I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA CV WAHYU MAKMUR SEJAHTERA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. menempati posisi penting dalam memberikan kontribusi bagi perekonomian

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara agraris yang sangat kaya dengan hasil bumi, baik yang dilakukan di area

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya pada bidang usaha. Indonesia sedang melakukan terobosan baru

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN. dengan ketersediaan lahan sawah yang mencapai 8,1 juta ha, lahan tegal/kebun

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian yang masih perlu untuk dikembangkan karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara. Selain itu, komoditas pertanian dapat dikembangkan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Sektor pertanian yang perlu untuk diperhatikan serta dikembangkan adalah pada sub sektor hortikultur yang terdiri dari sayur sayuran, buah buahan, tanaman bunga, tanaman hias dan tanaman obat (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008). Tanaman hortikultura dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu sayuran, buah, tanaman hias dan obat-obatan. Kontribusi untuk tanaman hortikultura bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB). Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2007-2009 (Milyar Rp) No Komoditas Tahun 2007 2008 2009 1 Sayuran 25.587 28.205 30.506 2 Buah-buahan 42.362 47.060 48.437 3 Tanaman Hias 4.741 5.085 5.494 4 Obat-obatan 4.105 3.853 3.897 Total 76.795 84.202 88.334 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2012) Pada Tabel 1 dapat dilihat perkembangan PDB komoditas hortikultura Indonesia yang menunjukkan perkembangan positif pada beberapa komoditi terutama pada komoditas sayuran. Komoditas sayuran pada tahun 2007 sebesar 25.587 milyar rupiah mengalami peningkatan sebesar 10,23 persen. Kemudian, pada tahun 2008 sebesar 28.205 milyar rupiah terjadi peningkatan sebesar 8,15 persen menjadi 30.506 milyar rupiah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada komoditas sayuran merupakan salah satu usaha subsektor 1

hortikultura yang dapat memajukan pembangunan ekonomi Indonesia serta menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap usaha komoditi sayuran. Pada Subsektor hortikultura, salah satu komoditi sayuran yang mengalami perkembangan yang meningkat adalah jamur. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan konsumsi dan produksi terhadap jamur di Indonesia yang sebagian besar mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari data konsumsi dan produksi jamur di Indonesia. Berdasarkan data pada Tabel 2 pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan. Tabel 2. Konsumsi dan Produksi Jamur di Indonesia Tahun 2008 2010 No Tahun Konsumsi (ton) Laju Pertumbuhan (%) Produksi (ton) Laju Pertumbuhan (%) 1 2008 45.151-61.349-2 2009 47.528 5,2 38.465-37 3 2010 62.281 10 61.370 59 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2012) Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa tingkat konsumsi jamur pada tahun 2008 sebesar 45.151 ton mengalami peningkatan hingga tahun 2009 sebesar 47.528 ton. Laju pertumbuhan pertahunnya sebesar 5,2 persen. Kemudian, pada tahun 2009 mengalami peningkatan hingga tahun 2010 sebesar 62.281 ton dengan laju pertumbuhan pertahunnya sebesar 10 persen. Pertumbuhan penduduk menjadi salah satu hal yang mempengaruhi prospek usaha jamur di Indonesia. Keadaan seperti ini dapat dijadikan sebagai peluang untuk mengembangkan usaha budidaya jamur. Perkembangan produksi jamur sendiri pada tahun 2008 sebesar 61.349 ton sempat mengalami penurunan hingga tahun 2009 menjadi 38.465 ton dengan laju pertumbuhan pertahunnya sebesar 37 persen. Namun, pada tahun 2009 mengalami peningkatan kembali sebesar 59 persen menjadi 61.370 ton.. Namun jika dilihat dari perkembangan antara konsumsi dan produksi jamur, jamur dapat dijadikan sebagai sebagai peluang dan potensi yang sangat baik untuk meningkatkan produksi jamur untuk memenuhi konsumsi terhadap jamur di Indonesia yang masih terbuka lebar. 2

Jamur memiliki kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan pembangunan untuk sektor pertanian, hal tersebut tidak terlepas dari kondisi volume impor jamur. Dimana volume impor pun dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Hortikultura jamur merupakan komoditas yang mampu memberikan kontribusi yang cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Volume Impor Jamur di Indonesia Tahun 2006 2010 No Tahun Volume Impor (ton) Laju Pertumbuhan (%) 1 2006 3.594-2 2007 3.370-6,23 3 2008 3.431 1,8 4 2009 4.081 18,9 5 2010 4.120 10 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2012) Berdasarkan Tabel 3 Perkembangan volume impor jamur pada tahun 2006 sebesar 3.594 ton mengalami mengalami penurunan sebesar 6,23 persen. Namun, perkembangan volume impor jamur pada tahun 2007 sebesar 3.370 ton meningkat sebesar 1,8 persen menjadi 3.341 ton pada tahun 2008. Kemudian, pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 18,9 persen menjadi 4.081 ton pada tahun 2009. Kemudian, pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan sebesar 10 persen menjadi 4.120 ton. Peningkatan volume impor jamur menunjukkan bahwa permintaan jamur di Indonesia cukup besar. Meskipun peningkatan volume impor terhadap jamur tidak terlalu besar namun hal tersebut dapat diartikan bahwa peluang pasar untuk industri jamur masih terbuka lebar. Jamur sebagai salah satu komoditi sayuran yang mulai dikenal oleh masyarakat merupakan bahan makanan nabati yang memiliki nilai gizi tinggi dan khasiat obat. Hal ini sudah dikenal di daratan Cina sejak 300 tahun yang lalu dan meluas ke beberapa negara lain di benua Asia, Eropa dan bahkan Amerika. Menurut penelitian ada sekitar 600 jenis jamur yang dapat di konsumsi. Berdasarkan 600 jenis tersebut, lebih dari 200 jenis telah di konsumsi manusia dan 100 jenis diantaranya telah dicoba dibudidayakan. 3

Berdasarkan jenis tumbuhnya, jamur digolongkan menjadi jamur dengan media jerami, media serbuk kayu dan media campuran (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011). Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jamur tiram dalam bahasa latin yang disebut Pleurotus ostreatus ini merupakan jamur yang dibudidayakan menggunakan substrat yang berbentuk serbuk kayu dan diinkubasi ke dalam kumbung. Jamur tiram tersebut dibudidayakan pada media serbuk dan dikemas di dalam kantong plastik. Jamur tiram sendiri memiliki beberapa keunggulan salah satunya yaitu dapat dibudidayakan dengan mudah dan juga dapat dilakukan sepanjang tahun. Pengembangan jamur tiram sendiri tidak memerlukan lahan yang luas. Masa produksi jamur tiram relatif lebih cepat sehingga periode dan waktu panen lebih singkat dan dapat berlanjut sepanjang tahun. Selain itu, limbah dari hasil budidaya jamur tiram tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk dijadikan pupuk kompos. Namun, jamur tiram sendiri memiliki kekurangan yaitu tidak dapat tahan lama setelah masa panen maka dari itu jamur tiram harus segera di distribusikan. Kandungan protein pada jamur tiram yang cukup tinggi mampu mensubstitusi protein hewani yang selama ini dinilai berpotensi menyebabkan penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, kolesterol dan sebagainya (Dirjen Hortikultura, 2006). Kandungan gizi yang yang terdapat dalam jamur tiram salah satunya adalah protein 27 persen, lemak 1,6 persen dan karbohidrat 58 persen. Kadar lemak jamur tiram yang lebih rendah dari daging yaitu sebesar 5,5 persen sehingga bagi orang-orang yang sedang melakukan diet, jamur tiram merupakan salah satu pilihan utama (Cahyana et al.,2002) Seiring perkembangan waktu, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan semakin meningkat, sehingga memiliki dampak yang positif terhadap perubahan pola konsumsi makanan dan minuman. Hal tersebut berdampak pada konsumsi jamur tiram sebagai makanan yang yang bebas kandungan kimia serta tidak membahayakan bagi kesehatan. Banyak menu makanan yang menggunakan jamur tiram putih sebagai bahan dasar utamanya. Rasanya yang mirip daging ayam ini, menjadi alternatif konsumsi kebanyakan 4

vegan (sebutan bagi vegetarian). Cita rasa khas jamur tiram putih inilah, membuatnya banyak dicari dan tentu berdampak pada peluang ekonomi. Jamur tiram putih, rasanya enak dan teksturnya lembut seperti daging ayam. Jamur tiram putih sangat baik bagi tubuh karena rendah kolesterol dan bisa membantu terapi penyembuhan penyakit, seperti asma atau kanker. Kebanyakan masyarakat mulai mengkonsumsi jamur tiram putih untuk digunakan pada menu sayuran. Namun, tak jarang jamur tiram putih banyak diolah kembali menjadi crispy, nugget, burger, kripik, krupuk, permen jeli hingga puding jamur (Nurjayadi, 2010). Semakin tingginya konsumsi jamur tiram putih dikalangan masyarakat dapat mempengaruhi permintaan. Dimana kebutuhan terhadap jamur tiram putih yang tinggi membuat permintaan masyarakat terhadap produksi jamur tiram putih semakin banyak. Pelaku usaha di Indonesia banyak memanfaatkan hal tersebut sebagai peluang usaha. Indonesia, Jepang, China, dan Taiwan merupakan negara penghasil jamur tiram putih dengan tingkat produksi terbanyak di dunia. Di Indonesia sendiri sentra penghasil jamur tiram putih dapat ditemui di beberapa daerah. Daerah penghasil jamur tiram putih di Indonesia masih didominasi oleh wilayah Jawa Barat seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Panen Jamur Tiram Putih Menurut Provinsi Tahun 2008-2009 No Provinsi Luas Panen (Ha) 2008 2009 1 Sumatera Barat 0,01 0,06 2 Jambi - 0,05 3 Sumatera Selatan 0,00 0,02 4 Lampung 0,71 0,79 5 Jawa Barat 234,49 291,79 6 Jawa Tengah 8,99 15,23 7 D.I.Yogyakarta 6,05 5,86 8 Bali 0,04 0,23 9 Kalimantan Tengah 0,03 0,04 10 Kalimantan Selatan 0,35 0,08 11 Kalimantan Timur 0,00 0,01 Total 636,61 699,25 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2012) Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa luas panen jamur tiram putih dari tahun 2008 sampai tahun 2009 sebagian besar mengalami peningkatan. Jawa 5

Barat memiliki luas panen paling besar di Indonesia. Hal ini dikarenakan Jawa Barat memiliki letak geografis dan kondisi agroklimat yang sesuai untuk membudidayakan jamur tiram putih (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009). Laju pertumbuhan di Jawa Barat sendiri meningkat sebesar 24,43 persen hal tersebut hal ini tidak terlepas dari sudah banyaknya masyarakat yang mengusahakan jamur di Pulau Jawa sehingga persaingan yang terjadi lebih ketat dalam menguasai pasar jika dibandingkan dengan wilayah lain yang memiliki petani jamur relatif tidak sebanyak di Jawa barat (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006). Jawa Barat sendiri memiliki beberapa sentra penghasil jamur tiram putih salah satunya yaitu di Kabupaten Bogor. Di Kabupaten Bogor terdapat sentra budidaya jamur tiram putih yaitu di daerah Gadog. Gadog sebagai lokasi budidaya jamur tiram memiliki ketinggian lebih dari 700 M di atas laut dan memiliki temprature ideal untuk pertumbuhan jamur tiram putih yaitu 13 14 0 celcius. Selain itu, lokasi wilayah tersebut diapit oleh beberapa bukit sehingga suhu udaranya menjadi lembab dan sejuk. Angin yang bertiup tidak terlalu kencang menjadikan hawa udaranya selalu bersih karena terletak di daerah kaki pegunungan serta air yang cukup berlimpah menjadikan Gadog tempat yang sangat strategis. CV Wahyu Makmur Sejahtera merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang budidaya jamur tiram putih yang terletak di Gadog. Perusahaan ini memiliki masalah dalam hal produksi jamur tiram putih. Dalam menjalankan usahanya masih terdapat keterbatasan untuk memanfaatkan peluang usaha yang ada. Keterbatasan tersebut berkaitan dengan kapasitas produksi yang belum dilakukan secara optimal sehingga perusahaan belum mampu memenuhi permintaan pelanggan serta manajemen perusahaan yang kurang baik. Hal tersebut menuntut perusahaan untuk mampu memanfaatkan peluang yang ada dan membutuhkan suatu alternatif strategi pengembangan usaha jamur tiram putih agar mampu memenuhi permintaan yang ada sehingga perusahaan dapat bertahan dan memperoleh keuntungan yang maksimal sesuai dengan tujuan perusahaan. 6

1.2 Perumusan Masalah CV Wahyu Makmur Sejahtera merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya jamur tiram putih yang berdiri pada Bulan Mei 2005. Tujuan didirikannya perusahaan ini adalah untuk mengembangkan usaha budidaya jamur tiram putih yang berorientasi keuntungan dan menyerap tenaga kerja yang berada disekitar lokasi perusahaan. Dalam memulai usahanya di bidang budidaya jamur tiram putih perusahaan ini menggunakan modal sendiri sebesar Rp 150.000.000 dan memiliki tenaga kerja sebanyak 19 orang pada lahan seluas 3000 m 2. Perusahaan ini memiliki 3 kumbung pertumbuhan yang masing-masing kubung berukuran 147 m², 154 m², dan 176 m² dengan masing masing kapasitas 30.000 baglog. Sampai saat ini CV Wahyu Makmur Sejahtera mampu memproduksi bahan baku sendiri yang di mulai pada tahun 2009 setelah sebelumnya menjalin kemitraan dengan pemasok bahan baku hingga akhirnya memutuskan untuk memproduksi bahan baku sendiri. Dalam menjalankan usahanya perusahaan masih menghadapi permasalahan yaitu kapasitas produksi perusahaan yang masih kurang sehingga membuat perusahaan belum mampu memenuhi permintaan yang ada. Tabel 5. Jumlah Produksi dan Permintaan Jamur Tiram Putih Bulan September 2011 September 2012 No. Bulan Produksi (kg) Permintaan (kg) 1 September 7.150 7.322 2 Oktober 6.321 6.800 3 November 6.823 7.038 4 Desember 6.725 7.424 5 Januari 7.014 7.225 6 Februari 6.078 7.042 7 Maret 6.156 6.846 8 April 6.700 6.724 9 Mei 6.750 6.800 10 Juni 6.896 7.903 11 Juli 6.721 8.537 12 Agustus 6.624 7.347 13 September 6.106 8.560 Total 86.064 95.568 Sumber : CV.Wahyu Makmur Sejahtera (2012) 7

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa hasil produksi jamur tiram putih dalam kurun waktu bulan September 2011 sampai September 2012 adalah sebesar 86.064 kg pertahun sementara permintaannya sebesar 95.568 kg pertahun. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan belum mampu memenuhi permintaan yang ada. Perusahaan mengalami kelebihan permintaan (gap) antara jumlah produksi dan permintaan jamur tiram putih. Hal tersebut tentunya berdampak terhadap keuntungan perusahaan. Perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan sedangkan pemesanan terus meningkat. Selain itu, gairah terhadap industri jamur tiram putih terus mengalami perkembangan, perrmintaan terhadap jamur tiram pun terus mengalami peningkatan. Dalam memulai usahanya CV Wahyu Makmur Sejahtera ini menggunakan modal yang berasal dari keuangan milik pribadi tanpa menggunakan pinjaman dari pihak luar. Pemilik perusahaan menggunakan seluruh modal awalnya untuk mendirikan usaha ini. Sehingga perusahaan mengalami keterbatasan modal dalam menjalankan usahanya. Hal tersebut menjadi salah satu kendala bagi perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi, pembelian mesin untuk proses produksi sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang ada. Manajemen perusahaan yang kurang tersusun dengan baik menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan kondisi perusahaan menjadi tidak stabil. Dimana dalam perusahaan ini banyak terjadi rangkap jabatan. Keseluruhan kondisi perusahaan dipegang oleh pemilik. Selain itu, pengelola perusahaan sendiri merangkap untuk mengelola kondisi keuangan, pemasaran, produksi dan administrasi. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan kurang mampu untuk mengkoordinasi perkembangan perusahaan. Kapasitas produksi yang masih kurang, sistem manajemen perusahaan yang masih lemah dan keterbatasan modal merupakan beberapa kendala yang dihadapi CV Wahyu Makmur Sejahtera. Permasalahan tersebut diharapkan dapat menemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya agar perusahaan mampu untuk bertahan untuk menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. 8

Berdasarkan hal tersebut, maka CV Wahyu Makmur Sejahtera harus melakukan langkah-langkah strategis guna mengatasi permasalahan yang ada dengan cara mengidentifikasi beberapa faktor internal dan eksternal perusahaan. Selain itu, merumuskan indikator kekuatan yang dapat dimanfaatkan unyuk megatasi kelemahan dan juga merumuskan peluang untuk mengurangi ancaman yang ada di lingkungan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi CV Wahyu Makmur Sejahtera dalam mengembangkan usahanya? 2. Alternatif strategi apa yang sesuai dan dapat dilakukan oleh perusahaan dalam pengembangan usahanya? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan yang mempengaruhi perusahaan CV Wahyu Makmur Sejahtera 2. Merumuskan alternatif dan menetapkan prioritas strategiyang sesuai untuk pengembangan usaha dari hasil analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut : 1. Sebagai saran atau masukan bagi CV Wahyu Makmur Sejahtera agar dapat mengembangkan usahanya untuk bertahan 2. Bagi mahasiswa dan perguruan tinggi, penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan dan sebagai bahan rujukan serta informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya. 9