BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, menengah, dan tahunan. Pemerintah telah menerbitkan Undang-undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004 mengenai SPPN pada tanggal 5 Oktober 2004. UU tersebut dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Pemerintah berusaha untuk menciptakan koordinasi antara pelaku pembangunan, menciptakan suatu integrasi dan sinkronisasi, serta sinergi antardaerah, antarruang, antarwaktu, dan antarfungsi pada pemerintahan pusat maupun daerah melalui UU SPPN tersebut. Harapan lainnya adalah agar dapat tercipta suatu konsistensi dan optimalisasi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan dalam proses perencanaan pembangunan (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, 2004). Hasil dari UU SPPN adalah proses perencanaan, baik di tingkat pusat dan daerah yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Pembangunan Tahunan (RKP). Pada tingkat pusat, perencanaan tersebut adalah RPJP Nasional (RPJPN), RPJM Nasional (RPJMN), RKP, Rencana Strategis Kementrian/Lembaga (Renstra K/L), dan Rencana Kerja Kementrian/Lembaga (Renja K/L). 1
Pada tingkat daerah, perencanaan tersebut adalah RPJP Daerah (RPJPD), RPJM Daerah (RPJMD), RKP Daerah (RKPD), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD). Skema perencanaan dan penganggaran berdasarkan UU SPPN disajikan pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. Skema Perencanaan dan Penganggaran Tingkat Pusat dan Daerah Sumber: Bappenas 2005 Perencanaan pembangunan nasional pada UU SPPN tersebut dijabarkan menjadi perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Pemda) sesuai dengan kewenangannya. Pada proses perencanaan di daerah, RPJPD memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJPN. RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJPM. RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu kepada RKP. 2
Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memiliki Renstra dan Renja. Renstra SKPD merupakan dokumen lima tahun yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD, serta berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif. Sedangkan, Renja SKPD merupakan dokumen satu tahun yang berpedoman pada Renstra SKPD, mengacu pada RKPD, serta memuat berbagai kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemda maupun yang dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat (Bappenas, 2013). Permasalahan penerapan UU SPPN adalah proses pemisahan pada tahap perencanaan dan penganggaran yang melibatkan K/L dan pelaksanaan perencanaan di tingkat pusat dan daerah (Bappenas, 2013). Perencanaan di daerah memiliki permasalahan utama pada sinkronisasi perencanaan pembangunan antara pusat dan daerah. Dampak sinkronisasi adalah pada proses perencanaan di SKPD yang merupakan tingkat birokrasi atau unit kerja terendah di Pemda. Permasalahan utama sinergi pusat dan daerah disajikan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Permasalahan Utama Sinergi antara Pusat dan Daerah No Permasalahan Faktor Penyebab Masalah 1 Perencanaan dan Penganggaran 2 Pengendalian dan Evaluasi 1. Kegiatan K/L yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan kegiatan SKPD yang dibiayai APBN belum sesuai. 2. Nomenklatur dari kodifikasi kegiatan K/L dengan biaya APBN dan SKPD dengan biaya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) belum seragam. Belum ada keterpaduan dalam pengendalian dan evaluasi antara K/L dan SKPD, sehingga terjadi duplikasi pengawasan dan keterlambatan laporan pelaksanaan. 3 Penataan Regulasi 1. Belum semua Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). 2. Peraturan perundang-undangan antar sektor, terkait penataan ruang yang kurang singkron. 3. Belum sinergi antara kebijakan pusat dan daerah untuk meningkatkan investasi sektor riil, baik Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Sumber: Bappenas 2013 3
Berdasarkan permasalahan utama tersebut, maka Penulis memilih salah satu SKPD untuk menjadi objek penelitian. SKPD yang dipilih adalah Badan Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa (BPPBJ) karena merupakan SKPD baru yang dibentuk dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi DKI Jakarta Nomor 12 Tahun 2014 mengenai Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Gubernur (Pergub) Provinsi DKI Jakarta Nomor 249 Tahun 2014 juga menyebutkan bahwa BPPBJ merupakan SKPD pelaksana pelayanan Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) pemerintah di lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (Pemprov DKI Jakarta). BPPBJ memiliki tugas untuk melaksanakan pembinaan, pengendalian, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan pelayanan proses PBJ oleh Unit Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa (UPPBJ), serta pelayanan PBJ tertentu. BPPBJ sebagai salah satu SKPD di Pemprov DKI Jakarta memiliki kewajiban untuk menyusun Renstra dan Renja. Renstra BPPBJ berpedoman pada RPJMD Provinsi DKI Jakarta dan Renja BPPBJ mengacu pada RKPD Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan ketentuan UU SPPN. Hal tersebut dipertegas dengan Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2013 mengenai RPJMD Tahun 2013-2017 Pasal 5 yang menyatakan bahwa RPJMD berfungsi sebagai pedoman dalam penyusunan RKPD, Renstra SKPD, Renja SKPD, serta dokumen perencanaan pembangunan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4
Setiap organisasi memerlukan perencanaan strategis untuk mencapai tujuannya, baik organisasi yang berorientasi laba maupun nirlaba atau organisasi publik. BPPBJ sebagai organisasi publik, diharapkan juga memiliki perencanaan strategis yang baik dalam menjalankan fungsi pelayanan ke masyarakat. Tantangan BPPBJ adalah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang merupakan bagian dari stakehoders. Bryson (2005) menyampaikan bahwa suatu tahapan dalam perencanaan strategis disebut sebagai The Strategy Change Cycle. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh John M. Bryson, model The Strategy Change Cycle telah terbukti efektif bagi banyak organisasi publik dan nirlaba. Model The Strategy Change Cycle menjelaskan beberapa langkah yang didesain oleh suatu organisasi untuk dapat mencapai mandat, memenuhi misi, dan menciptakan nilai publik. Tahapan tersebut meliputi: a. memprakarsai atau menginisiasi dan menyepakati proses perencanaan strategis; b. mengklarifikasi mandat organisasi; c. mengidentifikasi dan memahami stakeholders (pemangku kepentingan), serta mengembangkan dan memperbarui misi dan nilai di perusahaan; d. mengkaji lingkungan untuk mengenali Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan Challenges (Tantangan); e. mengidentifikasi dan menyusun kerangka isu strategis; f. merumuskan strategi untuk mengelola isu strategis; g. menelaah kembali dan mengadopsi rencana strategis; h. membangun sebuah visi keorganisasian yang efektif untuk masa depan; 5
i. membangun atau mengembangkan proses penerapan yang efektif; serta j. mengevaluasi strategi yang telah ditetapkan, termasuk proses perencanaan strategis yang telah dilakukan. Proses penyusunan Renstra BPPBJ di Provinsi DKI Jakarta dilakukan pada Tahun 2015 dan mulai diberlakukan pada Tahun 2016-2017. Renstra pertama yang dimiliki oleh BPPBJ hanya berlaku selama dua tahun karena BPPBJ baru dibentuk Desember 2014 dan Renstra BPPBJ mengacu pada RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017. Pada saat ini, BPPBJ sedang melakukan monitoring dan evaluasi Renstra BPPBJ Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016-2017 sebagai dasar untuk penyusunan Renstra BPPBJ Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2022. Renstra BPPBJ Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016-2017 berisi Gambaran Pelayanan Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa (ULP); Isu Strategis berdasarkan Tugas dan Fungsi; Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan; serta Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif di BPPBJ. Pada proses penyusunan Renstra, jika dibandingkan dengan perencanaan strategis model The Strategy Change Cycle yang disampaikan oleh Bryson (2005), maka terdapat beberapa perbedaan dalam identifikasi key stakeholders, analisis lingkungan internal dan eksternal, serta penentuan isu strategis. Berdasarkan hal tersebut, maka Penulis melakukan analisis perencanaan strategis BPPBJ yang berlaku dengan menggunakan model The Strategy Change Cycle. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan pada penyusunan Renstra BPPBJ Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2022. 6
1.2. Rumusan Masalah BPPBJ sebagai organisasi publik harus memiliki perencanaan strategis yang baik untuk memberikan pelayanan terbaik kepada stakeholders. Hasil proses perencanaan yang dilakukan oleh BPPBJ sebagai SKPD Pemprov DKI Jakarta adalah berbentuk Renstra Tahun 2016-2017. Renstra tersebut disusun sebagai pedoman bagi sumber daya aparatur BPPBJ untuk keseragaman pola pikir dan tindakan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, serta sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan kurun waktu Tahun 2016-2017. Renstra BPPBJ menggambarkan isu strategis, visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan kebijakan yang sesuai dengan Tugas, Pokok, dan Fungsi (Tupoksi) BPPBJ. Tantangan BPPBJ sebagai organisasi publik adalah perubahan kondisi internal dan eksternal yang cepat. Oleh karena itu, perencanaan strategis BPPBJ dituntut untuk dapat mengantisipasi dinamika perubahan kondisi tersebut. Model perencanaan strategis yang diajukan untuk memberikan masukan kepada BPPBJ adalah The Strategy Change Cycle dari Bryson. Model ini memberikan alternatif penyusunan perencanaan strategis untuk mengantisipasi dinamika yang terjadi. Hasil perumusan perencanaan strategis dapat menjadi masukan penyusunan Renstra BPPBJ Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2022. 1.3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana rumusan perencanaan strategi di BPPBJ Provinsi DKI Jakarta berdasarkan model The Strategy Change Cycle dari Bryson? 7
1.4. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk menghasilkan rumusan perencanaan strategis berdasarkan model The Strategy Change Cycle dari Bryson di BPPBJ Provinsi DKI Jakarta. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian bermanfaat untuk memberikan masukan kepada BPPBJ dalam melakukan penyusunan Renstra BPPBJ Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2022. 1.6. Lingkup Penelitian Lingkup penelitian adalah proses perencanaan strategis di BPPBJ Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016. Penulis menyusun perencanaan strategis berdasarkan model The Strategy Change Cycle dari Bryson di BPPBJ sesuai dengan situasi dan kondisi pada Tahun 2016. 1.7. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN Bab I berisi mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Lingkup Penelitian, dan Sistematika Penulisan. 8
BAB II. LANDASAN TEORI Bab II menjelaskan tentang Perencanaan Strategis (Pengertian Perencanaan Strategis, Manfaat Perencanaan Strategis, Perencanaan Strategis dan Perencanaan Jangka Panjang, Proses Perencanaan Strategis, Misi Organisasi, Visi Organisasi, dan Analisis SWOC); Kajian Penelitian Terdahulu; serta Kerangka Penelitian. BAB III: METODE PENELITIAN Bab III berisi Desain Penelitian, Metoda dan Instrumen Pengumpulan Data, Metoda Analisis Data, serta Profil Objek Penelitian. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV memuat hasil analisis dari data yang diperoleh melalui wawancara (interview) dan studi dokumentasi pada pembahasan rumusan Perencanaan Strategis di BPPBJ Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian berisi analisis terhadap Mandat, Key Stakeholders, Misi, Visi, Analisis SWOC, Identifikasi Isu Strategis, dan Strategi BPPBJ. BAB V: SIMPULAN Bab V berisi hasil analisis yang diuraikan dalam bentuk Simpulan dan Saran. 9