Bab 1 PENDAHULUAN. kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, berisi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB II GAMBARANUMUMDINAS PENGELOLAAN KEUANGANDAN ASETKABUPATEN ROKAN HULU. 2.1 Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang dari dilakukan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah merupakan salah satu agenda reformasi, bahkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. karena pelaksanaan pembangunan daerah adalah dalam rangka pelaksanaan. pembangunan yang terbesar di seluruh pelosok tanah air.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Orang Bijak Taat Pajak, Lunasi Pajaknya, Awasi. Penggunaannya, Pajak Menyatukan Hati, Membangun Negeri, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi persepsi..., Inayah, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

BAB I INTRODUKSI. Bab ini akan menguraikan terlebih dulu tentang latar belakang topik

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal

BAB I PENDAHULUAN. ini ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat akan menunjang terciptanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manajemen sektor publik melalui perwujudan New Public

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non

INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi


BAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

Transkripsi:

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah adalah lembaga yang dibentuk untuk mewujudkan cita-cita masyarakat suatu bangsa, membuat dan melaksanakan keputusan bersama untuk mencapai cita-cita tersebut (Setiyono, 2014). Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara, sehingga tuntutan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban harus dilaksanakan tertib dan terkendali serta efektif dan efisien untuk mendapatkan tata pemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah tata kelola organisasi secara baik dengan prinsipprinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Halim & Damayanti, 2007). Good governance menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi pemerintah dalam melaksanakan pembangunan ekonomi nasional dan menjalankan fungsi dasarnya. Dalam melaksanakan pembangunan ekonomi dan fungsi dasarnya, pemerintah tak luput dari kebutuhan atas dana yang berkelanjutan. Menurut Abimanyu (2003) dalam Halim dan Damayanti (2007), struktur penerimaan yang sehat tercemin dari sumber penerimaan yang stabil, mudah diprediksi, adil dalam

pembebanannya, serta tidak disortif dalam pengenaannya, dan sektor yang paling sesuai dengan kriteria tersebut adalah sektor pajak. Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah digantikan dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan otonomi daerah. Pemberlakuan otonomi daerah tersebut mengharuskan pemerintah kabupaten/kota untuk mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan mempunyai wewenang serta tanggung jawab melaksanakan kepentingan masyarakat karena pemberian otonomi dimaksudkan atas perimbangan bahwa daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya. Dengan adanya pemberlakuan tersebut, setiap daerah diberikan tugas dan wewenang untuk bertanggung jawab mengurus kegiatan pemerintah, salah satunya adalah mengurus sumber penerimaan yang diperoleh melalui sektor pajak. Seluruh daerah di Indonesia telah mengalami pemberlakuan otonomi daerah tersebut dan salah satunya adalah daerah Kota Mataram. Kota Mataram yang merupakan salah satu Kabupaten Kota di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan merupakan ibukota pemerintahannya, memberikan tugas pelaksanaan mengelola pendapatan kota Mataram khususnya pendapatan yang diperoleh melalui sektor pajak pada Dinas Pendapatan Kota Mataram (DIPENDA).

Berdasarkan Peraturan Walikota Mataram Nomor 31 Tahun 2013 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Mataram, DIPENDA mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. DIPENDA sebagai pelaksana pengelolaan dan pemungutan pajak daerah berperan sebagai koordinator pendapatan asli daerah dan pemungut pajak daerah Kota Mataram. Pajak daerah menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah dalam meningkatkan dan membantu kesejahteraan rakyat, sehingga DIPENDA dituntut untuk meningkatkan dan menggali potensi sumber pendapatan daerah, dalam hal ini yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) yaitu pajak daerah dengan sebaikbaiknya. Dalam melaksanakan tugasnya, DIPENDA dituntut untuk menjalankan fungsinya dengan baik sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam tujuan dan sasaran organisasi. DIPENDA wajib menerapkan sistem pengendalian internal (SPI) guna membantu menjalankan peranannya dengan baik agar pengelolaan pajak dapat dilakukan dengan cermat, tepat, dan sesuai dengan peraturanperaturan yang telah ditetapkan. Sistem pengendalian internal didefinisikan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia yang disingkat IAPI yang dikutip oleh Agoes (2012) yang menyatakan bahwa pengendalian internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas-yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan

tujuan berikut ini: (a) keandalan laporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Keharusan dalam membangun dan menjalankan sistem pengendalian internal dalam DIPENDA didasarkan pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, dalam pasal 59 ayat (1) dan (2) tentang Perbendaharaan Negara yang menyebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, presiden selaku kepala pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern tersebut yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya, didukung oleh Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah pasal 33 ayat (1) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan dan kinerja sebagaimana diatur dalam pemerintah ini, setiap entitas pelaporan dan akuntansi wajib menyelenggarakan sistem pengendalian intern sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait. Perundang-undangan yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern dalam pemerintah adalah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Peraturan ini secara tegas mewajibkan setiap instansi pemerintah untuk membangun dan menerapkan SPIP agar dapat mencegah timbulnya kegagalan dan ketidakefisienan dalam mencapai tujuan organisasi. Pada kenyataannya, pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh DIPENDA tidak lepas dari kekurangan. Hal ini dibuktikan dengan hasil temuan pemeriksa, yakni Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Inspektorat yang

menyebutkan beberapa masalah pengelolaan piutang yang masih dianggap kurang berjalan dengan efektif, seperti tunggakan pajak yang belum tertagih, tunggakan pajak yang belum ditindaklanjuti, penetapan penghapusan piutang yang belum selesai diproses, dan pengelolaan piutang pajak yang belum memadai. Pengelolaan piutang yang belum atau kurang efektif akan berpengaruh pada keakurasian data dan nilai piutang daerah yang tersaji dalam neraca, sehingga menyebabkan laporan keuangan pemerintah daerah belum dapat diandalkan. Selain itu, siklus pendanaan untuk kegiatan operasional dapat berjalan efektif apabila klaim atas piutang dapat terselesaikan melalui penerimaan kas. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka diperlukan evaluasi pada DIPENDA yang dimaksudkan untuk mengurangi kekurangan dalam pelaksanaan pengelolaan piutang, yaitu piutang pajak daerah. Langkah yang dapat dilakukan sebagai solusi dalam masalah tersebut adalah penerapan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) yang efektif dan diharapkan dapat memperbaiki pengelolaan piutang DIPENDA untuk kedepannya. Berlandaskan pemikiran tersebut, peneliti mencoba melakukan evaluasi efektifitas sistem pengendalian intern pemerintah terhadap pengelolaan piutang pada Dinas Pendapatan Kota Mataram.

1.2. Rumusan Masalah Pengelolaan piutang merupakan salah satu komponen yang penting untuk mewujudkan laporan keuangan yang baik dalam meningkatkan kualitas pertanggungjawaban pemerintah daerah dikarenakan adanya piutang pemerintah daerah akibat pengalihan kewenangan pengelolaan pajak ke daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dengan adanya sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) yang efektif, maka pengelolaan piutang diharapkan dapat berjalan dengan optimal sehingga penagihan dapat dilaksanakan dengan baik untuk meminimalkan kemungkinan piutang macet, bahkan tidak tertagih. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Mataram (DIPENDA) agar mendapatkan informasi mengenai sejauh mana SPIP DIPENDA dalam mengelola piutang yang dilaksanakannya telah dijalankan secara efektif. 1.3. Batasan Masalah Dalam memperjelas dan memudahkan dalam menyusun pembahasan pokok pikiran pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah yang diangkat dalam penelitian. Objek penelitian dilakukan pada Dinas Pendapatan Kota Mataram (DIPENDA). Penelitian ini hanya membahas mengenai evaluasi efektifitas sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) terhadap pengelolaan piutang yang dijalankan oleh DIPENDA. Alasan peneliti membatasi lingkup penelitian karena waktu penelitian yang terbatas, namun tidak mengurangi tingkat keefektifan data yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

1.4. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah desain sistem pengendalian intern pemerintah yang disusun pada Dinas Pendapatan Kota Mataram (DIPENDA) sudah memadai, sesuai dengan panduan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah? 2. Apakah penerapan sistem pengendalian intern pemerintah pada Dinas Pendapatan Kota Mataram (DIPENDA) sudah berjalan dengan efektif? 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh gambaran dan pemahaman mengenai desain sistem pengendalian intern pemerintah yang memadai pada Dinas Pendapatan Kota Mataram (DIPENDA), khususnya dalam mengelola piutang. 2. Menilai, menganalisis, serta memberikan rekomendasi yang diperlukan terhadap keefektifan fungsi sistem pengendalian intern pemerintah pada Dinas Pendapatan Kota Mataram (DIPENDA), khususnya dalam pengelolaan piutang.

1.6. Motivasi Penelitian Motivasi dalam melaksanakan penelitian ini adalah untuk membantu Dinas Pendapatan Kota Mataram (DIPENDA) menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah secara efektif sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dalam mengelola piutang. 1.7. Kontribusi Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihakpihak di bawah ini: 1. Kontribusi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membantu Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kota Mataram dalam menyumbangkan pemikiran berupa saran dan rekomendasi terkait penerapan sistem pengendalian intern pemerintah yang baik, khususnya dalam pengelolaan piutang. 2. Kontribusi Keilmuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan penelitian dan tambahan masukan kepada peneliti-peneliti lainnya, khususnya yang bagi peneliti yang ingin mendalami masalah yang sama.

1.8. Proses Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Tahap awal penelitian ini adalah memperoleh permasalahan yang ada dalam objek penelitian melalui hasil evaluasi Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Kota Mataram tahun 2011 sampai dengan 2015. Proses penelitian selanjutnya diuraikan dalam bentuk pertanyaan penelitian dengan menggunakan latar belakang sebagai penjelasan awal. Pertanyaan penelitian akan dijawab melalui wawancara dan kuesioner oleh responden dari Dinas Pendapatan Kota Mataram (DIPENDA) yang memiliki wewenang dan keterkaitan dengan penelitian. Setelah latar belakang dan pertanyaan penelitian ditentukan, maka tujuan penelitian dapat diuraikan dan diikuti dengan metode penelitian yang digunakan. Secara singkat, proses atau tahapan penelitian dalam tesis ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Proses Penelitian 2. Tujuan Penelitian 3. Pondasi Teoritikal Penelitian 1. Pertanyaan Penelitian 4. Metode Penelitian 5. Temuan dan Analisis Sumber: Pedoman Umum Penulisan Tesis Maksi FEB UGM 2014

1.9. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini disajikan dalam 7 (tujuh) bab, sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan deskripsi latar belakang penelitian yang dijadikan dasar bagi peneliti dalam merumuskan permasalahan dan pertanyaan penelitian. Bab ini juga menjelaskan batasan, tujuan, motivasi, kontribusi, dan proses penelitian. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian sebagai kerangka berpikir untuk dijadikan acuan dasar dalam melakukan analisa dan pembahasan permasalahan kasus, serta penelitian terdahulu. BAB 3 LATAR BELAKANG KONTEKSTUAL PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan secara deskriptif mengenai objek penelitian, aplikasi teori dan konsep guna mendapatkan pemahaman spesifik mengenai karakteristik objek penelitian terkait dengan perspektif teori dan konsep yang digunakan dalam bab sebelumnya. BAB 4 RANCANGAN PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai pengambilan data dan analisis data, yang meliputi jenis penelitian, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, teknik dan analisis pengumpulan data, teknik analisis data, dan penyusunan kesimpulan.

BAB 5 PEMAPARAN TEMUAN INVESTIGASI KASUS Bab ini berisi uraian hasil penelitian berupa temuan-temuan dalam investigasi yang menggambarkan fakta-fakta untuk menjawab pertanyaan penelitian. BAB 6 ANALISIS DAN HASIL INVESTIGASI KASUS Bab ini memuat pembahasan analisis temuan yang dilakukan mengenai permasalahan yang ditemukan pada bab sebelumnya dengan mengikuti teknik analisis penelitian yang digunakan. BAB 7 KESIMPULAN, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan atas penelitian yang dilakukan, keterbatasan pada penelitian, dan rekomendasi atas hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan sehingga dapat menjadi solusi bagi objek penelitian.