JURNAL. Oleh: DANIK RATNAWATI Dibimbing oleh : 1. Drs. Darsono, M.Kom. 2. Feny Rita Fiantika, S.Pd.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karakteristik yang dikehendaki dunia kerja (Career Center Maine Department

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini sesuai

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POHON MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII E SMP TAMANSISWA MALANG

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN dalam tahun-2006.pdf diakses 25 Februari 2013.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat memerlukan ahli pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu

METODE PBL (PROBLEM BASED LEARNING) PADA NEGERI 2 GROGOL

PROFIL PENALARAN PESERTA DIDIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN SKRIPSI

OLEH : ANISATUL HIDAYATI NPM: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

Oleh: RINI ENDRAWATI Dibimbing oleh : 1. Feny Rita Fiantika, M.Pd. 2. Ika Santia, M.Pd.

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fathimah Bilqis, 2014

PEMBELAJARAN TPS BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

JURNAL KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI ALJABAR DENGAN MEDIA UBIN ALJABAR

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risa Aisyah, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 19 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HALAMAN JUDUL JURNAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

P 1 Proses Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar (SD) Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Pemecahan Masalah Matematika Terbuka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

JURNAL. Oleh: MUHAMAD AFANDI Dibimbing oleh : 1. Drs. Darsono, M.Kom. 2. Ika Santia, M.Pd.

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED DI SMP

Implementasi Pembelajaran Realistic Mathematic Education di Kelas III SDN Wonomlati Krembung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar. Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BAB III METODE PENELITIAN

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU UNTUK MENGGALI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SD DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

VISUAL THINKING SKILL DAN VERBAL SKILL MATEMATIKA SISWA DENGAN PENDEKATAN GRUP INVESTIGATION DAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PADA MATERI ALJABAR

BAB I PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan suatu hal yang kurang diperhatikan dalam

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG

PENJENJANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN IDENTIFKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN DAN MENGAJUKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana mengupayakan agar siswa memperoleh hasil belajar yang tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memahami Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh NINDY PROFITHASARI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena peneliti

PROFIL KREATIVITAS GURU SMP DALAM MEMBUAT MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL BERDASARKAN KUALIFIKASI AKADEMIK

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai oleh segenap warga negara sebagai sarana untuk memecahkan. yang berteknologi maju di saat sekarang maupun yang akan datang

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB II KAJIAN TEORITIS

Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : SITI RAHAYU ARIANTI NPM :

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN TEORETIK

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

JURNAL KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMPN 1 PAPAR KELAS VII MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MATHEMATICAL CREATIVE THINKING SKILL OF THE SEVENTH STUDENTS OF SMPN 1 PAPAR THROUGH REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION IN THE ADDITION AND SUBTRACTION OF FRACTIONS Oleh: DANIK RATNAWATI 12.1.01.05.0119 Dibimbing oleh : 1. Drs. Darsono, M.Kom. 2. Feny Rita Fiantika, S.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN 2017

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMPN 1 PAPAR KELAS VII MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN Danik Ratnawati 12.1.01.05.0119 danikratnaw@gmail.com Drs. Darsono, M.Kom. dan Feny Rita Fiantika, M.Pd. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi hasil pengamatan dan pengalaman peneliti bahwa sebagian siswa masih menganggap matematika sangat sulit sehingga mereka sering acuh tak acuh dalam proses belajar mengajar. Mereka tidak mau berpikir karena menganggap soal itu sulit untuk dipecahkan. Dominasi guru menyebabkan siswa kurang dapat berpikir kreatif. Permasalahan penelitian ini adalah (1) Bagaimana penerapan pendekatan matematika realistik terhadap siswa SMPN 1 Papar kelas VII pada materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan? (2) Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMPN 1 Papar Kelas VII melalui pendekatan matematika realistik pada materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian siswa kelas VII SMP Negeri 1 Papar. Penelitian ini dilakukan selama tiga pertemuan menggunakan RPP, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, tes penggolongan, tugas utama, dan pedoman wawancara. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah (1) Pelaksanaan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan Pendekatan Matematika Realistik terhadap guru dan siswa di SMP Negeri 1 Papar secara umum terlaksana dengan baik dan mengalami peningkatan di setiap pertemuannya. (2) Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada pembelajaran Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan dengan Pendekatan Matematika Realistik yang dapat dicapai oleh subjek penelitian adalah pasti mampu memunculkan aspek fluency, flexibility, dan elaboration. Jika dilihat melalui kategori kemampuan berpikir kreatif matematis tinggi dan kategori kemampuan berpikir kreatif matematis sedang, siswa pada kategori tersebut mampu memunculkan seluruh aspek kemampuan berpikir kreatif matematis, sedangkan siswa kategori kemampuan berpikir kreatif rendah hanya mampu memunculkan tiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis tanpa originality. Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, direkomendasikan bahwa guru tidak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator. Sementara murid berpikir, mengkomunikasikan argumennya, mengklasifikasikan jawaban mereka, serta melatih saling menghargai strategi atau pendapat orang lain. KATA KUNCI: kemampuan berpikir kreatif matematis, pendekatan matematika realistik, Pecahan 2

I. LATAR BELAKANG Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki potensi untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif perlu dilakukan karena kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang dikehendaki dalam dunia kerja (Maine Department of Labor USA, 2004). Pentingnya pengembangan kemampuan berpikir kreatif bagi siswa sekolah telah tertulis dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Standar Isi (Wijaya, 2012: 16). Namun sejauh ini, matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan pada kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Dengan kata lain, pendidikan formal lebih menghargai cara berpikir konvergen daripada cara berpikir divergen. Pehkonen (1997) mengemukakan bahwa berpikir divergen adalah kemampuan berpikir dengan menghasilkan banyak ide dalam suatu pemecahan masalah. Proses berpikir ini potensial dalam memupuk dan mengembangkan pemikiran kreatif siswa dengan penemuan baru pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya, kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan esensial yang perlu dimiliki dan dikembangkan pada siswa yang belajar matematika. Kenyataannya sampai saat ini matematika masih menjadi masalah bagi sebagian siswa di SMPN 1 Papar. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru matematika sekolah tersebut bahwa sebagian siswa masih menganggap matematika sangat sulit sehingga mereka sering acuh tak acuh dalam proses belajar mengajar. Contohnya jika mereka dihadapkan pada persoalan matematika, kebanyakan mereka menunggu teman mereka yang dapat mengerjakan. Mereka tidak mau berpikir karena menganggap soal itu sulit untuk dipecahkan. Padahal jika mereka mau untuk sejenak berpikir, menghubung-hubungkan fakta yang ada dengan pengetahuan yang mereka dapatkan sebelumnya, mengajukan berbagai pertanyaanpertanyaan bagidirinya sendiri, menggunakan daya imajinasi, dan 3

mencari jawaban yang sesuai, tentu mereka akan dapat menyelesaikannya. Dalam pembelajaran matematika, guru sering menggunakan metode ceramah dan ekspositori sehingga siswa kurang dapat berpikir kreatif. Berkaitan dengan masalah tersebut, solusi untuk pembelajaran matematika adalah dengan membuat siswa terlibat aktif dan merasa senang dalam belajar matematika sehingga matematika lebih akrab dengan lingkungan anak. Hal ini bisa dilakukan dengan pembelajaran melalui Pendekatan Matematika Realistik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abdul Aziz Saefudin (2014), pengembangan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI karena adanya prinsip dan karakteristik PMRI yang diterapkan dalam pembelajaran. Dengan prinsip dan karakteristik PMRI, dimungkinkan siswa melakukan aktivitas-aktivitas kreatif dalam pemecahan masalah matematika, terutama masalah matematika terbuka. Oleh karena itu, pembelajaran matematika realistik II. diharapkan dapat memberikan inspirasi siswa dalam mengembangkan berpikir kreatif. kemampuan Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMPN 1 Papar Kelas VII dengan Pendekatan Matematika Realistik pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. METODE Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik dan bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis yang dapat dicapai siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Dalam menentukan subyek penelitian, peneliti menggunakan data nilai tes penggolongan. Peneliti mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, sedang, dan rendah. Sumber data dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan 4

observasi guru dan siswa, serta melakukan tes yang didukung dengan wawancara mendalam kepada narasumber (tiga siswa yang masing-masing memiliki kemampuan berpikir kreatif tingkat tinggi, sedang, dan rendah). III. HASIL DAN KESIMPULAN Data pelaksanaan pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik diperoleh dari pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung sebanyak dua kali pertemuan. Data hasil penelitian diperoleh capaian aktivitas guru untuk fase I, fase II, dan fase V sebesar 100%. Sedangkan fase IV memcapai 75%. Sisanya menunjukkan aktivitas guru dalam kegiatan Fase III (pemanfaatan hasil konstruksi siswa) hanya mencapai 50%, guru dinilai masih kurang maksimal jika dibandingkan dengan kegiatan yang lainnya. Pada fase tersebut, di setiap pertemuan guru tidak mengelilingi siswa sambil memberikan bantuan seperlunya tetapi guru hanya memberikan bantuan dengan menjelaskan dari depan kelas. Data observasi siswa dapat ditunjukkan pada tiga subjek penelitian yang telah dipilih oleh peneliti dengan ketentuan tertentu. Berdasarkan data hasil penelitian pada aktivitas guru yang didukung dengan aktivitas siswa pada pertemuan I sebesar 72% dan pertemuan II sebesar 75%, maka disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Pendidikan Matematika Realistik adalah baik dan mengalami peningkatan. Data hasil tugas utama yang dilakukan dengan pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2010 for Windows. Dari hasil tugas utama, data tersebut dianalisis menurut pemenuhan semua komponen aspek berpikir kreatif sehingga dapat disajikan bahwa siswa paling banyak memenuhi 3 aspek yaitu 64% dari seluruh siswa di kelas. Siswa yang memenuhi 4 aspek mencapai 21% dan sisanya hanya mencapai 2 aspek yaitu 15%. Hasil tugas utama kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dari setiap kategori kemampuan tinggi, sedang, dan rendah disinkronkan dengan wawancara mendalam. 5

Subyek I Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa subyek I memenuhi aspek fluency karena mampu menjelaskan lebih dari satu ide yang relevan terhadap masalah yang diberikan dengan penyelesaian yang benar dan jelas, flexibility karena mampu memberikan lebih dari satu jawaban dengan cara yang beragam meski hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam proses hitungan, elaboration karena mampu menguraikan jawabannya sesuai prosedur matematis jawaban, dan originality karena mampu menunjukkan jawaban dengan alasannya sendiri meskipun dia tidak menjawab penyelesaian pada lembar jawaban sehingga subyek I yang mewakili kemampuan berpikir kreatif matematis tinggi mampu memunculkan seluruh aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dalam pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Anton David Prasetiyo dan Lailatul Mubarokah (2014) bahwa siswa dengan kategori matematika tinggi mencapai 4 indikator. Subyek S Kemampuan berpikir kreatif matematis subjek S jika dilihat dari hasil wawancara mengenai hasil tugas utama menunjukkan bahwa subyek tersebut memenuhi aspek fluency karena mampu memenuhi memberikan lebih dari satu ide meski pada hasil pengerjaan tugas utama jawabannya masih salah, flexibility karena mampu memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam), originality karena mampu menentukan jawaban dengan alasan atau ilustrasinya sendiri, dan elaboration karena mampu menguraikan gagasan sesuai dengan prosedur matematis jawaban sehingga ditemukan bahwa subyek S yang mewakili kategori kemampuan berpikir kreatif matematis sedang mampu memunculkan 3 atau lebih aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dan yang pasti muncul adalah fluency, flexibility, dan elaboration. Hal ini tidak serupa dengan penelitian yang dilakukan Anton David Prasetiyo dan Lailatul Mubarokah (2014) bahwa siswa dengan kategori matematika sedang memenuhi tiga indikator berpikir lancar (fluency), berpikir luwes 6

(flexibility), dan berpikir orisinil (originality). Subyek F Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan subjek F pada hasil soal tugas utama, subyek F mampu memenuhi aspek fluency karena mampu memberikan banyak jawaban terhadap masalah yang disajikan dalam soal tugas utama, flexibility karena mampu memberikan lebih dari satu ide meski jawabannya masih salah karena kesalahan dalam proses berhitung, elaboration karena mampu menciptakan kesimpulan berdasarkan prosedur matematis jawaban sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek F yang mewakili kemampuan berpikir kreatif matematis rendah hanya memenuhi 2 atau 3 aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dengan yang pasti terpenuhi yaitu fluency dan flexibility serta yang tidak muncul yaitu originality. Hal ini tidak serupa dengan penelitian yang dilakukan Anton David Prasetiyo dan Lailatul Mubarokah (2014) bahwa siswa dengan kategori matematika rendah hanya dapat memenuhi satu indikator yaitu berpikir lancar (fluency). IV. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada pembelajaran Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan dengan Pendekatan Matematika Realistik yang dapat dicapai oleh subjek penelitian dilihat melalui kategori kemampuan tinggi, sedang, dan rendah yaitu semua kategori mampu memunculkan aspek fluency, flexibility, dan elaboration. DAFTAR PUSTAKA Maine Department of Labor. 2004. Today s Work Competence in Maine. Career Center The Maine Employment Resources (online), tersedia: http://www.maine.gov, diunduh 7 Juni 2016. Pehkonen, Erkki. 1997. The State-of- Art in Mathematical Creativity. Fostering of Mathematical Creativity, 29 (3), 63-67, tersedia: http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/ publications/zdm, diunduh: 7 Juni 2016. Prasetiyo, Anton David & Mubarokah. 2014. Berpikir Kreatif Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Berdasar Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 2 (1), 9 18, tersedia: http://lppm.stkippgrisidoarjo.ac.id, diunduh 14 November 2016. Saefudin, Abdul Aziz. 2012. Pengembangan Kemampuan 7

Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Al-Bidᾱyah, 4 (1), 37 48, tersedia: http://ejournal.uinsuka.ac.id, diunduh 3 Januari 2016. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu. 8