BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia. tahun 1945 menyatakan bahwa, salah satu tujuan Negara Republik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

PENGELOLAAN SUMBER DANA PENDIDIKAN DASAR. (Studi Situs SDN Todanan 1) TESIS

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

PENGELOLAAN SEKOLAH BERDASARKAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) (Studi Kasus Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Cepu) TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia

Bandar Lampung, Desember 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Lamandau ( ) 1

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. terkecuali, Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang Dasar Republik. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR PENGELOLAAN SMP

akan memberikan seseorang keterampilan hidup (life skill) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan oleh sebab itu setiap Warga Negara Indonesia berhak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proposional. Pemberian kewenangan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. masuh belum cukupnya kualitas SDM yang menangani pembangunan. Disamping kualitas SDM, kualitas jenjang pendidikan di Dinas-dinas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang diterjemahkan sebagai kesejahteraan hidup. Secara ekonomi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. acuan dari kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perlu ditingkatkan, di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan human investment. Semakin baik pendidikan. sebuah Negara, semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

BAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi tanpa batas, kemajuan iptek serta aplikasinya terhadap

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

Pendidikan berperan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dari berbagai aspek baik pendidikan formal maupun non formal.

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

ABSTRAKSI PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2004

LEMBARAN DAERAH NOMOR 31 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

Standar Nasional Pendidikan

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

I. PENDAHULUAN. perioritas bagi Negara Indonesia dalam pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa, salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama dan gender. Pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki ketrampilan hidup (life skills), sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila (Yamin, 2009: 34). Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah masih rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Menurut Edward Sallis (2011: 21), salah satu tantangan penting yang dihadapi sekolah, perguruan tinggi maupun universitas adalah bagaimana mengelola sebuah mutu. 1

2 Secara internasional pada umumnya ada dua hal yang dijadikan indikator kualitas pendidikan pada suatu negara, yaitu human development index (HDI) dan hasil dari programme for international student assessment (PISA). Pengukuran terhadap HDI disponsori oleh United Nations Development Program (UNDP) yang mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu (1) hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran, (2) pengetahuan, yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa dan kombinasi pendidikan dasar dan menengah, atau gross enrollment ratio, dan (3) standar kehidupan yang layak diukur dengan gross domestic product per kapita. Pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan terutama berada pada satuan/program pendidikan. Penyelenggaraan satuan/program pendidikan berkewajiban menyediakan dan memberikan bantuan dalam pemenuhan standar. Pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat juga memiliki tanggung jawab untuk melakukan supervisi, pengawasan, evaluasi, fasilitas, saran, arahan, dan/atau bimbingan kepada satuan/program pendidikan. (Nanang Fatah, 2012: 1). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), strategi dasar kebijakan pendidikan mencakup empat aspek yaitu: pemerataan

3 kesempatan untuk memperoleh pendidikan, relevansi pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, dan efisiensi pendidikan. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah telah menetapkan Standar Nasional Pendidikan (SNP), dengan meluncurkan berbagai program peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu juga diluncurkan berbagai program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, yang antara lain dengan adanya program pelatihan, workshop, sampai program PLPG Sertifikasi guru, dosen dan pengawas pendidikan. Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan performansi (kinerja) sekolah dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan, baik tujuan nasional maupun lokal institusional. Keberhasilan pencapaian tersebut akan tampak dari beberapa faktor sebagai indikator kinerja yang berhasil dicapai oleh sekolah. (Rohiat, 2008: 31). Sasaran utama peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kualitas sekolah, melalui pemenuhan Standar Nasional pendidikan (SNP), karena sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mengelola sumber daya manusia. Lembaga ini memiliki pengaruh yang sangat hebat terhadap kondisi perkembangan manusia. Dapat dikatakan bahwa sekolah memiliki fungsi dan kekuatan mental serta moral dalam mengemban kemandirian profesionalisme sumber daya manusia.

4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pasal 3 : Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sedangkan Pasal 4 berbunyi : Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Mengenai pembiayaan pendidikan, terdapat perubahan yang mendasar dalam pengelolaannya, sebelum masa reformasi pembiayaan pendidikan dilakukan secara sentralisasi, setelah era reformasi, pembiayaan pendidikan dilakukan secara desentralisasi. Hal tersebut sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, bab XIII Pendanaan Pendidikan, pada bagian keempat tentang Pengalokasian Dana Pendidikan. Pasal 49 ayat (1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Juga sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 74 Tahun 2008 tentang Guru. Dunia pendidikan begitu luas sebagaimana kehidupan sosial kultural, permasalahan yang ada tidak mungkin bisa diatasi hanya dengan satu

5 pendekatan. Ia bersifat multidimensional, oleh karenanya pemecahan masalah pendidikan di daerah haruslah bersifat lintas bidang keilmuan. Potensi dari berbagai bidang keilmuan diperlukan untuk berfikir bersama dan bekerja bersama-sama secara sinergik untuk meningkatkan mutu pendidikan. (Yetty Sarjono, 2011: 62). Pemerintah melalui kementerian terkait dalam hal ini Kemendikbud, dengan dukungan Kemenpan, Kemendagri, dan masih banyak lagi yang lain, membuat terobosan-terobosan baru guna meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sebagaimana upaya peningkatan kualitas pendidikan oleh pemerintah yang terus menerus berlangsung, seperti penyediaan buku bahan ajar bagi para siswa, penyediaan fasilitas belajar di kelas, peningkatan pertumbuhan jabatan guru melalui pendidikan dan pelatihan, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan sebagainya adalah bagian dari upaya memperbaiki pembelajaran. (Syaiful Sagala, 2011: vi-vii). Salah satu program yang sedang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional adalah program Sekolah Standar Nasional (SSN). Program ini penyelenggaraan dan pendanaan selain yang langsung dari pusat (APBN), juga ada yang berasal dari dana daerah (APBD Provinsi), sedangkan untuk Kabupaten/Kota sampai saat ini kelihatannya belum sampai menyentuh program SSN. Program SSN bukan hanya untuk sekolah

6 negeri dan swasta di perkotaan, tetapi sudah mencapai sekolah-sekolah di pedesaan. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tentang Kewenangan Pusat dan Daerah, yang diperbaharui dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah mendorong perubahan besar pada sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia. Dalam undang-undang tersebut banyak sektor yang diserahkan pengelolaannya ke pemerintah daerah, salah satu sektor yang didekonsentrasikan adalah sektor pendidikan, sementara pemerintah pusat sebatas menyusun acuan dan standar yang bersifat nasional. Walaupun pengelolaan pendidikan menjadi wewenang kabupaten/kota, tetapi pengelolaan tersebut harus mengacu pada standar yang ditetapkan secara nasional. Sekolah Standar Nasional (SSN) merupakan sekolah potensial yang mendapatkan program dan dana dari pemerintah selama 3 tahun, setelah itu diusahakan secara mandiri untuk selalu berusaha meningkatkan standar pendidikannya ke tingkat yang lebih baik, menuju sekolah unggulan di daerahnya masing-masing. Dari program SSN yang telah diluncurkan oleh pemerintah, ternyata hanya sedikit sekolah yang mampu untuk meningkatkan kualitas pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu menjadi sekolah unggulan, hal ini disebabkan beratnya persyaratan yang harus dipenuhi. Banyak sekolah yang

7 mendapatkan dana SSN, tetapi setelah 3 tahun berjalan sesuai program SSN dari pemerintah (bantuan dana SSN hanya untuk 3 tahun), sekolah tersebut akan berhenti di tempat, tidak mampu menjadi sekolah unggulan dengan SNP Plus, atau bahkan tidak mampu menjadi SSN Mandiri. Untuk itu penulis mencoba meneliti bagaimana pengelolaan Sekolah Standar Nasional (SSN) untuk meningkatkan kualitasnya dalam rangka menuju standar sekolah yang lebih tinggi, yaitu sekolah unggulan, dengan mengambil situs di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Ngadirojo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Mengapa melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Ngadirojo? Karena peneliti mengganggap sekolah ini mempunyai kriteria yang cukup berkaitan permasalahan yang akan diteliti. Kriteria tersebut antara lain, sekolah ini merupakan sekolah tertua di wilayah kabupaten Pacitan bagian timur (eks kawedanan Lorok) mempunyai, sarana prasarana yang paling lengkap dibanding 4 sekolah negeri lainnya di wilayah kecamatan Ngadirojo, sekolah dengan prestasi terbaik di kecamatan Ngadirojo baik akademik maupun non akademik, dan satu-satunya SMP di wilayah timur Kabupaten Pacitan yang sedang berusaha untuk menuju sekolah unggulan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka fokus penelitian ini adalah : Bagaimana pengelolaan Sekolah Standar

8 Nasional (SSN) di SMP Negeri 1 Ngadirojo Kabupaten Pacitan, dalam menuju sekolah unggulan. Dari fokus penelitian tersebut, maka sub fokus penelitiannya sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengelolaan Sekolah Standar Nasional SMP Negeri 1 Ngadirojo Kabupaten Pacitan? 2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan untuk menuju sekolah unggulan SMP Negeri 1 Ngadirojo Kabupaten Pacitan? C. Tujuan Penelitian Seiring dengan fokus dan sub fokus penelitian di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan pengelolaan Sekolah Standar Nasional SMP Negeri 1 Ngadirojo Kabupaten Pacitan. 2. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan untuk menuju sekolah unggulan SMP Negeri 1 Ngadirojo Kabupaten Pacitan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, selain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu mendukung program pemerintah, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan nasional secara umum,

9 khususnya meningkatkan kualitas pendidikan di SMP Negeri 1 Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Pelaksana program SSN di sekolah, dalam hal ini kepala sekolah, guru, tenaga pendidik dan kependidikan, serta komite sekolah, sebagai bahan instropeksi diri, apakah program yang dilaksanakan sudah sesuai dengan standar atau belum. b. Bagi para pemangku kebijakan, khususnya pemerintah melalui dinas terkait, sebagai bahan masukan apakah program SSN yang telah dilaksanakan oleh sekolah sudah sesuai dengan yang diinginkan pemerintah, yang nantinya sebagai bahan tindak lanjut dalam membuat kebijakan selanjutnya, serta dapat dipergunakan sebagai acuan untuk peningkatan mutu pendidikan nasional secara umum, dan khususnya di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). c. Bagi peneliti, penelitian ini bisa sebagai bahan meningkatkan kemampuan dalam ilmu penelitian, sehingga akan sangat berguna untuk penelitian selanjutnya. d. Bagi para pemerhati pendidikan, bisa digunakan untuk rujukan dalam memberikan masukan bagi kemajuan dunia pendidikan.