BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai kecelakaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang bisa atau wajar dilalui (Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.4 /Men/1993). Salah satu contoh profesi yang berisiko tinggi mengalami kecelakaan kerja adalah profesi pengemudi kendaraan roda empat. Profesi pengemudi membutuhkan koordinasi yang bersifat stabil dan seimbang antara aktivitas otot dan otak karena pengemudi membutuhkan konsentrasi yang tinggi serta akurasi pengambilan keputusan yang baik ketika melakukan kegiatan mengemudi. Sehingga gangguan yang timbul ketika mengemudi dapat mengakibatkan berkurangnya konsentrasi pengemudi (perhatian teralihkan) yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja. Data PBB pada tahun 2005 menunjukkan bahwa tingkat kematian di jalan raya dunia akibat terjadinya kecelakaan lalu lintas mencapai satu juta orang per tahun dan kurang lebih 85% kecelakaan tersebut terjadi di negara berkembang. Menurut data kepolisian tahun 2009, Indonesia kehilangan 20.000 nyawa per tahun akibat kecelakaan lalu lintas (Eri, 2010). Banyaknya koordinasi aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang pengemudi membuat perhitungan beban kerja merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan untuk memaksimalkan kinerja pengemudi dan menjaga keselamatan kerja. Berdasarkan data yang dimiliki oleh National Highway Transportation Safety Board (NHTSB), yakni badan pemerintah Amerika Serikat bidang keselamatan jalan raya, terdapat enam penyebab utama kecelakaan lalu lintas. Enam penyebab tersebut adalah cuaca, perilaku agresif dalam mengemudi, kecepatan kendaraan, pengaruh alkohol atau obat-obatan, kondisi pengemudi yang lelah dan mengantuk serta adanya gangguan (distraction). Dari keenam penyebab kecelakaan tersebut, gangguan (distraction) merupakan penyebab utama dengan persentase fatalitas sebesar 55% (Eri, 2010). Menurut Richard A. Young dalam jurnalnya yang berjudul A Tabulation of Driver Distraction Definitions, gangguan (distraction) adalah kondisi dimana pengemudi terlambat untuk mengenali informasi yang dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi keamanan selama mengemudi. Gangguan (distraction) dapat berasal dari beberapa peristiwa, aktivitas, objek atau pun manusia baik dari keadaan internal maupun eksternal kendaraan (Young, 2012 :3). Berdasarkan hasil pada jurnal Driver s Exposure to Distractions in Their Natural Driving Environment, ditunjukkan bahwa gangguan (distraction) merupakan komponen yang berpengaruh besar dalam konsentrasi pengemudi. Beberapa gangguan (distraction) utama yang sering muncul disebabkan oleh kegiatan makan dan minum selama mengemudi (termasuk ketika bersiap melakukan makan atau minum), gangguan yang berasal dari 1
2 dalam kendaraan (misalnya ketika pengemudi berusaha meraih benda pada posisi tertentu) serta gangguan yang berasal dari luar kendaraan (biasanya gangguan eksternal ini sulit untuk diidentifikasikan) (Stutts et al, 2005 :1093). Terjadinya gangguan (distraction) melibatkan paling sedikit dua aspek, yaitu mempertahankan fokus perhatian serta adanya beban kerja yang berlebihan (terlalu banyak kegiatan yang harus dilakukan dengan resources yang terbatas). Untuk mengurangi gangguan (distraction) sebagai salah satu penyebab utama dalam kecelakaan lalu lintas, maka peneliti sebelumnya (Green, 2004) menerapkan peraturan yang melarang pengemudi untuk melakukan kegiatan yang memicu terjadinya gangguan (distraction) yang mungkin timbul (misalnya, penggunaan telepon genggam) selama kegiatan mengemudi berlangsung. Selain itu, Green juga menganjurkan penerapan sistem untuk mengatur beban kerja (workload manager) dengan tujuan untuk mengurangi gangguan (distraction) selama mengemudi. Pengaturan beban kerja tersebut memerlukan beberapa informasi mengenai kapasitas resources pengemudi yang melibatkan dimensi visual, auditory, cognitive dan psychomotor. Penyebab kedua terbesar yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah terjadinya kelelahan dan mengantuk pada pengemudi dengan persentase fatalitas sebesar 45% (Eri, 2010). Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kelelahan kerja. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor umur, jenis kelamin, berat badan, jenis asupan nutrisi dan masih banyak lagi. Faktor-faktor tersebut bersifat subjektif pada tiap individu pengemudi karena riwayat kesehatan, gaya hidup dan kebiasaan setiap pengemudi pasti berbeda-beda. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, faktor utama yang mempengaruhi terjadinya kelelahan adalah beban kerja. Faktor kelelahan yang berasal dari beban kerja merupakan faktor yang bersifat umum karena beban kerja yang wajib diselesaikan oleh pengemudi dapat diatur kuantitasnya. Pengamatan dalam penelitian ini akan difokuskan pada beban kerja yang mempengaruhi kelelahan pengemudi. Menurut Nurmianto, karakteristik terjadinya kelelahan kerja akan meningkat berbanding lurus dengan lamanya pekerjaan yang dilakukan (Nurmianto, 2003: 264). Sehingga pada penelitian kali ini akan dilakukan observasi awal untuk mengetahui berapa durasi kerja rata-rata pengemudi pada perusahaan travel yang melayani rute Jakarta-Bandung. Pada observasi awal ini, dilakukan proses wawancara terhadap enam perusahaan travel terkemuka di Jakarta yakni Baraya Travel, Cipaganti, City Trans, Day Trans, Transline dan X-Trans. Pertanyaan yang diajukan dalam observasi awal tersebut mencakup tentang ritme kerja dan total durasi kerja pengemudi baik dalam jangka waktu per hari maupun jangka waktu per minggu. Dari wawancara terhadap enam perusahaan travel tersebut, diperoleh hasil bahwa durasi kerja pengemudi dari perusahaan travel berkisar hingga enam belas jam per hari. Hal ini menjadi salah satu panduan ketika menentukan durasi simulasi kegiatan mengemudi dengan rute Jakarta-Bandung. Dengan meninjau latar belakang tersebut, maka sangatlah penting untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang mempengaruhi kinerja dan produktivitas pengemudi dari segi gangguan (distraction) yang mempengaruhi beban kerja. Hal ini harus dilakukan untuk mencapai target kerja yang paling optimal tanpa mengabaikan kenyamanan dan keselamatan kerja para
3 pengemudi. Manajemen kelelahan yang baik akan dapat diaplikasikan sebagai hasil dari perhitungan beban kerja maksimal yang mampu dilaksanakan oleh pengemudi. Pada penelitian ini, fokus pengamatan ditujukan pada gangguan (distraction) yang mempengaruhi beban kerja pada pengemudi travel. Penelitian akan dilakukan melalui joint research bersama dengan para rekan mahasiswa dari ITB. Para pengemudi yang bertindak sebagai responden penelitian akan melakukan pilot study dengan kondisi yang disimulasikan menyerupai keadaan kerja pengemudi pada perusahaan travel dengan rute Jakarta-Bandung. 1.2 Identifikasi dan Perumusan masalah Dengan memperhatikan beban kerja sebagai salah satu faktor penunjang kinerja pengemudi, maka penelitian akan difokuskan kepada: - Bagaimana perbandingan tingkat rasa kantuk yang dialami pengemudi pada tiap perjalanan selama dua rit (empat perjalanan)? - Bagaimana besar gangguan (distraction) yang dialami pengemudi ketika melakukan kegiatan mengemudi ditinjau dari konsep VACP (Visual Auditory Cognitive Pshycomotor)? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan - Besarnya gangguan (distraction) yang digunakan untuk mengukur beban kerja didasari konsep dimensi sumber daya manusia (resources) yang terdiri dari dimensi Visual, Auditory, Cognitive dan Psychomotor (VACP). - Penelitian ini merupakan joint research yang dilakukan bersama dengan rekan-rekan mahasiswa/i dari Institut Teknologi Bandung (ITB).Penelitian ini bersifat pilot study, dimana pengemudi mobil yang menjadi responden penelitian dikondisikan dan disimulasikan dalam keadaan yang menyerupai keadaan pengemudi travel yang sebenarnya. - Selama melakukan kegiatan mengemudi, pengemudi tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi rokok, alkohol, minuman berkafein dan makanan. Makanan dan minuman untuk pengemudi telah disiapkan oleh peneliti. - Selama melakukan kegiatan mengemudi, pengemudi dihimbau untuk tidak mendengarkan musik, melakukan pengoperasian telepon genggam dan membangun komunikasi dengan pihak peneliti. - Sebelum memulai kegiatan pengumpulan data, diadakan kurang lebih empat kali briefing untuk mempelajari berbagai metode dan alat ukur yang digunakan serta menyamakan persepsi antar peneliti dan responden. Briefing pertama dilakukan oleh para peneliti untuk mempelajari alat ukur dan metode. Briefing kedua dilakukan oleh para peneliti dan responden dengan melakukan pilot study untuk menyamakan persepsi antar seluruh pihak peneliti. Briefing ketiga dilakukan untuk melatih para pengemudi yang bertindak sebagai responden agar mereka menjadi terbiasa dan memahami proses pengumpulan data serta alat ukur yang digunakan. Selanjutnya, briefing keempat dilakukan secara singkat kurang lebih setengah jam sebelum memulai proses pengumpulan data. Briefing keempat ini dilakukan untuk mengingatkan para responden terhadap peraturan dan penggunaan alat ukur selama proses simulasi mengemudi berlangsung.
4 - Tempat pemberhentian mobil di Jakarta berada di Universitas Mercubuana, Menteng, Jakarta Pusat. Sedangkan tempat pemberhentian mobil di Bandung berada di Institut Teknologi Bandung (ITB), Dipati Ukur, Bandung. - Tempat istirahat (short break) selama perjalanan berlangsung berada di KM 57 (dari arah Jakarta) dan KM 62 (dari arah Bandung). Istirahat dilakukan satu kali setiap satu sesi perjalanan. - Pengumpulan data dilakukan sebanyak delapan kali pada tanggal 30 Maret, 13 April, 16 April, 4 Mei, 7 Mei, 9 Mei, 11 Mei dan 14 Mei tahun 2013. - Penelitian dilakukan dengan mengamati pengemudi selama perjalanan Jakarta-Bandung dengan waktu dua rit (dua kali pulang pergi) per hari. - Waktu pengamatan dengan metode Karolinska Sleepiness Scale (KSS) akan dilakukan dengan setiap 30 menit sekali selama perjalanan berlangsung dimulai sejak pengemudi akan memulai kegiatan mengemudi. - Waktu pengamatan dengan metode Visual, Auditory, Cognitive dan Psychomotor (VACP) akan dilakukan terus menerus selama perjalanan berlangsung untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan pengemudi sesuai dengan indikator VACP yang ada. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian - Mengetahui perbandingan tingkat rasa kantuk pengemudi selama dua rit (empat perjalanan) - Menganalisis dimensi Visual, Auditory, Cognitive dan Psychomotor (VACP) untuk mengetahui dimensi mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap gangguan (distraction) aktivitas mengemudi pada pengemudi travel 1.4.2 Manfaat Penelitian Manfaat Bagi Penulis - Penerapan aplikasi keilmuan teknik industri yang telah dipelajari di tingkat akademis pada kondisi realita dunia kerja. - Dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan keilmuan di tingkat institusi. Manfaat Bagi Insitusi (Fakultas Teknik Binus University) - Memberikan informasi dan hasil penelitian terbaru yang berkaitan dengan gambaran beban kerja dan kelelahan yang dialami oleh pengemudi. Manfaat Bagi Pengemudi - Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dan memberikan saran bagi perusahaan travel untuk memperhatikan manajemen kelelahan (fatigue management). - Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi perhitungan beban kerja yang tepat dan menunjang kenyamanan pengemudi sekaligus memenuhi target pekerjaan. Manfaat Bagi Pembaca
5 - Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang tepat bagi para pembaca yang akan melakukan penelitian sejenis. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan dalam penelitian studi kelelahan pengemudi terdiri dari lima bab yang dirangkum sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan topik yang dibahas, diantaranya teori mengenai beban kerja dan kelelahan, Karolinska Sleepiness Scale (KSS) dan Visual, Auditory, Cognitive dan Psychomotor (VACP). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab tiga berisi gambaran mengenai proses penelitian yang dijelaskan dalam bentuk diagram alir disertai dengan penjabaran mengenai langkah-langkah penelitian. Selain hal tersebut, pada bab ini juga menjelaskan mengenai kerangka konsep yang menjadi fokus BAB 4 penelitian. PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang pengumpulan dan tahap analisis data dari hasil penelitian. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Bab kelima menjelaskan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari tahap analisis data. Dari hasil kesimpulan tersebut, selanjutnya dilakukan perumusan saran sebagai solusi dari masalah yang menjadi fokus penelitian.