BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya (Gerungan, 2004). Hal ini berarti bahwa manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Terdapat kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi individu dalam berhubungan dengan individu lain, Salah satunya adalah adanya kecemasan sosial. Menurut Hudaniah (2006), kecemasan sosial adalah perasaan tak nyaman dalam kehadiran individu lain, yang selalu disertai oleh perasaan malu yang ditandai dengan kejanggalan atau kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial. Salah satu bentuk interaksi sosial yang biasanya berusaha dihindari oleh individu adalah yang sering mendatangkan stress seperti berbicara di depan umum. Semua orang juga memiliki ketakutan atau situasi yang ingin dihindari, karena itu adalah bagian dari kehidupan. Beberapa orang bisa mengontrol ketakutannya dan menjalani hidup dengan normal. Tapi untuk beberapa orang, Kecemasan dan ketakutan berlangsung secara terus menerus dan menetap. Kebutuhan untuk menghindari objek atau situasi yang membuat takut dan cemas tersebut secara drastis sudah mengganggu kehidupannya. Macam kekhawatiran yang akut ini bisa disebut 1
juga dengan kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Konsep takut dan cemas bertautan erat. Takut adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai respons terhadap suatu ancaman. Kecemasan, yang menurut kamus lengkap psikologi disebut sebagai anxiety ini digambarkan sebagai suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan. Sebagaimana diketahui, perasaan manusia ada yang positif, seperti bahagia, gembira, senang, tetapi ada juga yang negatif, seperti kecewa, bingung, khawatir dan sebagainya. Tidak ada satupun dari kita yang memilih untuk mengembangkan perasaan negatif. Tetapi seringkali kita tidak punya pilihan lain, selain menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan dan harus masuk kedalam perasaan yang negatife ( Neale, 2001 ) The New Encyclopedia Britannica (1990) kecemasan atau anxiety adalah suatu perasaan takut, kekuatiran atau kecemasan yang seringkali terjadi tanpa ada penyebab yang jelas. Kecemasan dibedakan dari rasa takut yang sebenarnya, rasa takut itu timbul karena penyebab yang jelas dan adanya fakta-fakta atau keadaan yang benarbenar membahayakan, sedangkan kecemasan timbul karena respons terhadap situasi yang kelihatannya tidak menakutkan, atau bisa juga dikatakan sebagai hasil dari rekaan, rekaan pikiran sendiri (praduga subjektif), dan juga suatu prasangka pribadi yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan. (Lang, dalam Goldstein & Krasner,1988) Kecemasan dapat diartikan sebagai energi yang tidak dapat diukur, namun dapat dilihat secara tidak langsung melalui tindakan individu tersebut, 2
misalnya berkeringat, sering buang air besar, kulit lembab, nafsu makan menurun, tekanan darah, nadi dan pernafasan meningkat. Menurut teori pendekatan perilaku, kecemasan berasal dari suatu respons terhadap stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respons kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan skala sikap yang telah diberikan kepada 26 siswa kelas VIIIB di SMP Negeri 10 Salatiga, bisa diambil kesimpulan dengan data berikut ini. Tabel 1.1 Hasil Skala Sikap Kecemasan Siswa VIIIB SMP Negeri 10 Salatiga Kategori Interval Jmlh Siswa F Sangat Tinggi 116 99 0 0 % Tinggi 98 81 5 19.23% Sedang 80 63 10 38.46% Rendah 62 45 8 30.76% Sangat Rendah 44 25 3 11.53% 3
Dari hasil skala sikap kecemasan siswa kelas VIIIB SMP Negeri 10 terdapat skor terendah yaitu dengan jumlah 0 siswa dalam kategori Sangat Tinggi dan skor tertinggi yaitu dengan jumlah 10 siswa atau 38.46% yang dimasukkan dalam kategori Sedang dari jumlah keseluruhan 26 siswa. Dalam penelitian ini penulis mencari 10 siswa yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian yaitu siswa mempunyai skor tertinggi. Dari 10 siswa tersebut adalah 5 siswa yang masuk dalam kategori Tinggi dan 5 siswa dalam kategori Sedang Dengan demikian dapat disimpulkan peneliti menemukan beberapa siswa yang mempunyai ketakutan atau kecemasan pada keramaian dengan ciri-ciri mengeluarkan keringat dingin atau tubuh gemetar yang nantinya jika dibiarkan terus menerus, siswa ditakutkan menderita agoraphobia (fobia keramaian), di mana fobia ini adalah fobia yang paling membatasi seseorang. Khususnya dikalangan remaja, karena pada saat remaja memerlukan interaksi dan bergaul dengan orang lain di sekitar untuk mencapai kedewasaannya. Akibat dari kecemasan khususnya kecemasan terhadap keramaian adalah penderita selalu diyakini menjadi takut akan ruang terbuka, dan tempat umum. Kecemasan seperti ini meningkatkan kemungkinan bahwa orang tersebut juga akan menderita kecemasan lain dan bahwa kedua kondisi akan lebih parah dan sulit diobati. Gejala kecemasan terhadap keramaian akan memiliki serangan panik ketika dalam situasi dari yang melarikan diri tidak mungkin atau sulit atau memalukan.. 4
Akibatnya, mereka mungkin mencari nasehat dari dokter, terapis, psikolog, atau konselor untuk membantu mengatasi permasalahannya tersebut. Abimanyu & thayeb (1996) mengatakan pendekatan konseling behavioral melalui tehnik desenstitisasi sistematik dapat menghilangkan perasaan tegang dan kecemasan. Seperti studi penelitian yang dilakukan oleh Hekmat Hamid (2006) yang mengemukakan bahwa teknik desensitisasi sistematis efektif untuk menurunkan kecemasan berbicara di depan umum. Melalui penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian tentang upaya menurunkan kecemasan terhadap keramaian dengan teknik desensitisasi sistematik kepada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Salatiga yang mengalami kecemasan terhadap keramaian. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah pendekatan konseling kelompok behavioral dapat menurunkan gangguan kecemasan terhadap keramaian secara signifikan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Salatiga? 5
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menurunkan secara signifikan gangguan kecemasan terhadap keramaian dengan menggunakan konseling kelompok Behavioral pada siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Salatiga yang mengalami kecemasan keramaian. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Bila hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan secara signifikan tingkat kecemasan setelah mengikuti layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral, maka penelitian kecemasan keramaian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hekmat Hamid (2006) yang mengemukakan bahwa konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis efektif untuk menurunkan kecemasan berbicara di depan umum dan sejalan juga dengan kajian Abimanyu & Thayeb (1996) yang mengatakan bahwa pendekatan konseling behavioral melalu tehnik desensitisasi sistematik dapat menghilangkan perasaan tegang atau kecemasan. 6
2.Manfaat Praktis Membantu memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi individu dan sebagai masukan bagi konselor tentang keefektifan konseling kelompok dengan pendekatan konseling behavioral dalam menangani kecemasan. 7