PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI

dokumen-dokumen yang mirip
PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi pertanian dan juga maupun dari segala industri yang lainya. Julukan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB I PENDAHULUAN. secara luas di hampir setiap sektor industri. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

PERBAIKAN KONDISI KERJA PELEBURAN PADUAN PERUNGGU MENINGKATKAN KINERJA PERAJIN GAMELAN BALI DI DESA TIHINGAN KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Agar terciptanya lingkungan yang aman, sehat dan bebas dari. pencemaaran lingkungan (Tresnaniangsih, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS. keselamatan kerja yaitu : (1) lingkungan kerja, (2) pekerjaan, dan (3) manajemen

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Vesta (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMERIKSAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

N. P. Wida Pangestika 1, N.P. Ariastuti 2. Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, 80232, Indonesia, ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak buah yang dikelilingi oleh garis pantai

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hotel memegang peranan penting dalam industri pariwisata karena

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran serta polusi. Pada tahun 2013 industri tekstil di Indonesia menduduki

PENGARUH PAPARAN POLUSI UDARA DAN KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP FUNGSI PARU PADA SOPIR BUS DI TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Arsih, Ratna Dian Kurniawati, Inggrid Dirgahayu ABSTRAK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

Transkripsi:

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI Pekerja Batu padas adalah pekerjaan yang beresiko terkena polusi udara akibat paparan debu hasil olahan batu padas. serpihan batu padas yang menyerupai karang dapat menjadi debu yang dapat dihirup oleh para pekerja yang memungkinkan timbulnya gangguan fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi gangguan fungsi paru yang dialami oleh pekerja batu padas di Silakarang Gianyar. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif cross-sectional. Data yang digunakan merupakan data primer yakni data yang didapat melalui pengukuran langsung menggunakan alat ukur fungsi paru yakni spirometri. Sampel penelitian merupakan pekera batu padas yang telah bekerja minimal 1 tahun, bekerja di daerah Silakarang Gianyar, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 20 sampai 55 tahun. Dari 47 sampel yang diukur, didapatkan dari golongan umur sebagian besar berusia 41-55 tahun yakni sebanyak 24 orang (51%), dari status perkawinan hampir seluruh sampel yakni sebanyak 45 orang (96%) sudah menikah. Dari lama kerja paling banyak ditemukan yang bekerja lebih dari 15 tahun yakni sebanyak 30 orang (64%) dan dari riwayat merokok sebagian besar sampel yakni sebanyak 30 orang (64%) memiliki riwayat merokok. Simpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa gangguan fungsi paru yang paling banyak ditemukan yaitu gangguan fungsi paru restriktif. Didistribusikan berdasarkan indeks massa tubuh didapatkan gangguan fungsi paru terbanyak pada pekerja batu padas dengan berat badan normal. Dilihat dari riwayat merokok, paling banyak ditemukan pada pekerja batu padas dengan riwayat merokok. Dilihat dari lama kerja, pekera batu padas dengan lama lebih dari 15 tahun ditemukan paling banyak. Dilihat dari faktor usia, gangguan fungsi paru ditemukan paling banyak pada kategori usia 41 hingga 55 tahun. Kata kunci: fungsi paru, spirometri, restriktif, debu v

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Manfaat Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5 2.1. Anatomi Sistem Pernapasan...6 2.2. Fisiologi Sistem Pernapasan....8 2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas fungsi paru..10 2.4. Gangguan Fungsi Paru....12 2.5. Penurunan Fungsi Paru oleh kualitas udara...13 2.5.1 Mekanisme terjadinya penurunan fungsi paru akibat terpapar Debu...13 2.5.2. Mekanisme Penimbunan debu dalam jaringan paru..14 vi

2.5.3. Faktor yang mempengaruhi terjadinya pengendapan partikel debu di paru...14 2.6. Pemeriksaan Kapasitas Fungsi Paru...15 2.7. Spirometer...17 C. BAB III. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir....20 3.2. Kerangka Konsep......21 D. BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian..........22 4.1.1. Desain Penelitian...22 4.1.2. Waktu Penelitian.22 4.1.3. Tempat Penelitian...22 4.2. Subjek dan Sampel.....22 4.2.1 Variabilitas Populasi....22 4.2.2 Kriteria Subjek....22 4.3. Penentuan Besar Sampel dan Teknik Penentuan Sampel...23 4.3.1 Penentuan Besar Sampel.23 4.3.2 Teknik Penentuan Sampel.24 4.4. Variabel..24 4.4.1 Identifikasi Variabel..24 4.4.2 Klasifikasi Variabel 24 4.4.3 Definisi Operasional...24 4.5. Bahan dan Instrumen Penelitian..25 4.6. Protokol Penelitian...25 4.6.1 Tahap Persiapan..25 4.6.2 Tahap Pelaksanaan..25 4.7. Analisis Data.26 4.8. Kelemahan Penelitian...26 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 16 5.1 Hasil Penelitian... 16 vii

5.2 Gambaran Karakteristik Subjek... 18 5.3 Gambaran Faktor Resiko pada Gangguan Fungsi Paru... 23 BAB VI PENUTUP... 25 6.1 Simpulan... 25 6.2 Kelemahan... 25 6.3 Saran... 26 DAFTAR PUSTAKA... 27 LAMPIRAN 29 viii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Karakteristik Penilaian Fungsi Paru... 16 Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik Subjek... 18 Tabel 5.2 Gambarn Indeks Massa Tubuh terhadap fungsi paru... 19 Tabel 5.3 Gambaran Riwayat Merokok terhadap fungsi paru... 23 Tabel 5.4 Gambaran Lama Kerja Terhadap fungsi paru... 23 Tabel 5.5 Gambaran Usia terhadap fungsi paru... 24 ix

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan...12 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...20 x

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Ethical Clearance... 29 Lampiran 2. Informed Consent... 30 Lampiran 3. Formulir Data Subjek dan Kuesioner Nordic Body Map... 31 Lampiran 4. Kuesioner REBA... 32 Lampiran 5. Data Penelitian... 33 Lampiran 6. Data SPSS Grand Score REBA dan Karakteristik Subjek... 35 xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, Indonesia ditantang untuk menjadi Negara maju sehingga jumlah tenaga kerja di sektor industri akan bertambah sejalan dengan pertambahan jaman. Khususnya Bali merupakan salah satu tujuan wisata yang kini menjadi tempat pariwisata yang terkenal di dunia. Bali memiliki banyak objek wisata, pemandangan alam yang menawan, pantai yang indah serta budaya yang begitu khas dan beraneka ragam. Setiap tahun banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Bali. Meningkatnya jumlah wisatawan di Bali dari tahun ketahun memacu pergerakan di bidang industri untuk meningkatkan sumber daya manusia demi kepuasan dan kenyamanan para wisatawan. Sumber daya manusia yang dibutuhkan pun meningkat, khususnya di bidang industri seperti pekerja batu,pekerja kayu dan sebagainya. Konsekuensi permasalahan infrastruktur juga semakin kompleks, termasuk masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia, perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, maupun kesehatan kerjanya. Upaya perlindungan tenaga kerja perlu diterapkan karena berhubungan kesehatan tenaga kerja. (Harrianto, 2008). Pengelolaan lingkungan kerja dapat mendukung pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja sehingga terselenggara). Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga xii

kerja adalah bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja (Suma mur, 2009). Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh kemajuan industri adalah menurunnya kesehatan pekerja diakibatkan berbagai penyakit akibat kerja dan kondisi lingkungan tempat kerja. ILO (International Labour Organisation) mengemukakan penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan sebesar 34% adalah penyakit kanker, 25% kecelakaan, 21 % penyakit saluran pernapasan, 15 % penyakit kardiovaskuler, dan 5 % disebabkan oleh faktor yang lain. ( Harrianto, 2008). Penyakit saluran pernapasan akibat kerja, sesuai dengan hasil riset The Surveillance of Work Related and Occupational Respiratory Disease (SWORD) yang dilakukan di Inggris ditemukan 3300 kasus baru penyakit paru yang berhubungan dengan pekerjaan Salah satu jenis pekerjaan yang dapat menimbulkan risiko terkena penurunan fungsi paru adalah pekerja batu yang masa kerjanya sebagian dihabiskan di proyek kerja yang dikelilingi oleh pegunungan penuh bebatuan yang akan diolah dengan cara dipecah dan dipotong yang dapat menjadi partikel udara yang dihirup dan dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya yang di satu pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan di pihak lain. Hal ini sering menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat mengganggu fungsi paru (Suma mur, 2009).. Kapasitas fungsi paru merupakan kesanggupan atau kemampuan paru untuk atau dalam menampung udara di dalamnya (Syaifuddin,2012). Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kapasitas fungsi paru antara lain Umur, Jenis Kelamin, Kondisi Kesehatan, Riwayat penyakit, Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan xiii

Merokok dan kebiasaan olah raga. Dengan mengetahui apakah ada gangguan kapasitas fungsi paru, dapat mengidentifikasi gangguan pernafasan sebelum untuk bekerja untuk menentukan penyakit secara dini dan memperbaiki perjalanan penyakit. Kapasitas Fungsi paru bias diukur dengan menggunakan peralatan relative sederhana yaitu seperti spirometer (Guyton,2006) Faktor perilaku yang tidak sehat merupakan risiko tinggi untuk terpaparnya suatu penyakit. Hal inipun disebabkan oleh perilaku yang tidak baik dalam pola kerja Pada waktu bekerja pekerja batu ini ada yang tidak menggunakan pelindung diri khususnya pelindung pernafasan seperti masker untuk melindungi dari paparan debu. Keadaan lingkungan kerja yang diamati menjadi kesimpulan bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai prevalensi penderita gangguan fungsi paru pada pekerja batu. Industri batu padas umumnya merupakan industri informal. Industri informal biasanya dikelola oleh masyarakat dengan teknologi yang masih sederhana, tanpa banyak tersentuh oleh peraturan perundangan, sehingga segala peraturan yang berkaitan dengan perlindungan kesehatan dan keselamatan terhadap tenaga kerja serta masyarakat sekitarnya kurang mendapat perhatian. Dimana pekerja batu padas bekerja dengan memotong dan memecah batu padas menggunakan martil dan gergaji batu yang membuat serpihan batu padas yang menyerupai karang dapat menjadi debu yang dapat dihirup oleh para pekerja Hasil wawancara peneliti dengan beberapa warga yang tinggal disekitar industri batu padas ternyata warga tersebut mengalami keluhan debu seperti bersin dan batuk. Hal tersebut dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan terjadinya penyakit saluran pernapasan sebagai akibat penimbunan debu dalam paru pekerja. xiv

Apabila kondisi ini dibiarkan dimungkinkan penyakit akibat kerja semakin meningkat sehingga perlu dilaksanakan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan di lingkungan berdebu telah menimbulkan gangguan fungsi paru. Hal ini sebagai upaya pencegahan yang bertujuan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja. Dan Peneliti memilih industri pekerja batu padas di Silakarang, Gianyar Bali 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam karya tulis ini adalah: 1. Berapa prevalensi penderita gangguan fungsi paru pada pekerja batu padas di Silakarang, Gianyar, Bali 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan karya tulis ini adalah: 1. Untuk mengetahui prevalensi penderita gangguan fungsi paru pada pekerja batu padas di Silakarang, Gianyar, Bali 1.4 Manfaat Penelitian 1 Bagi peneliti menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang infrastruktur, kesehatan dan keselamatan kerja serta sebagai pengalaman dan pembelajaran. 2. Bagi perusahaan infrastruktur dapat memperoleh gambaran mengenai fungsi paru pada pekerja dan bagi perusahaan infrastruktur dapat xv

melakukan program peningkatan upaya keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja. 3. Bagi instansi kesehatan sebagai bahan masukan dalam pembinaan keselamatan kerja kepada pengelola perusahaan industri 4. Mengetahui gangguan fungsi paru dengan profesi pekerja batu padas xvi