BAB I PENDAHULUAN. kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana sekaligus, dimana kegiatan. dilaksanankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. muncul lembaga-lembaga keuangan syariah sebagai solusi atas kegelisahan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara semakin. meningkat pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. satu yang diutamakan, karena hal itu yang menentukan berhasil atau gagalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan jumlah penduduk yang makin meningkat/padat,

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. perkembngan perekonomian di Indonesia khususnya untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya di zaman sekarang kehidupan manusia. tidak terlepas dari kegiatan muamalat, baik itu anatara individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. muamalah Islam dalam suatu transaksi atau dalam suatu bisnis. 2

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

Oleh: EKA NURUL FAUZIAH NPM :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berikut : Produk Pendanaan ( Funding Product), Produk Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) timbul peluang. untuk mendirikan bank-bank lain yang memiliki prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. usaha prospektif namun padanya tidak memiliki permodalan berupa keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya sendiri sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. adalah menyangkut pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. mengalihkan dana yang tersedia dari penabung kepada pengguna dana, kemudian

PENDAHULUAN. maupun individu untuk menjalankan kehidupan ini. Dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang memuat ajaran yang bersifat komprehensif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah. Terutama menyangkut tempat tinggal yang merupakan papan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas temuan yang telah diteliti di BMT Berkah. yang dibahas di awal. Tujuan penelitian tersebut meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi seperti

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan kepada ajaran islam yang diturunkan Allah SWT melalui Nabi. 2. Adanya tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem lembaga keuangan syariah merupakan sistem lembaga keuangan yang kegiatannya berupa menghimpun dana dengan menawarkan berbagai skema, menyalurkan dana dengan berbagai skema atau melakukan kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana sekaligus, dimana kegiatan usaha lembaga keuangan syariah diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, dan distribusi barang dan jasa yang sesuai dengan prinsipprinsip syariah, seluruh transaksi yang terjadi dalam kegiatannya harus dilaksanankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip syar i adalah prinsip yang didasarkan dalam kegiatan kepada ajaran Al-quran dan Sunnah. Dalam konteks Indonesia, prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Dalam sistem operasionalnya yaitu berprinsip syari i dan berprinsip tabi i, bebas dari maghrib (maysir, gharar, haram, riba, dan bathil), dalam menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan keuntungan yang sah menurut syariah. Adapun didalam lembaga syariah mikro didalamnya juga termasuk salah satunya adalah Baitul mal wat tamwil (BMT). 1 1 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : PT Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. ke-1, h. 52-53. 1

2 Baitul mal wat tamwil (BMT) pada zaman Rasullullah SAW, baitul mal lebih mempunyai pengertian sebagai pihak (al-jihat) yang menangani setiap harta benda kaum muslimin, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran, pada masa Rasullullah SAW, pada saat itu Rasullullah mengangkat Muaiqib bin Abi Fatimah ad-dawsi sebagai penulis penulis harga ghanimah, Zubair bin Awwam sebagai penulis harta zakat, Hudzaifah bin Yaman sebagai penulis taksiran panen hasil pertanian hijaz, Abdullah bin Rawahah sebagai penulis taksiran panen pertanian khaibar. Mughirah bin Syu bah sebagai penulis utang piutang dan muamalat yang dilakukan di negara, dan Abdullah bin Arqam sebagai penulis urusan masyarakat yang berkenaan dengan kepentingan kabilah-kabilah mereka dan sumber-sumber air mereka merekalah orang-orang pertama yang menjadi kepercayaan Rasullullah SAW dalam menjalankan tugas-tugas di dalam Baitul mal wat tamwil (BMT) pada zaman Rasullullah SAW. 2 Baitul mal wa tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkan kembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh- tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan sistem ekonomi yang salaam : keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan. BMT sesuai namanya terdiri atas dua fungsi utama, yaitu sebagai berikut: 2 Abdul Aziz, dan Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer, (Bandung: PT. Alfabeta, 2010) Cet. ke-1, h. 110-111.

3 1. Baitul tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil, antara lain dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. 2. Baitul mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Secara harfiah, baitul mal berarti rumah dana, sedangkan baitul tamwil berarti rumah usaha. Baitul mal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembangannya, yaitu dari masa nabi sampai dengan pertengahan perkembangan Islam. Baitul mal berfungsi untuk mengumpulkan, sekaligus mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba, dari pengertian tersebut dapat ditarik pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang berperan sosial. 3 Baitul mal wat tamwil (BMT) di Indonesia merupakan kependekan dari Balai Usaha Mandiri Terpadu, dan merupakan lembaga keuangan non bank yang memiliki kegiatan utama yaitu kegiatan sosial, baitul mal wa tamwil (BMT) yang telah tersebar di Indonesia memiliki kegiatan mengembangkan, usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil, antar lain dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonominya. BMT bisa menerima zakat, infak, shadaqah, serta menyalurkannya sesuai amanatnya. 3 M. Nur Rianto Al-Arif dan H. Juhaya S. Pradja, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis, (Bandung : PT. Pustaka Setia, 2012), Cet. ke-1, h. 317-318.

4 BMT memiliki visi dan misi antara lain : mewujudkan kualitas masyarakat di sekitar BMT yang selamat, damai, dan sejahtera dengan mengembangkan lembaga dan usaha BMT dan kelompok usaha muamalah yang maju berkembang, terpercaya, aman, nyaman, transparan, dan berkehatihatian. 4 BMT juga sebagai motor penggerak peningkatan ekonomi usaha kecil bawah dan usaha kecil dalam rangka membela kepentingan kaum fakir dan miskin, dan berlandaskan sistem ekonomi islam. 5 Adapun Pembiayaan yang selama ini menjadi dominan di dalam BMT adalah produk murabahah, walaupun terdapat produk murabahah dan musyarakah, pada kenyataannya yang paling intensif digunakan adalah produk murabahah. Akad pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Definisi ini menunjukkan bahwa transaksi murabahah tidak harus dalam pembayaran tangguh (dicicil), melainkan dapat juga dalam bentuk tunai setelah menerima barang, ditangguhkan dengan mencicil setelah menerima barang, ataupun ditangguhkan dengan membayar sekaligus di kemudian hari. 6 Konsepsi dari pembiayaan Bai i al-murabahah ini hakikatnya adalah ingin mengubah suatu bentuk bisnis dari kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi jual beli. 7 4 Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer, (Bandung : PT Alfabeta, 2010), Cet. ke-1, h. 118. 5 Husni Thamrin, Ekonomi dan Manajemen Suatu Perspektif, (Pekanbaru, : PT Suska Press, 2009), Cet. ke-1, h. 9. 6 Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurrahim, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer, (Jakarta : PT.Salemba Empat, 2009), Cet. ke-1, h. 180. 7 Muhammad Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, 1994), Cet. ke-1, h. 151.

5 Di BMT Pembiayaan yang sering digunakan dalam lembaga keuangan syariah banyak macam-macamnya diantaranya menggunakan sistem pembiayaan murabahah (jual beli), dan biasanya pembiayaan murabahah diberikan oleh pedagang-pedagang kecil yang sulit mendapatkan pinjaman, pembiayaan murabahah secara tidak langsung adalah sebuah penolakan terhadap sistem bunga yang diterapkan oleh bank konvensional dalam mencari keuntungan, karena itu pelarangan bunga ditinjau dari ajaran islam merupakan perbuatan riba yang diharamkan dalam Al- Quran, sebab larangan riba tersebut bukanlah meringankan beban orang yang dibantu yang dalam hal ini adalah nasabah, melainkan merupakan tindakan yang dapat memperalat dan memakan harta orang lain. 8 Hal ini ditegaskan di dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 yaitu : Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba itu tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila, keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli dan mengharapkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepada larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba) maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan), dan urusannya (terserah) kepada Allah orang yang kembali (mengambil riba) maka orang itu adalah penghunipenghuni neraka, mereka kekal didalamnya. Cet. ke-1, h. 184. 8 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam,(Jakarta : Gema Insani Perss, 1997),

6 Murabahah atau dalam bahasa inggris sering disebut cost plus sales esensi adalah akad jual beli di mana penjual dan pembeli menyepakati untuk harga barang atau jasa yang terdiri dari harga pokok dari penjual ditambah dengan tingkat keuntungan yang disepakati. Ada kalanya penjual barang menjual barang pada harga yang sama dengan harga beli yang disebut Tawliya (bay u al-tawliya), atau bahkan menjual dengan harga yang lebih rendah dari harga beli disebut Wadi a (bay u al-wadi a). 9 Pembiayaan murabahah merupakan salah satu dari beberapa pembiayaan yang terdapat di BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru, Pembiayaan murabahah ini biasanya diberikan kepada pengusaha atau pedagang-pedagang kecil yang ingin berusaha tapi kekurangan dalam mendapatkan modal usaha dalam mengembangkan usahanya, seperti pedagang sayur-sayuran, pedagang pakaian, pedagang ikan, pedagang yang menjual alat rumah tangga dan lain sebagainya, yang berada di pasar Kodim Pekanbaru. 10 Yang dimaksud pedagang kaki lima di sini adalah orang (pedagang - pedagang) golongan ekonomi lemah, yang berjualan barang kebutuhan seharihari, makanan atau jasa dengan modal yang relatif kecil, modal sendiri atau modal orang lain, baik berjualan di tempat terlarang ataupun tidak. Istilah 9 Muhaimin Iqbal, Dinar Solution, (Jakarta : PT Gema Insani, 2008), Cet. ke-1, h. 88. 10 Bapak Agung,(Karyawan di BMT UGT Sidogiri Cabang Pekanbaru), wawancara, Pada Tanggal 12 November 2014.

7 pedagang kaki lima yaitu pedagang yang berjualan di tepi jalan dan biasanya umumnya terletak di trotoar, depan toko dan tepi jalan. 11 Adapun salah satu pedagang kaki lima pasar Kodim Pekanbaru, yang bernama ibu Syamsidar umur 50 tahun, ia mengatakan sebelum meminjam modal usaha di BMT UGT Sidogiri, dulunya pernah meminjam modal usaha di seorang rentenir, dimana rentenir itu menetapkan bunga yang tinggi dan itu membuat usahanya sulit berkembang karena harus mengembalikan uang pinjaman beserta bunganya, tetapi setelah melakukan pengajuan pembiayaan murabahah di BMT UGT Sidogiri, alhamdullilah usaha ibu sudah mulai berjalan cukup baik, walaupun pendapatan penghasilan naiknya tidak terlalu signifikan, tetapi sudah lebih baik dari sebelum ia meminjam modal usaha kepada rentenir sebelumya. 12 Seperti yang dikatakan lagi oleh Bapak Arisman umur 56 tahun, salah satu pedagang kaki lima pasar Kodim Pekanbaru, ia mengatakan sebelum melakukan pembiayaan murabahah di BMT UGT Sidogiri, dulunya saya pernah meminjam modal tambahan untuk usaha di bank konvensional, dimana bank tersebut menetapkan sistem bunga yang terasa berat buat seorang pedagang kecil, lalu ia memutuskan untuk datang ke BMT UGT Sidogiri untuk melakukan pengajuan pembiayaan murabahah, dan seorang karyawan BMT tersebut memberikan solusinya dengan cara melakukan pembiayaan 11 www.joxyt.blogspot.com.menjual-kegiatan-dasar-wirausaha. Diakses Pada Tanggal 13 November 2014. 12 Ibu,Syamsidar,(Pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru), wawancara, Pada Tanggal 13 November 2014.

8 murabahah (jual beli), dengan cara ini cukup membantu bapak, alhamdullilah usaha bapak berangsur membaik dari sebelumnya. 13 Bertitik tolak dari permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti dan menjadikan karya tulis ilmiah yang berjudul Peranan Pengurus BMT UGT Sidogiri Cabang Pekanbaru Dalam Meningkatkan Usaha Pedagang Kaki Lima Pasar Kodim Pekanbaru Berdasarkan Pembiayaan Murabahah Ditinjau Menurut Ekonomi Islam. B. Batasan Masalah Agar peneliti ini lebih terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan maka penulis hanya memfokuskan pembahasan tentang Peranan Pengurus BMT Sidogiri cabang Pekanbaru dalam meningkatkan usaha pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru berdasarkan pembiayaan murabahah ditinjau menurut ekonomi Islam. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis membahas permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana peranan pengurus BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru dalam meningkatkan usaha pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru Berdasarkan Pembiayaan Murabahah? 2. Bagaimana tanggapan nasabah terhadap peranan pengurus BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru dalam meningkatkan usaha pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru? 13 Bapak Arisman,(Pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru), wawancara, Pada Tanggal 13 November 2014.

9 3. Bagaimana tinjauan ekonomi Islam terhadap peranan pengurus BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru dalam meningkatkan usaha pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru berdasarkan pembiayaan murabahah? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui apa saja peranan pengurus BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru dalam meningkatkan usaha pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru. b. Untuk mengetahui tanggapan nasabah terhadap peranan pengurus BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru dalam meningkatkan usaha pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru. c. Untuk mengetahui tinjauan ekonomi Islam terhadap peranan pengurus BMT UGT Sidogiri dalam meningkatkan penghasilan pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru berdasarkan pembiayaan murabahah. 2. Manfaat penelitian a. Sebagai bahan masukan bagi pecinta ilmu pengetahuan b. Sebagai bahan kajian untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan penulis. c. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan SI pada jurusan ekonomi islam di Universitas Islam Negeri Riau Sultan Syarif Kasim Pekanbaru. E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian

10 Lokasi penelitian ini adalah BMT UGT Sidogiri yang beralamat di Jalan Delima No 17 Komplek Ruko Serumpun III Arengka. 2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek dalam penelitian ini adalah pimpinan, karyawan di BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru, dan Pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru b. Objek penelitian ini adalah Peranan pengurus BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru dalam meningkatkan usaha pedagang kaki lima pasar kodim pekanbaru berdasarkan pembiayaan murabahah ditinjau menurut ekonomi Islam. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pimpinan, dan karyawan BMT UGT Sidogiri yang berjumlah 5 orang, dan pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru yang berjumlah 40 orang, yang merupakan nasabah pembiayaan murabahah di BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru. b. Sampel Untuk penentuan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan, karyawan, dan pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru yang melakukan pembiayaan murabahah yaitu 45 orang, teknik sampel yang digunakan adalah teknik total sampling yaitu dimana semua populasi dijadikan sampel. 14 4. Sumber Data 14 V. Wiratna Surjarweni, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami, (Yogyakarta : PT Pustaka Baru Press, 2014), Cet. ke-1, h. 72.

11 a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yaitu pimpinan, karyawan di BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru, dan pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, yang berkaitan dengan penelitian penulis. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dilapangan yang valid dan akurat dari subjek penelitian, penulis menggunakan instrumen yaitu : a. Observasi Penulis melakukan pengamatan dilokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai subjek penelitian. b. Wawancara Penulis melakukan wawancara langsung dengan responden untuk memperjelas hal-hal yang dianggap perlu dalam penelitian ini. c. Angket Penulis akan melakukan beberapa pertanyaan kemudian disebarkan kepada responden yang menjadi objek penelitian yang diteliti. d. Studi Kepustakaan Penulis mengambil buku-buku referensi yang ada kaitannya dengan persoalan yang diteliti 6. Analisa Data Analisa yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif yaitu menganalisa data dengan jalan mengklasifikasikan datadata berdasarkan persamaan jenis dari data tersebut, kemudian diuraikan

12 antara satu dengan data lainnya dihubungkan sedemikian rupa sehingga diperoleh gambaran yang utuh tentang masalah yang diteliti. 7. Metode Analisa Data Setelah memperoleh data-data, maka penulis analisa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan jalan mengklasifikasikan data-data dalam kategori persamaan jenis data itu, kemudian diuraikan sedemikian rupa sehingga diperoleh gambaran yang utuh tentang masalah yang diteliti. F. Sistematika Penulisan Untuk lebih terarahnya penulisan karya ilmiah ini maka penulis membagi penulisan ini kepada beberapa bab yaitu : BAB I : PENDAHULUAN Merupakan bab pendahuluan yang berisikan, Latar belakang masalah, Batasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Metode penelitian, dan Sistematika penulisan. BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini berisi tentang gambaran umum yang terdiri Sejarah awal terbentuknya BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru, Struktur organisasi dan tugas-tugas karyawan BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru, Macam- macam produk BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru, Logo BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru, Visi dan Misi BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru.

13 BAB III : TINJAUAN TEORITIS Landasan teoritis, membahas mengenai Pengertian peranan, pengertian pedagang kaki lima, Tujuan pembinaan pedagang kaki lima, Pengertian murabahah, Rukun murabahah, Syarat murabahah Aplikasi ba i al-murabahah, Resiko pembiayaan murabahah, Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang pembiayaan murabahah, Perbedaan pembiayaan murabahah dengan kredit konvensional. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan dijelaskan secara singkat tentang Bagaimana peranan pengurus BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru dalam meningkatkan usaha pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru berdasarkan Pembiayaan Murabahah, Bagaimana tanggapan nasabah terhadap peranan pengurus BMT UGT Sidogiri dalam meningkatkan usaha pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru, Bagaimana tinjauan ekonomi Islam terhadap peranan pengurus BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru dalam meningkatkan usaha pedagang kaki lima pasar kodim Pekanbaru berdasarkan pembiayaan murabahah. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini penulis memberikan Kesimpulan dan Saran yang diperlukan untuk perbaikan bagi pengurus BMT UGT Sidogiri cabang Pekanbaru.

14