BAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan. publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Windasari Citra Kesuma Program Studi Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga mengakibatkan mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. auditor yang berkualitas, dapat diandalkan, dipercaya dan mampu menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. publik harus bersikap independen terhadap berbagai kepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. Era transparansi menjadikan jasa auditor semakin dibutuhkan di masa

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23 (VIII). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan fenomena yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sumber dana yang akan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan jasa audit serta jasa atestasi dan assurance lainnya. Jenis jasa

BAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. due professional care dan selalu menjunjung tinggi kode etik profesinya.

KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI MEDIASI PENGARUH PEMAHAMAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.

BAB I PENDAHULUAN. swasta yang melaksanakan jasa-jasa pemeriksaan, perpajakan, manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia. Sumber daya ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada kepercayaan publik. Masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disamping berfungsi sebagai alat. pemilik juga digunakan oleh investor dan kreditor sebagai acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar sangat diperlukan, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis dituntut untuk lebih produktif dan memiliki kinerja yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan

INDEPENDENSI AUDITOR SEBAGAI MEDIASI PENGARUH PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal membutuhkan informasi terkait bisnis, dan

BAB I PENDAHULUAN. jasa audit di Indonesia pun meningkat. Faktor-faktor yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB I PENDAHULUAN. manipulasi laporan keuangan. (Gultom dan Fitriani, 2013) Coorporation pada tahun Selanjutnya disusul oleh perusahaan besar

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Kantor Akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kunci dalam perkembangan dan kemajuan dunia bisnis. Profesi akuntan

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BABI PENDAHULUAN. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada. umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan

BAB I PENDAHULUAN. di dalam bidang bisnis. Ada dua tanggung jawab akuntan publik dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan Keuangan merupakan sarana bagi investor untuk menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi

BAB I PENDAHULUAN. memilih jurusan Ekonomi baik jurusan Manajemen maupun Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan atau menilai posisi dan kegiatan keuangan dari suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan penilaian atas kewajaran dari laporan keuangan. khususnya, memperoleh infomasi keuangan yang andal sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak lain diluar

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi keuangan perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang telah listing di Bursa

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dimana profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah penelitian yang disertai alasan mengapa masalah ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan hilangnya kepercayaan publik dan investor untuk berinvestasi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu sendiri (Anthony

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SIFAT KEPRIBADIAN SEBAGAI PEMODERASI HUBUNGAN STRES KERJA DAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. terlihat lebih baik dibandingkan pesaing-pesaingnnya, salah satunya dalam hal

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Etika merupakan perilaku seseorang yang berhubungan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam suatu perusahaan, pihak manajemen diberikan

Abstrak. Kata kunci : Kinerja Auditor, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Independensi, Komitmen Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dihasilkan oleh organisasi jasa profesi akuntan. Pihak - pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. FASB yaitu relevan dan dapat diandalkan (Tjun et al., 2012). Lebih lanjut Tjun et

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Diharapkan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang independen dan berkompeten dalam bidang keuangan yang. auditing disebut auditor atau yang sering disebut akuntan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akuntan publik merupakan profesi akuntansi yang menyediakan jasa audit independen yang penting bagi eksistensi penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan keandalan pertanggungjawaban laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen (Lestari, 2010). Karena jasa akuntan publik adalah profesi akuntansi yang bersifat independen, profesi ini merupakan profesi kepercayaan masyarakat, di mana masyarakat mengharapkan penilaian yang obyektif dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Profesi akuntan publik memiliki peran yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan. UU No. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik 1

2 menjelaskan bahwa profesi akuntan publik merupakan suatu profesi yang menghasilkan jasa utama berupa jasa assurance. Jasa assurance adalah jasa profesional independen untuk meningkatkan kualitas informasi yang hasilnya akan digunakan secara luas oleh publik sebagai bahan pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan (Utami, 2015). Sebagai profesi yang menyediakan jasa audit bagi pihak eksternal, sudah seharusnya auditor mampu menilai kewajaran laporan keuangan suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Penilaian kewajaran tidak hanya didasarkan pada kompetensi auditor dalam menemukan kekeliruan atau ketidakberesan dalam laporan keuangan, tetapi auditor eksternal juga perlu bersikap independen dan memerhatikan kode etik sebagai pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Pada praktiknya, masih terdapat banyak kasus yang ditemukan terkait pelanggaran akuntan internal yang melibatkan akuntan publik. Sebagai contoh kasus yang terjadi pada tahun 2015, di mana perusahaan besar asal Jepang, Toshiba Corporation,

3 terbukti telah membohongi publik dan investor dengan cara menggelembungkan keuntungan pada laporan keuangan sejak tahun 2008 (Alpeyev & Amano, 2015). Kasus yang hampir serupa sebelumnya juga pernah terjadi pada PT. Kimia Farma yang juga menyajikan laba bersih lebih tinggi dari seharusnya. Ada pula kasus pelanggaran Enron yang bekerja sama dengan KAP Arthur Andersen untuk memanipulasi laporan keuangan. Kasus kasus seperti di atas dapat terjadi karena kelalaian auditor eksternal dalam melakukan proses audit, baik karena kurangnya kompetensi auditor ataupun karena tingkat independensi yang rendah. Seorang auditor yang dengan sengaja tidak melaksanakan prosedur audit sesuai dengan standar mencerminkan perilaku disfungsional audit. Perilaku disfungsional audit merupakan perilaku yang menyimpang dari prinsip profesi auditor (Srimindarti & Widati 2015). Perilaku disfungsional audit diartikan oleh Setyaningrum & Murtini (2014) sebagai perilaku menyimpang yang dilakukan auditor terkait dengan kecurangan dan manipulasi terhadap

4 standar audit. Ketika auditor tidak mengikuti standar audit yang diberlakukan, maka kualitas pekerjaan akan menjadi korban meskipun tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap kinerja pekerjaan (Lestari, 2010). Perilaku disfungsional tersebut secara lebih lanjut dapat memicu perilaku yang tidak etis yang dapat menyebabkan kerugian bagi kepentingan orang banyak (Utami, 2015). Terdapat banyak faktor yang dapat mendorong seorang auditor untuk berperilaku disfungsional. Faktor faktor tersebut terangkum dalam faktor internal yang merefleksikan karakteristik personal auditor dan faktor eksternal yang berasal dari situasional saat melakukan audit (Utami, 2015). Perilaku individu merupakan cerminan dari sisi personalita, sementara faktor situasionalnya terjadi ketika akan mendorong seseorang dalam pengambilan keputusan. Auditor eksternal sebagai akuntan publik independen mempunyai peran yang penting dalam pemeriksan laporan keuangan yang selanjutnya akan digunakan untuk pengambilan

5 keputusan. Karena akuntan publik memiliki tanggung jawab dan peran yang besar dalam penentuan kewajaran laporan keuangan suatu entitas, maka akuntan publik semakin dituntut untuk meningkatkan kualitas audit dengan berperilaku profesional serta memerhatikan kode etik sebagai pedoman dalam melaksanakan tugasnya (Rustiarini, 2014). Namun demikian, tuntutan kualitas audit yang tinggi dapat menimbulkan tekanan yang menyebabkan stres kerja bagi auditor. Stres kerja yang terjadi pada auditor dapat memberikan dampak positif ataupun negatif. Stres kerja dengan dampak positif dapat memberikan motivasi bagi auditor untuk meningkatkan kualitas audit (Rustiarini, 2014). Akan tetapi, stres kerja yang berdampak negatif justru akan memicu perilaku disfungsional pada auditor yang dapat menyebabkan kualitas audit menjadi berkurang (Fevre dkk., 2003). Penelitian sebelumnya tentang stres kerja sering kali dihubungkan dengan profesi auditor. Chen dkk. (2006) menemukan bahwa stres kerja berpengaruh pada kinerja dan kepuasan kerja. Stres kerja juga diketahui dapat berpengaruh pada job burnout

6 (Fernet dkk., 2010; Hsieh & Wang, 2012). Penelitian stres kerja pada perilaku auditor juga dilakukan oleh Golparvar dkk. (2012). Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa stres kerja dengan skor rendah dapat mereduksi perilaku disfungsional audit, sedangkan stres kerja dengan skor tinggi dapat berdampak pada peningkatan perilaku disfungsional audit. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Rustiarini (2014) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat stres auditor, maka auditor akan cenderung melakukan perilaku disfungsional. Di sisi lain, penelitian Rahmi (2015) tidak menemukan adanya pengaruh stres kerja terhadap perilaku disfungsional audit. Dengan hasil penelitian yang masih belum konsisten, peneliti termotivasi untuk menguji kembali hubungan stres kerja dengan dysfunctional audit behavior. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena mencoba memberikan pandangan baru pada hubungan kedua variabel tersebut dengan menambahkan pengujian variabel sifat kepribadian (trait personality) dan

7 komitmen organisasional (organizational commitment) sebagai pemoderasi. Sifat kepribadian (trait personality) diukur menggunakan instrumen yang diambil dari penelitian McCrae and Costa (1987), yaitu The Big Five Personality. Kepribadian tersebut terbagi menjadi lima dimensi, yaitu: (1) openness to experience, (2) conscientiousness, (3) extraversion, (4) agreeableness dan (5) neuroticism. Pada dasarnya, setiap individu memiliki sifat kepribadian yang berbeda satu sama lain. Adanya perbedaan tersebut dapat menyebabkan timbulnya persepsi stres kerja yang berbeda bagi auditor (Rustiarini, 2014). Oleh sebab itu, variabel sifat kepribadian dianggap memiliki kemampuan untuk memoderasi hubungan stres kerja dengan dysfunctional audit behavior. Penelitian sebelumnya megenai sifat kepribadian telah dilakukan oleh Farhadi dkk. (2012) yang menjadikan pegawai sipil di organisasi publik Malaysia sebagai sampel penelitian. Farhadi menemukan bahwa sifat kepribadian agreeableness dan

8 conscientiousness mempunyai hubungan negatif terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja. Suatu penelitian lain juga menunjukkan bahwa conscientiousness, agreeableness dan negative affectivity dapat memoderasi pengaruh stres kerja pada perilaku kontraproduktif (Bowling & Eschleman, 2010). Namun demikian, penelitian Jaffar, dkk. (2011) yang menguji pengaruh kelima sifat kepribadian pada kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan, menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Selain sifat kepribadian, komitmen organisasional juga berpotensi untuk memengaruhi hubungan stres kerja dengan dysfunctional audit behaviour. Komitmen organisasional diartikan oleh Basudewa & Merkusiwati (2015) sebagai sikap yang merefleksi loyalitas karyawan terhadap organisasional tempat orang itu bekerja atau mengabdi. Basudewa & Merkusiwati (2015) menjelaskan bahwa komitmen organisasional dapat menunjukkan kekuatan relatif untuk berpihak dan berusaha sekuat tenaga untuk kemajuan organisasi, serta mendorong individu untuk selalu

9 ingin bertahan dalam organisasi dengan berorientasi pada loyalitas dan partisipasi. Penelitian yang dilakukan oleh Aisyah dkk. (2014); Basudewa & Merkusiwati (2015); Nelaz (2014); Paino dkk. (2011); Srimindarti & Widati (2015) menemukan bahwa variabel komitmen organisasional mempunyai hubungan negatif dengan dysfunctional audit behavior. Adanya pengaruh negatif komitmen organisasional pada disfungsional audit berdampak pada kekuatan komitmen organisasional untuk mereduksi hubungan positif antara turnover intentions dengan dysfunctional audit behavior, dan memperkuat hubungan negatif kinerja auditor dengan dysfunctional audit behavior. Di sisi lain, penelitian Febrina (2012) dan Setyaningrum (2014) tidak menunjukkan adanya pengaruh dari komitmen organisasional terhadap dysfunctional audit behavior. Penelitian tentang sifat kepribadian dan komitmen organisasional sebagai pemoderasi hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional pada akuntan publik di Indonesia masih sedikit yang melakukan. Adapun penelitian sebelumnya yang

10 berkaitan dengan stres kerja dan perilaku disfungsional juga masih terdapat kontroversi atau ketidakkonsistenan pada hasil hasil penelitian. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk menguji kembali dan mengembangkan penelitian mengenai pengaruh variabel sifat kepribadian dan komitmen organisasional sebagai moderator hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Efektivitas Pemoderasian Sifat Kebribadian dan Komitmen Organisasional pada Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY Jawa Tengah). Secara garis besar, penelitian ini merujuk pada penelitian Farhadi dkk. (2012) yang dilakukan di Malaysia berjudul Agreeableness and Conscientiousness as Antecedents of Deviant Behavior in Workplace, dengan mengembangkan model penelitian yang menguji pengaruh stres kerja pada perilaku disfungsional audit dengan kelima sifat kepribadian dari the Big Five Personality

11 sebagai pemoderasi yang diambil dari penelitian Rustiarini (2014), serta menambahkan variabel moderasi lain, yaitu komitmen organisasional yang diadopsi dari penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Mindarti & Puspitasari (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dibedakan berdasarkan empirical gap, di mana penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh sifat kepribadian sebagai pemoderasi stres kerja pada perilaku disfungsional audit hanya dilakukan pada organisasi publik di Malaysia oleh Farhadi dkk. (2012), sedangkan penelitian di Indonesia hanya dilakukan pada KAP di Bali oleh Rustiarini (2014). Emprical gap menyatakan adanya perbedaan empirik, di mana pengetahuan yang diperoleh seseorang dari suatu pengalaman di tempat satu belum tentu sama di tempat yang lain. Oleh karena itu, peneliti mencoba menguji kembali pengaruh variabel tersebut di tempat yang berbeda, yaitu menggunakan sampel auditor eksternal yang terdapat di DIY dan Jawa Tengah.

12 Penelitian ini juga berbeda karena penelitian sebelumnya yang mencoba menguji pengaruh variabel komitmen organisasional sebagai moderator hanya terbatas pada hubungan turnover intentions dan kinerja auditor dengan perilaku disfungsional audit (Mindarti & Puspitasari, 2014). Sementara itu, penelitian ini mencoba menguji pengaruh variabel moderator komitmen organisasional pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah stres kerja berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional audit? 2. Apakah sifat kepribadian openness to experience memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?

13 3. Apakah sifat kepribadian conscientiousness memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit? 4. Apakah sifat kepribadian extraversion memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit? 5. Apakah sifat kepribadian agreeableness memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit? 6. Apakah sifat kepribadian neuroticism memperkuat hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit? 7. Apakah komitmen organisasional memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa stres kerja berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional audit.

14 2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat kepribadian openness to experience dapat memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. 3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat kepribadian conscientiousness dapat memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. 4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat kepribadian extraversion dapat memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. 5. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat kepribadian agreeableness dapat memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. 6. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat kepribadian neuroticism dapat memperkuat hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

15 7. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa komitmen organisasional dapat memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi pengembangan ilmu akuntansi keperilakuan sebagai sumber bacaan atau referensi yang dapat memberikan informasi teoritis dan bukti empiris mengenai pengaruh moderasi sifat kepribadian dan komitmen organisasional pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi partner Kantor Akuntan Publik untuk mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perilaku disfungsional audit.

16 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh auditor untuk mempelajari faktor faktor yang dapat menyebabkan perilaku disfungsional audit yang berkaitan dengan stres kerja, sifat kepribadian dan komitmen organisasional sebagai karakteristik personal auditor, sehingga auditor dapat mengendalikan stres pada dirinya untuk dapat meningkatkan kinerja dalam menghasilkan laporan audit yang lebih berkualitas.