Mia Siscawati. *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gender, Interseksionalitas dan Kerja

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

PERJUANGAN PEREMPUAN ADAT MEMULIHKAN TUBUH ALAM

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

Working Paper Sajogyo Institute No Gender dan Politik Konsesi Agraria: Mia Siscawati dan Noer Fauzi Rachman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Mengapa Kemiskinan di Indonesia Menjadi Masalah Berkelanjutan?

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas)

SUKSES PENGEMBANGAN HAM BAGI MASYARAKAT LOKAL: PERSPEKTIF ANTROPOLOGI EKONOMI DAN BISNIS*) OLEH: RETNO ANDRIATI**)

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INSTITUT PERTANIAN BOGOR LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PUSAT STUDI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terbentang luas, terdiri dari pulau-pulau yang besar

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

TAPAK-TAPAK KEBERDAYAAN KELUARGA MISKIN PEDESAAN (1)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dunia Terbelah: Kesehatan dan Hak Reproduksi di Era Ketidaksetaraan. Sambutan Kepala Perwakilan UNFPA Indonesia Dr. Annette Sachs Robertson

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan sebaliknya, Provinsi Riau akan menjadi daerah yang tertinggal

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

KAJIAN AGRARIA (KPM 321) PENDAHULUAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA / DEPARTEMEN -KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN ASYARAKAT.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang terdiri atas berbagai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih

Kritik terhadap arus di atas, sebagaimana dikutip oleh Manji, berasal dari pemikiran Upham (2001) bahwa formalisasi peran hukum tidak transparan dan

Solusi Penyediaan Lahan untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan?: Meneraca Ulang Program Injeksi Tanah dan Konversi Lahan

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VISI PAPUA TAHUN

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

Lembar Fakta Nasional. Mewaspadai Ijon Politik Pertambangan pada Pemilukada Serentak 2017

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

PERSPEKTIF KEADILAN DALAM REDD+

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

BAB VII RAGAM SIMPUL

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

FREQUENT ASK QUESTION (FAQ) PENYUSUNAN PROPOSAL PNPM PEDULI FASE 2 KEMITRAAN

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah maupun nasional yang saat ini kondisinya sangat memperihatinkan, kerusakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

Transkripsi:

Mia Siscawati *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI

Kampung tersebut memiliki tingkat kemiskinan cukup tinggi, tingkat pendidikan rendah, dan tingkat kesehatan rendah. Data statistik kabupaten di mana kampung tersebut menunjukkan rata-rata lama sekolah pada tahun 2012 adalah 7,18 tahun. Masih terdapat 6,65 persen warga perempuan berusia di atas 10 tahun yang buta huruf. Tingkat buta huruf perempuan di atas usia 10 tahun lebih tinggi dibanding laki-laki pada kelompok usia sama.

Jumlah perempuan yang menikah dini 30,34 persen untuk usia 16-18 tahun, dan 6,75 persen untuk usia di bawah 15 tahun. Angka kematian ibu melahirkan di kabupaten tersebut meningkat dalam empat tahun terakhir. Propinsi Kalimantan Barat sendiri merupakan salah satu propinsi yang memiliki angka kematian ibu melahirkan, yang melampaui angka nasional pada tahun 2012. Dua angka kematian lainnya, yakni kematian neonatal dan kematian bayi umur 29 hari hingga 11 bulan di propinsi ini juga tinggi. Propinsi ini juga termasuk salah satu propinsi sumber perdagangan perempuan.

Pendekatan feminis ekologi politik Kajian feminis terhadap kemiskinan dan pemiskinan dengan pendekatan relasional (relational approach)

Merupakan kerangka pemikiran feminis yg digunakan untuk mengeksplorasi: Pengetahuan perempuan tentang tubuhnya, tentang relasi antara tubuh perempuan dengan kekayaan alam, serta pengetahuan perempuan, baik individu maupun kolektif dalam pengurusan kekayaan alam dan sumber-sumber kehidupan Akses dan kontrol perempuan atas tubuhnya, kekayaan alam dan sumber sumber kehidupan, serta atas pengambilan keputusan terkait sumberdaya di berbagai tingkatan (keluarga inti/rumah tangga, keluarga besar, komunitas, negara, dunia) Peran dan posisi perempuan dalam pengurusan kekayaan alam dan sumber-sumber kehidupan, serta dalam perjuangan merebut kembali hak atas pengurusan sumber-sumber kehidupan

Hasil eksplorasi tiga hal tersebut (pengetahuan, akses dan kontrol, kelembagaan perempuan) kemudian dilanjutkan dengan eskplorasi tentang: Bagaimana relasi gender, relasi sosial, relasi kekuasaan (mulai dari dalam rumah tangga, keluarga besar, komunitas, negara, antar negara, serta putaran modal di tingkat dunia) mempengaruhi akses dan kontrol atas tubuh dan kekayaan alam, proses reproduksi pengetahuan perempuan, serta posisi perempuan dalam pengurusan kekayaan alam dan sumber-sumber kehidupan

Aspek kelas, etnisitas, usia, seksualitas, status perkawinan, wilayah hidup (desa, kota, pegunungan, pesisir, pulau besar, pulau kecil, dll) merupakan aspek penting yang membuat setiap perempuan memiliki keragaman pengetahuan, pengalaman, peran, fungsi, dan posisi.

Mengintegrasikan kajian tentang relasi sosial dan kekuasaan berbasis gender, kelas, etnisitas, agama dll dengan kajian tentang ragam wajah kekuasaan Pemiskinan adalah produk dari dinamika sosial yang terkait erat dengan ekspansi kapital dalam rentang sejarah panjang Dinamika sosial dalam ekspansi kapital meliputi prosesproses berikut: Dimensi gender dalam akumulasi tanah, sumberdaya, dll Dimensi gender dalam disposesi Dimensi gender dalam proses terbentuknya lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat dalam proses eksploitasi sumberdaya Dimensi gender dalam mekanisme sosial dan kategorisasi di tingkat internal komunitas yang memfasilitasi eksploitasi sumberdaya

Terdapat sedikitnya empat faktor : konsep teritorialisasi negara atas sumberdaya alam kebijakan agraria berbasis komodifikasi alam pendekatan militerisme dalam pengelolaan sumberdaya alam bekerjanya kuasa ekslusi yang meniadakan keberadaan masyarakat adat.

Penguasaan negara atas wilayah adat dan wilayah komunitas lainnya, termasuk kekayaan alam dan sumber-sumber kehidupan yang berada dalam wilayahwilayah tersebut, tidak bisa dipisahkan dari sejarah teritorialisasi negara atas hutan yang merentang sejak era kolonial. Apa yang disebut teritorialisasi negara atas hutan adalah termasuk pengklasifikasian semua wilayah hutan yang dibebani hak milik sebagai hutan Negara.

Jumlah seluruh desa Desa terkait kawasan hutan 88.361 Dalam Kawasan 31.957 (36,17%) Tepi Kawasan Sekitar Kawasan 1.305 (4,08%) 7.943 (24,86%) 22.709 (71,06%) Kalteng = 208 desa Jateng = 1.581 desa Jateng = 6.795 desa Sumber: Renstra Kemenhut 2010-2014; BPS, 2010

Berbagai kebijakan agraria yang dikembangkan rejim-rejim politik yang berkuasa di Indonesia sejak jaman kolonial hingga masa kini memiliki karakter-karakter tertentu yang serupa. Yaitu pengadaan wilayah skala luas oleh badan pemerintah untuk mendukung produksi dan konsumsi di tingkat global melalui pemberian konsesi kehutanan, perkebunan dan pertambangan kepada perusahaan-perusahaan besar.

Kelompok militer dan para-militer memiliki peran politik di dalam jejaring relasi kekuasaan terkait pengelolaan sumberdaya hutan dan sumberdaya alam di Indonesia, sejak masa Orde Baru Pada masa Orde Baru, sebagian besar dari perusahaan swasta yang memperoleh konsesi pembalakan hutan dimiliki dan atau memiliki relasi kelembagaan dengan berbagai organisasi yang dikelola kalangan militer (termasuk beragam yayasan yang dikelola oleh militer).

Proses dominasi atas wilayah adat dan ekstrasi hutan dan sumber-sumber kehidupan serta penghidupan yang berada di wilayah adat menempatkan masyarakat adat sebagai pihak yang dianggap tidak ada (invisible). Perempuan dan kelompok marjinal lain yang di komunitasnya sendiri memiliki posisi tawar yang lemah bahkan sering diangap tidak penting untuk dilibatkan dalam pengambilan keputusan di tingkat keluarga dan komunitas menjadi pihak yang dua kali tidak terlihat (double invisibility).

Pihak yang terlibat dalam perubahan penguasaan atas tanah dan sumber daya alam tidak terbatas pada institusi dan aktor pemerintah maupun pasar, melainkan juga pasangan, kerabat sendiri, atau orang-orang dekat (intimate exclusion). Keseluruhan proses tersebut di atas bertumpu pada konsep gender, relasi sosial dan relasi kekuasaan berbasis gender.

Pemiskinan di Kawasan Hutan Penduduk Miskin di kawasan hutan, 10,02 juta Total Penduduk Miskin, 31,02 juta Sumber: Renstra Kemenhut 2010-2014, BPS 2010.

1980-an: Nai Sinta (memimpin perlawanan terhadap perusahaan Hutan Tanaman Industri di Tanah Toba, Sumut) 1990-an: Mama Yosefa (memimpin perlawanan terhadap Freeport di Tanah Amungme, Papua) 2000-an: Mama Aleta (memimpin perlawanan terhadap perusahaan tambang di Tanah Molo, NTT) Para pemimpin perempuan di tingkat akar rumput terus bermunculan