BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Samryn (2011:30) secara umum laporan keuangan meliputi ikhtisarikhtisar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB II LANDASAN TEORI. bahwa Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUTAKA. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan manufaktur. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investasi (Kasmir, 2012:114). Profitabilitas adalah kemampuaan perusahaan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring bertambah dewasanya perusahaan, mereka harus dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sementara itu, pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010:5)

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:849) pengaruh adalah daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

MEET 05 FOR E LEARNING ANALISA RASIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spradley (1980) dalam Sugiyono (2012; 244) menyatakan bahwa:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Didalam penelitian ini, adapun teori teori yang mendukung atas judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Menurut Samryn (2011:30) secara umum laporan keuangan meliputi ikhtisarikhtisar yang menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas serta perubahan ekuitas sebuah organisasi dalam satu periode waktu tertentu. Tiap ikhtisar tersebut dibuat dalam satu format sendiri secara terpisah ikhtisar posisi keuangan tercermin dalam laporan keuangan yang disebut neraca. Laporan ini mengikhtisarkan status atau posisi sumber daya pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan modal/ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Setiap laporan keuangan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Fahmi (2013:2) mengungkapkan pengertian laporan keuangan sebagai berikut: Suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. 10

11 Menurut Bambang Riyanto (2012:327): Laporan Finansiil (Financial Statement), memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansiil suatu perusahaan, dimana Neraca (Balance Sheets) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan Rugi dan Laba (Income Statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu, biasanya meliputi periode satu tahun. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan, hasil usaha yang dicapai, arus kas dan perubahan ekuitas yang dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan suatu perusahaan dalam satu periode waktu tertentu 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan secara umum adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Kasmir (2012:10), tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. 2.1.3 Kegunaan Laporan Keuangan Menurut Fahmi (2013:4) sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Bahwa laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-

12 pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sehingga laporan keuangan memegang peranan yang luas dan mempunyai suatu posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. 2.1.4 Pihak-pihak yang Berkepentingan terhadap Laporan Keuangan Suatu Perusahaan Menurut Fahmi (2013:15) ada beberapa pihak yang selama ini dianggap memiliki kepentingn terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, yaitu: 1. Kreditur Kreditur adalah pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk uang (money), barang (goods), maupun dalam bentuk jasa (service). Pada saat pihak debitur mengajukan permohonan untuk meminjam sejumlah dana kepada kreditur, maka sudah menjadi kewajiban bagi pihak kreditur untuk melakukan pengecekan terhadap laporan keuangan pihak debitur. Karena dengan melihat dan meneliti setiap laporan keuangan tersebut pihak kreditur akan dapat memberikan sebuah rekomendasi apakah usulan untuk pinjaman tersebut layak untuk direalisasikan dan jika layak berapa angka yang harus direalisasikan. Karena bagi pihak kreditur ini menyangkut dengan kemampuan dari pihak debitur untuk mampu mengembalikan pinjaman tersebut tepat pada waktunya

13 2. Investor Seorang investor berkewajiban untuk mengetahui secara dalam kondisi perusahaan dimana ia akan berinvestasi atau pada saat ia sudah berinvestasi, karena dengan memahami laporan keuangan perusahaan tersebut artinya ia akan mengetahui berbagai informasi keuangan perusahaan. Investor menginginkan dana yang diinvestasikannya itu selalu berada dalam keadaan aman dan terus berkembang. Karena jika kondisinya sebaliknya yaitu perusahaan tersebut sudah mulai menunjukkan tanda bermasalah maka akan lebih baik jika investor memindahkan dana yang dimilikinya. 3. Akuntan Publik Akuntan publik adalah mereka yang ditugaskan untuk melakukan audit pada sebuah perusahaan. Dan yang menjadi bahan audit seorang akuntan public adalah laporan keuangan perusahaan, untuk selanjutnya pada hasil audit akan melaporkan dan memberikan penilaian dalam bentuk rekomendasi. Bagi sebuah perusahaan yang akan go public, tanggung jawab seorang auditor menjadi lebih berat karena dengan penilaiannya sebuah perusahaan bisa atau tidak dinyatakan laporan keuangannya memenuhi syarat untuk go public. 4. Karyawan Perusahaan Karyawan merupakan mereka yang terlibat secara penuh di suatu perusahaan. Posisi perusahaan yang tergambarkan dalam laporan keuangan menjadi bahan kajian bagi para karyawan dalam memosisikan keputusan ke depan nantinya.

14 Misalnya, jika ternyata kondisi perusahaan telah menunjukkan tanda-tanda financial distress (kesulitan keuangan) dan bahkan cenderung menuju pailit maka tindakan antisipasi dengan pindah atau siap-siap untuk mencari pekerjaan di tempat lain adalah sebuah solusi konstruktif yang bisa dilakukan. 5. Bapepam Bapepam adalah Bahan Pengawas Pasar Modal. Bagi suatu perusahaan yang akan go public maka perusahaan tersebut berkewajiban untuk memperlihatkan laporan keuangannya kepada Bapepam dalam hal ini PT Bursa Efek Indonesia. Bapepam bertugas untuk mengamati dan mengawasi setiap kondisi perusahaan yang go public tersebut, termasuk berkewajiban untuk tidak menerima atau mengeluarkan perusahaan yang dianggap sudah tidak layak lagi untuk go public. 6. Pemerintah Pusat Pemerintah pusat adalah dengan segala perangkat yang dimilikinya telah menjadikan laporan keuangan perusahaan sebagai data fundamental acuan untuk melihat perkembangan pada berbagai sektor bisnis. Juga harus disadari bahwa terbentuknya angka-angka pada laporan keuangan tidak bisa dipungkiri dari regulasi dan deregulasi yang telah

15 2.2 Rasio Keuangan 2.2.1 Pengertian Rasio Keuangan Menurut Irawati (2006:22) rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisikondisi keuangan suatu perusahaan pada satu periode tertentu, ataupun hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan membandingkan 2 buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba rugi. Dengan kata lain rasio-rasio keuangan dihitung berdasarkan pada angka-angka yang berasal dari: 1. Neraca 2. Laporan Laba Rugi 3. Neraca dan Laporan Laba Rugi 2.2.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan Menurut Martono dan Harjito (2010:53) secara garis besar ada 4 rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Keempat jenis rasio dijelaskan sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas (liquidity ratio), yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

16 memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. 2. Rasio Leverage (leverage ratio), yaitu rasio yang digunakan sebagai alat ukur sampai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau seberapa jauh perusahaan dibiayai dengan hutang atau seberapa jauh perusahaan menggunakan hutangnya untuk jangka panjang 3. Rasio Aktivitas (activity ratio), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. 4. Rasio Profitabilitas (profitability ratio) atau rentabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dari penggunaan modalnya. 2.3 Rasio Aktivitas 2.3.1 Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Harahap (2009:308), mengungkapkan pengertian rasio aktivitas sebagai berikut: Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya.

17 Menurut Munawir (2007:240), mengungkapkan pengertian rasio aktivitas sebagai berikut: Rasio Aktivitas, yaitu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan pihutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki. Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas merupakan rasio yang menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen aset. 2.3.2 Modal Kerja 2.3.2.1 Pengertian Modal Kerja Dalam operasinya perusahaan selalu membutuhkan dana harian misalnya untuk membeli bahan mentah, membayar gaji karyawan, membayar rekening listrik, membayar biaya transportasi, membayar hutang dan sebagainya. Dana yang dialokasikan tersebut diharapkan akan diterima kembali dari hasil penjualan produk yang dihasilkan dalam waktu yang tidak lama (kurang dari satu tahun). Uang yang

18 diterima tersebut dipergunakan lagi untuk kegiatan operasi perusahaan selanjutnya, dan seterusnya dana tersebut berputar selama perusahaan masih beroperasi. Dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari disebut modal kerja (working capital) (Martono dan Harjito, 2010:72). Menurut Sutrisno (2009:39) menyatakan bahwa: Modal kerja adalah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan. Karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang dan pembayaran lainnya disebut modal kerja. Sedangkan menurut Irawati (2006:89) menyatakan bahwa: Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar atau current asset. Current asset yaitu kekayaan perusahaan yang secara fisik bentuknya berubah dalam suatu kegiatan proses produksi yang habis dalam satu kali pemakaian dan dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai kembali dalam jangka pendek yaitu kurang dari 1 tahun. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah unsur aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan untuk membiayai aktivitas atau kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. 2.3.2.2 Konsep Modal Kerja Menurut Riyanto (2001:57) modal kerja dapat dibagi berdasarkan tiga konsep yang terdiri dari:

19 1. Konsep Kuantitatif Konsep ini menggambarkan keseluruhan (jumlah) dari aset lancar, dimana aset lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula dalam jangka waktu pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aset lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor (gross working capital). 2. Konsep Kualitatif Merupakan selisih antara aset lancar diatas hutang lancar, atau merupakan sebagian dari aset lancar yang benar-benar dapat dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditas atau sering juga disebut sebagai modal kerja bersih (net working capital). 3. Konsep Fungsional Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, semua dana tersebut tidak hanya digunakan untuk menghasilkan laba dalam jangka waktu yang pendek (current income) tetapi juga digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang (future income).

20 2.3.2.3 Penentuan Besarnya Modal Kerja Menurut Ridwan dan Inge (2002:157-158), besarnya modal kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan tergantung pada beberapa hal, yaitu: 1. Besarnya Kecilnya Skala Usaha Perusahaan Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil. Hal ini terjadi karena beberapa alasan. Perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para langganan dapat sangat mempengaruhi unsur-unsur modal kerja lainngnya seperti kas dan persediaan. 2. Aktivitas Perusahaan Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan. 3. Volume Penjualan Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerja pun akan meningkat demikian pula sebaliknya.

21 4. Perkembangan Teknologi Kemajuan tekonologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai, selain itu akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula bila tidak diimbangi dengan pertambahan penjualan yang besar. 5. Sikap Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Likuiditas Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecendrungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi yang dilakukan dan risiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup. 2.3.2.4 Jenis Modal Kerja Menurut Sutrisno (2012:41) kebutuhan modal kerja dari waktu ke waktu dalam satu periode belum tentu sama, hal ini disebabkan oleh berubah-ubahnya proyeksi volume produksi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Perubahan itu sendiri kemungkinan disebabkan adanya permintaan yang tidak sama dari waktu ke waktu, seperti adanya permintaan disebabkan musiman. Oleh karena itu kebutuhan

22 modal kerja juga bisa mengalami perubahan. Modal kerja bisa dikelompokkan ke dalam dua jenis sebagai berikut: 1. Modal Kerja Permanen a) Modal Kerja Primer Modal kerja minimal yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi. b) Modal Kerja Normal Modal kerja yang harus ada agar perusahaan bisa beroperasi dengan tingkat produksi normal. Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang sebesar kapasitas normal perusahaan. 2. Modal Kerja Variabel Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan. Modal kerja variabel terdiri dari: a) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) Sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan, misalnya perusahaan biskuit harus menyediakan modal kerja lebih besar pada saat musim hari raya. b) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) Modal kerja yang jumlahnya kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi konjungtur.

23 c) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) Modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang terjadi di luar kemampuan perusahaan. 2.3.2.5 Sumber Modal Kerja Menurut Kasmir (2012:257) pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan berasal dari: 1. Hasil operasi perusahaan Adalah pendapatan atau laba yang diperoleh pada periode tertentu. 2. Keuntungan penjualan surat-surat berharga Adalah selisih antara harga beli dengan harga jual surat berharga tersebut. 3. Penjualan saham Adalah perusahaan melepas sejumlah saham yang dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak. 4. Penjualan aktiva Adalah yang dijual yaitu aktiva tetap yang kurang produktif atau masih menganggur. 5. Penjualan obligasi Adalah perusahaan mengeluarkan sejumlah obligasi untuk dijual kepada pihak lainnya. 6. Memperoleh pinjaman

24 Adalah pinjaman dari pihak kreditor (bank atau lembaga lain). 2.3.2.6 Manfaat Modal Kerja Apabila dihubungkan antara modal kerja dengan kegiatan sehari-hari perusahaan, maka keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Apabila modal kerja yang tersedia dalam jumlah yang cukup dalam arti dapat membiayai kebutuhan sehari-hari maka hal tersebut akan sangat menguntungkan perusahaan karena memungkinkan perusahaan beroperasi secara ekonomis dan dapat segera mengatasi kesulitan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan, tetapi apabila modal kerja tersedia dalam jumlah yang berlebihan akan merugikan perusahaan karena menunjukkan dana yang tidak produktif. Menurut S. Munawir (2007:116) menjelaskan beberapa manfaat yang diperoleh apabila modal kerja tercukupi di dalam perusahaan yaitu sebagai berikut: 1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai aktiva lancar. 2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya. 3. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumennya. 4. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.

25 5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien kerena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan. 2.3.2.7 Menentukan Kebutuhan Modal Kerja Menurut Martono dan Harjito (2010:78-80) besarnya modal kerja baik yang bersifat permanen maupun variabel perlu ditentukan dengan baik agar efektif dan efisien. Penggunaan modal kerja yang tidak direncanakan dengan baik mengakibatkan modal kerja yang ada tidak digunakan sesuai dengan kebijakan yang ada. Untuk menentukan kebutuhan modal kerja dapat digunakan 2 metode, yaitu: 1. Metode Keterikatan Dana 2. Metode Perputaran Modal Kerja 2.3.3 Perputaran Modal Kerja 2.3.3.1 Pengertian Perputaran Modal Kerja Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aset lancar dikurangi utang lancar.

26 Menurut Sawir (2009:16) perputaran modal kerja merupakan: Rasio untuk mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aset lancar terhadap kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Menurut Riyanto (2001:61) modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau semakin tinggi tingkat perputarannya (turnover rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Menurut Riyanto (2001:61) perputaran modal kerja dapat dirumuskan sebagai berikut: Perputaran Modal Kerja Penjualan Modal Kerja Penjualan Aset Lancar - Utang Lancar

27 2.4 Rasio Likuiditas 2.4.1 Pengertian Rasio Likuiditas Menurut Samryn (2011:412) mengungkapkan pengertian rasio likuiditas sebagai berikut: Suatu perbandingan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menutupi utang-utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar. Menurut Fahmi (2013:174) mengungkapkan pengertian rasio likuiditas sebagai berikut: Gambaran kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara lancar dan tepat waktu sehingga likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian ini ukuran rasio likuiditas menggunakan current ratio. Menurut Fahmi (2013:121-129) rasio likuiditas dapat diukur dengan: 1. Current Ratio 2. Quick Ratio (Acit Test Ratio) 3. Net Working Capital Ratio

28 4. Cash Flow Liquidity Ratio 2.4.2 Current Ratio ratio yaitu: Menurut Martono dan Harjito (2010:55) mengungkapkan pengertian current Perbandingan antara aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities). Menurut Fahmi (2013:121) mengungkapkan rasio lancar (current ratio) yaitu: Ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo. Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Menurut Fahmi (2013:121) rumus untuk menghitung current ratio adalah: Current Ratio = Aktiva Lancar Kewajiban Lancar

29 2.5 Rasio Profitabilitas 2.5.1 Pengertian Rasio Profitabilitas Menurut Fahmi (2013:135) mengungkapkan pengertian rasio profitabilitas sebagai berikut: Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Sedangkan menurut Sudana (2011): Profitability ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan seperti aktiva, modal atau penjualan perusahaan. Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam meningkatkan laba. Dalam penelitian ini ukuran rasio profotabilitas menggunakan return on assets (ROA). Menurut Martono dan Harjito (2010:59), jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah: 1. Gross Profit Margin 2. Net Profit Margin 3. Return on Investment (ROI) 4. Return on Equity (ROE)

30 5. Return on Asset (ROA) atau Rentabilitas Ekonomis 2.5.2 Return on Asset (ROA) Menurut Prastowo dan Julianty (2002:86) menyatakan bahwa: Rasio Return on Asset (ROA) mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2010:61) menyatakan bahwa: Return on asset (ROA) juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT. Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa return on asset adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Martono dan Harjito (2010:61) rumus untuk menghitung return on asset (ROA): Return on Asset = Laba Usaha atau EBIT Total Assets 2.6 Kerangka Pemikiran 2.6.1 Hubungan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Riyanto (2001: 335), menyatakan bahwa Working capital turnover merupakan kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam satu periode siklus kas dari

31 perusahaan. Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Demikian pula sebaliknya jika perputaran modal kerja yang tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan, perputaran piutang atau saldo kas yang terlalu kecil. Adanya tingkat working capital turnover yang tinggi menunjukkan kesempatan bertumbuhnya profitabilitas perusahaan yang tinggi pada masa mendatang. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bagus dkk (2016) yang menyatakan bahwa perputaran modal kerja memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas. 2.6.2 Hubungan Likuiditas terhadap Profitabilitas Rasio likuiditas merupakan suatu perbandingan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menutupi utang-utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar (Samryn 2011:412). Tingkat likuiditas sangat penting bagi jalannya perusahaan karena posisi likuiditas selain menggambarkan kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya, juga menunjukan kemampuan perusahaan dalam menyelenggarakan kegiatan produksinya. Perusahaan yang tidak mampu untuk membayar hutang jangka pendeknya disebut illikuid. Apabila perusahaan dalam keadaan kurang likuid akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk mendapatkan laba. Menurut Horne dan Wachowicz

32 (2009:68) likuiditas perusahaan berbanding terbalik dengan profitabilitas. Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba semakin rendah. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tania (2014) yang menyatakan bahwa likuiditas (CR) memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA). 2.6.3 Hubungan Perputaran Modal Kerja dan Likuiditas terhadap Profitabilitas Menurut Sartono (2001:120), menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannnya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan menggunakan rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Horne dan Wachowicz (2009:254), menyatakan bahwa profitabilitas dapat dicapai jika perusahaan efisien dalam menggunakan modal kerjanya begitupun dengan tingkat likuiditas perusahaan. Perputaran modal kerja menurut Riyanto (2001: 335), merupakan kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam satu periode siklus kas dari perusahaan. Menurut Husnan (2002:98), bahwa semakin pendek periode perputaran modal kerja, semakin cepat perputarannya sehingga perputaran modal kerja semakin tinggi dan perusahaan semakin efisien yang pada akhirnya profitabilitas semakin meningkat. Dengan adanya tingkat perputaran modal kerja yang tinggi menunjukkan kesempatan bertumbuhnya profitabilitas perusahaan yang tinggi pada masa mendatang.

33 Likuiditas mempunyai hubungan yang cukup erat dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba (profitabilitas), karena likuiditas menunjukkan tingkat ketersediaan modal kerja yang dibutuhkan dalam aktivitas operasional. Semakin besar rasio ini semakin besar pula likuiditas perusahaan. Horne dan Wachowicz (2009:68), menyatakan bahwa likuiditas perusahaan berbanding terbalik dengan profitabilitas. Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba semakin rendah. Penjelasan mengenai pengaruh perputaran modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas dapat dilihat secara singkat melalui kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran berupa gambar skema untuk lebih menjelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Gambar 2.1 adalah kerangka dari penelitian mengenai pengaruh perputaran modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas. Perputaran Modal Kerja (X 1 ) Riyanto (2001:61) Likuiditas (CR) (X 2 ) Profitabilitas (ROA) (Y) Martono dan Harjito (2010:61) Fahmi (2013:121-129) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

34 Keterangan: Variabel X = Perputaran Modal Kerja (X 1 = Turnover) Likuiditas (X 2 = CR) Variabel Y = Profitabilitas (Y = ROA) = Pengaruh Secara Parsial = Pengaruh Secara Simultan Paradigma Penelitian Gambar 2.1 menunjukkan perputaran modal kerja dan likuiditas (current ratio) sebagai variabel independen dimana perputaran modal kerja dan likuiditas (current ratio) dapat memberikan hubungan positif dan negatif terhadap profitabilitas sebagai variabel dependen. 2.7 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti No (Tahun) 1 Amdani dan Desnerita (2015) 2 Nike Ismiati, Zarah Puspitaningtyas dan Ika Sisbintari (2013) Judul Variabel Hasil Pengaruh Struktur Modal dan Working Capital Turnover terhadap Profitabilitas (Studi Empiris pada Pembayar Pajak Perusahaan yang di Periksa oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Pusat) Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang X 1= Struktur Modal X 2= Working Capital Turnover Y = Profitabilitas X= Perputaran Modal Kerja Y= Profitabilitas Perputaran modal kerja (NWCTO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Perputaran modal kerja berpengaruh negatif terhadap profitabilitas

35 3 Novita Sari Putri H, Ervita Sarfitri dan Trisnadi Wijaya 3 Tania Iskandar, Emrinaldi Nur DP, dan Edfan Darlis (2014) 4 Bagus Mangdahita Sariyana, Fridayana Yudiaatmaja, I Wayan Suwendra (2016) Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012) Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Perputaran Modal Kerja dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas di Perusahaan Industri dan Chemical di Bursa Efek Indonesia Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Studi pada Perusahaan Food and Beverages) 6 Hantono (2016) Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Sektor Logam dan Sejenisnya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 X 1 = Leverage X 2 = Ukuran Perusahaan X 3 = Perputaran Modal Kerja X 4 = Likuiditas Y= Profitabilitas X 1= Perputaran Modal Kerja X 2= Struktur Modal X 3= Likuiditas Y = Profitabilitas X 1= Perputaran Modal Kerja X 2= Likuiditas Y = Profitabilitas X 1 = Current Ratio X 2 = Debt to Equity Ratio Y = Profitabilitas Perputaran modal kerja (working capital turnover) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Likuiditas (CR) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA). (1) Perputaran modal kerja memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas (2) Likuiditas memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap profitabilitas current ratio berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

36 2.8 Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2012:84) dalam penelitian, hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Berdasarkan kerangka penelitian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Secara Parsial H 1: Terdapat pengaruh dari perputaran modal kerja terhadap profitabilitas (ROA). H 2 : Terdapat pengaruh dari likuiditas terhadap profitabilitas (ROA). 2. Secara Simultan H 3: Terdapat pengaruh dari perputaran modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas.