RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 80/PUUXIII/2015 Syarat Tidak Pernah Dijatuhi Pidana Penjara 5 (lima) Tahun atau Lebih Bagi Calon Kepala Daerah I. PEMOHON 1. Drs. Ismeth Abdullah (Pemohon I) 2. Prof. Dr. Drg. I Gede Winasa (Pemohon II) Kuasa Hukum Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., Ai Latifah Fardhiyah, S.H., Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 Mei 2015. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil UndangUndang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi UndangUndang. III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji UndangUndang adalah: Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi; Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah melakukan pengujian UndangUndang terhadap UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945); Pasal 10 ayat (1) huruf a UndangUndang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah 1
Konstitusi menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang menguji UndangUndang terhadap UUD 1945; Pasal 29 ayat (1) huruf a UndangUndang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir putusannya bersifat final untuk: a. Menguji UndangUndang terhadap UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING) Para Pemohon adalah perseorangan warga Indonesia. Para Pemohon merasa adanya ketentuan Pasal I angka 6 tentang Perubahan Pasal 7 huruf g dan o UU 8/2015 menghambat keingingannya untuk maju dalam Pemilukada; Pemohon I berkeinginan untuk mengikuti Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Tahun 2015. Pemohon I adalah mantan narapidana divonis 2 tahun penjara dalam sidang Pengadilan Tipikor Jakarta tanggal 23 Agustus 2010; Pemohon II berkeinginan untuk mengikuti Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Bali Tahun 2018. Bahwa Pemohon II divonis 2,5 tahun penjara oleh Mahkamah Agung pada tanggal 26 Juni 2013. V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN Norma materiil yaitu: Pasal I angka 6 tentang Perubahan Pasal 7 huruf g dan o UU 8/2015 Pasal 7 Warga negara Indonesia dapat menjadi Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota adalah memenuhi persyaratan sebagai berikut:... g. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; 2
... o. belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk Calon Wakil Gubernur, Calon Wakil Bupati, dan Calon Wakil Walikota. Penjelasan Pasal 7 huruf g: g. Persyaratan ini tidak berlaku bagi seseorang telah selesai menjalankan pidananya, terhitung 5 (lima) tahun sebelum bersangkutan ditetapkan sebagai bakal calon dalam pemilihan jabatan publik dipilih (elected official) dan bersangkutan mengemukakan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulangulang. Orang dipidana penjara karena alasan politik dikecualikan dari ketentuan ini; B. NORMA UNDANGUNDANG DASAR 1945. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Negara Indonesia adalah negara hukum. Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 Gubernur, Bupati, dan Walikota masingmasing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya; Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum adil serta perlakuan sama dihadapan hukum; Pasal 28D ayat (3) UUD 1945 Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan sama dalam pemerintahan; 3
Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 Setiap orang berhak bebas dari perlakuan bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan bersifat diskriminatif itu. VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Adanya pembatasan terhadap hak untuk dipilih terhadap calon sebagaimana dirumuskan dalam Pasal I angka 6 tentang perubahan Pasal 7 huruf g dan o UU 8/2015 merupakan suatu bentuk diskriminasi; 2. Pembatasan hakhak para Pemohon tersebut tidak ada kaitannya dengan pertimbangan moral, nilainilai Pengaturan mengenai agama, keamanan, dan ketertiban umum. pembatasan tersebut hanya didasarkan pada kekhawatiran bersifat asumtif; 3. Mahkamah Konstitusi dalam putusan nomor 1117/PUUI/2003 menyatakan bahwa hak konstitusional warga negara untuk memilih dan dipilih (right to be vote and right to be candidate) adalah hak dijamin oleh konstitusi, undangundang, maupun konvensi internasional; 4. Kepada rakyatlah seharusnya diberikan kebebasan memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah akan menjalankan roda pemerintahan di daerahnya sejalan dengan semangat kedaulatan rakyat; 5. Pasal I angka 6 tentang perubahan Pasal 7 huruf g dan huruf o UU 8/2015 tidak memenuhi doktrin pembentukan suatu peraturan perundangundangan sebagai keputusan politik dan keputusan hukum. Menurut Ilmu Perundangundangan suatu peraturan perundangundangan harus setidaknya memenuhi aspek filosofis, sosiologis dan politik. Dari aspek filosofis, suatu peraturan perundangundangan seharusnya dapat memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum, sehingga lahirnya suatu peraturan perundangundangan baru seharusnya tidak merugikan seorang warga negara; VII. PETITUM 1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan Pasal 7 huruf g dan huruf o UndangUndang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 1 4
Tahun 2014 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi UndangUndang bertentangan dengan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Menyatakan Pasal 7 huruf g dan huruf o UndangUndang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi UndangUndang tidak memiliki kekuatan hukum mengikat; 4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya; Atau, apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan seadiladilnya. 5