalat berjama'ah, mereka shalat sendirian dan tidak melakukannya secara berjama'ah.

Demikian pula Imam ath-thabrani meriwayatkan dalam kitabnya "al Mu'jamui Kabir" dengan sanad yang bagus dari 'Abdullah bin Mas'ud, pernah beliau bersama dua orang temannya keluar dari rumahnya ke masjid guna mengikuti shalat berjama'ah, ternyata beliau melihat orang-orang telah selesai shalat dan keluar dari masjid, maka beliaupun kembali, lalu shalat mengimami kedua temannya dirumahnya. (Al-Albani berkata :) "Kembalinya 'Abdullah bin Mas'ud رضي اهلل عنو sedang beliau صلي اهلل عليو وسلم adalah seorang Sahabat Rasulullah yang terkenal, berpengetahuan dan seorang yang faham tentang Islam, seandainya beliau mengetahui disyari'atkannya shalai berjama'ah boleh berulang-ulang pada sebuah masjid, pastilah beliau langsung masuk dengan kedua temannya dan shalat bersama

mereka secara berjama'ah", karena beliau :صلي اهلل عليو وسلم mengetahui hadits Rasulullah ص ل ة ال م ر ء ف ب ي ت و إ ل الص ل ة ال م ك ت وب ة "Shalat seseorang yang paling utama di rumahnya, kecuali shalat yang diwajibkan" [HR. Bukhari dan Muslim] Apa sebenarnya yang mencegah Ibnu Mas'ud untuk melaksanakan shalat wajib tersebut di masjid? Yaitu karena beliau mengetahui, seandainya shalat itu dikerjakan di masjid beliau akan melaksanakannya secara sendirian. Maka beliaupun berpendapat bahwa shalat secara berjama'ah di rumahnya lebih utama dari pada shalat dimasjid secara sendirian. Nukilan-nukilan ini mengokohkan sudut pandangan jumhur (mayoritas) ulama yang berpendapat makruhnya shalat berjama'ah secara bergelombang di sebuah

masjid yang telah digambarkan ketentuannya di atas. Kemudian tidak menutup kemungkinan bagi seseorang untuk menemukan dalil-dalil lain beserta istimbat (kesimpulan) dan analisa yang cermat. Telah diriwayatkan oleh Imam al-bukhari dan Imam,رضي اهلل عنو Muslim dari hadits Abi Hurairah Rasulullah صلي اهلل عليو وسلم bersabda: ل ق د ه م ت أ ن آم ر ر ج ل ف ي ص ل ي ب الن اس ث آم ر ر ج ا ل ف ي ح ت ط ب وا ث أ خ ال ف إ ل أ ن اس ي د ع ون الص ل ة م ع ال ح م ام ة ف أ ح ر ق ع ل ي ه م ب ي وت ه م و ال ذ ي ن ف س ي م ح م د ب ي د ه ل و ي ع ل م أ ح د ى م أ ن و ي د ف ال م س ج د م ر م ات ي ح س ن ت ي ل ش ه د ه ا

"Sesungguhnya aku hendak menyuruh seseorang untuk memimpin shalat bersama manusia, lalu kuperintahkan beberapa orang mencari kayu bakar kemudian aku menuju kepada orang-orang yang meninggalkan shalat berjama'ah, lalu aku bakar rumah-rumah mereka. Demi Rabb yang jiwa Muhammad berada di tangan-nya, seandainya salah seorang di antara mereka mengetahui bahwa ia akan memperoleh daging yang berada pada dua kikil binatang yang bagus, pasti ia hadir shalat berjama'ah." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini mengandung ancaman Rasulullah صلي اهلل عليو وسلم bagi mereka yang tidak mengikuti shalat berjama'ah di masjid, mereka di ancam akan dibakar dengan api. Maka saya melihat hanya dengan hadits ini saja telah memberi inspirasi kepada kita akan

hukum di atas yang disebutkan oleh Imam Syafi'i dan disambung sanadnya oleh Ibnu Abi Syaibah, bahwa para Sahabat tidak shalat berjama'ah secara bergelombang dalam satu masjid. Karena jika kita membolehkan jama'ah yang kedua dan ketiga pada sebuah masjid, lalu datang ancaman dari Rasulullah atas mereka yang meninggalkan صلي اهلل عليو وسلم shalat berjama'ah, maka shalat jama'ah manakah yang mereka tinggalkan, yang karenanya mereka mendapat ancaman yang keras ini? Jika dikatakan jama'ah yang pertama, berarti jama'ah yang lainnya (yang kedua, ketiga dan seterusnya tidak disyari'atkan. Dan jika dikatakan bahwa ancaman itu mencakup mereka yang meninggalkan semua yang shalat berjama'ah (baik yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya). Berarti tidak ada صلي اهلل عليو وسلم hujjah (alasan) bagi Rasulullah

secara mutlak untuk menimpakan ancaman tersebut kepada orang yang meninggalkan shalat berjama'ah, baik yang meninggalkan shalat berjama'ah gelombang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Sebab seandainya beliau mewakilkan seseorang untuk menggantikan beliau, lalu datang ke rumah-rumah mereka dan mendapati mereka sedang bermain-main dengan istri dan anakanak mereka, lalu beliau mengingkari perbuatan mereka dengan mengatakan: "Mengapa kalian tidak pergi shalat berjama'ah bersama kaum muslimin?" Niscaya mereka akan menjawab : "Kami akan shalat berjama'ah yang kedua atau yang ketiga." صلي اهلل Maka apakah ada alasan bagi Rasulullah untuk melaksanakan ancamannya atas عليو وسلم mereka?

Dengan demikian jelaslah bahwa keinginan Rasulullah صلي اهلل عليو وسلم untuk mewakilkan seseorang sebagai penggantinya, lalu beliau datang secara tiba-tiba kepada mereka yang meninggalkan shalat berjama'ah dan membakar rumah-rumah mereka, merupakan dalil yang paling benar yang menunjukkan tidak adanya shalat berjama'ah kedua secara mutlak. Itulah dalil-dalil naqli yang menjadi sandaran para ulama dalam masalah ini. Adapun secara analisa sebagai berikut : Banyak hadits yang menerangkan shalat berjama'ah, di antaranya sebuah hadits yang telah masyhur : ص ل ة ا ل م اع ة ت ف ض ل م ن ص ل ة ا ل ف ذ ب م س و ع ش ر ين -وف رواية- ب س ب ع و ع ش ر ين د ر ج ة

"Shalat berjama'ah melebihi shalat sendirian sebanyak dua puluh lima derajat - dalam riwayat lain - dua puluh tujuh derajat". (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Keutamaan ini hanya untuk shalat berjama'ah. Dalam hadits yang lain berbunyi : ص ل ة الر ج ل م ع الر ج ل أ ز ك ى ع ن د اهلل م ن ص ل ت و و ح د ه و ص ل ت و م ع الر ج ل ي أ ز ك ى ع ن د اهلل م ن ص ل ت و م ع الر ج ل Shalat seseorang bersama seorang yang lain lebih baik di sisi Allah daripada shalatnya secara sendirian, Dan shalat seseorang bersama dua orang lainnya lebih baik di sisi Allah daripada shalatnya bersama satu orang."

Demikian seterusnya, semakin banyak dan bertambah jumlah yang mengikuti shalat berjama'ah bertambah pula pahalanya di sisi.عز وجل Allah Jika mengingat makna ini kemudian kita melihat akibat/dampak yang ditimbulkan oleh pendapat yang membolehkan shalat berjama'ah beberapa kali pada sebuah masjid yang memiliki imam tetap, maka dampaknya sangat jelek bagi sebuah hukum yang Islami, seperti shalat berjama'ah tersebut. Karena pendapat ini berdampak memperkecil jumlah orang yang hadir pada shalat berjama'ah pertama, ha-ini berarti membatalkan anjuran yang terkandung dalam hadits diatas, sebab hadits tersebut berisi anjuran untuk memperbanyak bilangan orangorang yag hadir dalam shalat berjama'ah. Sedang pendapat yang membolehkan shalat

berjama'ah beberapa gelombang jelas berdampak memecah belah keutuhan muslim. Hal lain yang harus dicermati secara seksama, yaitu hadits 'Abdullah Ibnu Mas'ud dalam kitab "Shahih Muslim" yang mirip hadits Abu Hurairah diatas : ل ق د ه م ت أ ن آم ر ر ج ل ي ص ل ي ب الن اس ث أ ح ر ق ع ل ى ر ج ا ل ي ت خ ل ف ون ع ن ال ج م ع ة ب ي وت ه م "Sungguh aku hendak menyuruh seseorang untuk mengimami shalat bersama manusia, lalu aku membakar orang-orang yang meninggalkan shalat Jum'at akan rumah-rumah mereka." (HR. Muslim, No. 652) Hadits ini bagi mereka yang meninggalkan shalat Jum'at. Maka jika kita telah mengetahui

bahwa 'Abdullah Ibnu Mas'ud رضي اهلل عنو pun menyampaikan sebuah ancaman "yang sejenis" bagi setiap orang yang meninggalkan shalat Jum'at dan shalat berjama'ah, dengan demikian kita ketahui pula bahwa kedua shalat ini, ditinjau dari segi pelaksanaannya secara berjama'ah kedua seusai kedua shalat tersebut (seusai shalat Jum'at dan setelah shalat berjama'ah gelombang pertama). Adapun mengenai shalat Jum'at, maka seluruh ulama dari berbagi madzhab telah bersepakat hingga saat ini, bahwa shalat tersebut dikerjakan hanya sekali saja pada satu masjid, dan tidak disyari'atkannya (diboleh-kannya) beberapa kali (gelombang). Oleh sebab itu kita dapati masjid-masjid kaum muslimin penuh dengan manusia dihari Jum'at. Walaupun tidak luput untuk kita mengingat bahwa di antara penyebab penuhnya masjid-masjid tersebut karena

kehadiran sebagian orang yang tidak hadir ketika shalat jama'ah lainnya. Namun sesuatu yang tidak diragukan, bahwa sebab penuhnya masjid-masjid itu karena kaum muslimin tidak terbiasa -walhamdulillah- mengulang-ulangi shalat Jum'at dalam beberapa gelombang. Dan seandainya kaum muslimin memperlakukan shalat berjama'ah sebagaimana shalat Jum'at. Dan sebagaimana صلي yang dilaksanakan pada zaman Rasulullah niscaya masjid-masjid akan penuh,اهلل عليو وسلم dengan orang-orang yang shalat berjama'ah, karena setiap orang yang giat shalat berjama'ah akan selalu terlintas di benaknya, jika ketinggalan shalat berjama'ah yang pertama tersebut tidak mungkin bisa ditebusnya sesudah itu. Dengan demikian keyakinan ini akan menjadi pendorong baginya untuk terus giat dan bersemangat melaksanakan shalat berjama'ah. Demikan

pula sebaliknya, jika ada dalam diri seorang muslim (sebuah anggapan) bahwasanya dia dapat melaksanakan shalat berjama'ah gelombang kedua, ketiga, kesepuluh, bila ketinggalan shalat berjama'ah yang pertama, maka hal ini akan melemahkan iman dan semangatnya untuk menghadiri shalat berjama'ah yang pertama. Ada dua hal lain yang perlu kami ungkapkan : Kami jelaskan di sini bahwa, para ulama yang berpendapat tidak disyari'atkannya shalat berjama'ah kedua sesuai dengan perincian di atas, adalah mayoritas ulama-ulama Salaf, di antaranya tiga Imam madzhab (Abu Hanifah, Malik, dan Syafi'i). Demikian pula Imam Ahmad bin Hanbal sependapat dengan mereka dalam sebuah riwayat dari beliau. Namun riwayat ini tidak masyhur dikalangan pengikut beliau pada zaman ini, padahal disebutkan oleh murid beliau yang paling dekat dengan beliau,

yaitu Abu Dawud as-sijistani dalam kitab "Masaail Imaam Ahmad'', beliau (Imam Ahmad) berkata : إ ن ت ك ر ار ال ج م اع ة ف ال م س ج د ين ا ل ر م ي أ ش د ك ر اى ة "Bahwasanya mengulang-ulang shalat berjama'ah (melaksanakan shalat berjama'ah beberapa kali) di Masjidil Haram dan Masjidi Nabawi adalah sangat dibenci". Perkataan beliau memberikan sebuah gambaran kepada kita bahwa mengulangulangi suatu shalat berjama'ah di masjidmasjid lainnya pun makruh, dan jika hal itu dilakukan di dua masjid tersebut menjadi lebih makruh. Dengan riwayat ini berarti Imam Ahmad sepakat dengan ketiga Imam

lainnya yang disebutkan diatas. Riwayat lain dari Imam Ahmad 2 dan yang masyhur dikalangan pengikut beliau, yang juga diikuti oleh sebagian mufasirin, dasar pendapat ini adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh at-tirmidzi, Imam Ahmad dan lainnya. Dari Abi Sa'id al-khudri اهلل عنو,رضي bahwa seorang lelaki masuk masjid, sedang Rasulullah صلي اهلل عليو وسلم telah usai melaksanakan shalat dan beliau dikelilingi oleh para sahabat, orang tersebut hendak shalat. Maka Rasulullah صلي اهلل عليو وسلم bersabda : أ ل ر ج ل ي ت ص د ق ع ل ى ى ذ ا ف ي ص ل ي م ع و ف ق ام ر ج ل ف ص ل ي م ع و 2 Yaitu riwayat dari beliau yang mengatakan bolehnya shalat berjama'ah bebe rapa kali disebuah masjia yang ada Imam dan Mu'adzin tetapnya. ~pent

"Adakah seorang yang hendak bersedekah kepada orang ini, ia shalat bersamanya? Maka bangkitlah seorang Sahabat lalu shalat bersamanya. " Pada riwayat inilah mereka berdalil dan صلي اهلل عليو وسلم menyatakan: "bahwa Rasulullah menetapkan/mengakui shalat berjama'ah yang kedua." Jawaban (kami) atas penggunaan hadits ini sebagai dalil, sebagai berikut: Shalat jama'ah yang disebutkan dalam hadits ini, bukanlah shalat berjama'ah yang dipertanyakan dalam masalah ini, karena shalat berjama'ah yang disebutkan dalam hadits ini, adalah shalat berjamaah yang berlangsung pada seorang yang masuk masjid sesudah jama'ah yang pertama. Orang tersebut hendak shalat sendirian, maka Rasulullah menganjurkan salah seorang Sahabat yang

telah selesai mengerjakan shalat bersama beliau, untuk secara sukarela bershadaqah (dalam bentuk shalat bersama orang tersebut). Status shalat Sahabat itu adalah Nafilah (sunnah/tambahan), lalu ia melaksanakannya dan itulah yang terjadi. Shalat jama'ah ini terdiri dari dua orang, seorang ma'mum, bagi sang imam (yaitu orang yang datang sesudah usainya shalat ~pent ), status shalat-nya adalah wajib, sedang bagi ma'mum (yaitu Sahabat yang sukarela) shalatnya adalah Nafilah (sunnah/tambahan). Maka, siapakah yang mendirikan shalat berjama'ah ini?, seandainya tanpa Sahabat yang sukarela, tidak akan ada shalat jama'ah tersebut. Dengan demikian shalat jama'ah ini bersifat sukarela, Nafilah dan bukan merupakan Faridhah (sesuatu yang wajib). Sedang perbedaan pendapat yang terjadi mengenai shalat ber-jama'ah kedua yang

sifatnya wajib, maka tidaklah tepat jika hadits Abu Sa'id al-khudri dijadikan sebagai dalil dalam permasalahan ini. Sebagai pendukung pernyataan ini, bahwa hadits tersebut berbunyi : أ ل ر ج ل ي ت ص د ق ع ل ى ى ذ ا ف ي ص ل ي م ع و "Adakah seorang yang hendak bersedekah kepada orang ini, ia shalat bersamanya?." Dalam kasus ini, ada orang yang bersedekah dan ada orang yang disedekahi. Seandainya kita bertanya kepada seorang yang memiliki sedikit pemahaman dan ilmu : Siapakah orang yang bersedekah, dan siapakah orang yang disedekahi dalam kasus yang disetujui oleh Rasulullah صلي اهلل عليو وسلم ini?, tentu ia akan menjawab, bahwa orang yang bersedekah, yang telah melaksanakan shalat fardhu dibelakang Rasulullah اهلل عليو وسلم,صلي dan

yang disedekahi adalah orang yang datangnya terlambat. Pertanyaan serupa jika kita lontarkan kepada pelaksana jama'ah kedua yang menjadi permasalahan yang diperselisihkan sebagai berikut ; Ada enam atau tujuh orang yang masuk masjid, mereka dapati imam telah usai melaksanakan shalat berjama'ah, lalu majulah salah seorang di antara mereka menjadi imam, dan membuat shalat berjama'ah yang kedua. Siapakah orang yang bersedekah diantara mereka, dan siapakah yang disedekahi?. Tidak seorangpun bisa menjawab seperti jawabannya pada kasus yang pertama, karena semua yang ikut berjama'ah kedua melaksanakan shalat fardhu. Tidak ada yang bersedekah dan tidak ada pula yang disedekahi. Makna yang tersirat pada kasus yang pertama sangat jelas, orang yang bersedekah adalah yang telah shalat

bersama Rasulullah dan telah dicatat baginya dua puluh tujuh pahala. Ini berarti ia sebagai orang yang kaya dan sangat mungkin untuk bersedekah kepada yang lainnya, sedangkan orang yang shalat sebagai imam, kalau saja tanpa orang yang bersedekah tadi, pasti ia akan shalat sendirian, dia seorang fakir yang sangat membutuhkan orang yang bersedekah untuknya, karena ia belum menghasilkan sesuatu yang telah dihasilkan oleh orang yang bersedekah. Adapun dalam kasus yang diperselisihkan gambaran ini tidak jelas, karena setiap orang yang melaksanakan shalat pada jama'ah yang kedua adalah fuqara', mereka tidak mendapat keutamaan shalat berjama'ah gelombang pertama. أ ل ر ج ل ي ت ص د ق ع ل ى ى ذ ا :صلي اهلل عليو وسلم Perkataan Nabi tidak sesuai untuk mereka. Dalam ف ي ص ل ي م ع و kondisi seperti ini, tidak tepat menjadikan

hadits tersebut sebagai dalil pada masalah yang menjadi pembahasan kita. Dari sisi yang lain mereka menjadikan :صلي اهلل عليو وسلم sabda Nabi ص ل ة ا ل م اع ة ت ف ض ل م ن ص ل ة ا ل ف ذ ب س ب ع و ع ش ر ين د ر ج ة "Shalat berjama'ah melebihi shalat sendirian sebanyak 27 (duapuluh tujuh) derajat (tingkatan)". Mereka menjadikan hadits ini sebagai dalil )ال( yang mutlak, artinya mereka memahami )ال جماعة( alif dan lam ta'rif yang ada pada kata mencakup semua shalat berjama'ah. Bahwa shalat berjama'ah di masjid melebihi shalat sendirian. Padahal berdasarkan dalil-dalil

diatas, kami berpendapat bahwasanya )ال( ini tidaklah menunjukkan pencakupan semua shalat berjama'ah, fungsinya untuk menunjukkan shalat berjama'ah tertentu yang sudah diketahui. Yaitu shalat berjama'ah yang disyari'atkan Rasulullah صلي اهلل عليو وسلم yang beliau anjurkan dan perintahkan kaum muslimin untuk melaksanakannya, serta mengancam orang-orang yang meninggalkannya, dengan ancaman membakar rumah-rumah mereka, dan mensifati mereka sebagai orang-orang munafiq. Itulah shalat berjama'ah yang keutamaannya melebihi shalat sendirian, yaitu shalat berjama'ah yang pertama. Wallahu Ta'ala a'lam. (Disadur dari majalah al- Ashaalah, edisi 13, hal 95-101).[]

رمحو اهلل Imam Al-Albani Publication : Rajab 1432 H/ Juni 2011 Hukum Sholat Berjama ah Kedua Copyright bagi ummat Islam. Sumber: Biografi Syaikh Al-Albani, Pustaka Imam Asy-Syafi i Download > 350 ebook Islam di www.ibnumajjah.wordpress.com