BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidodadi Ramunia dan Desa Baru

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Mengenal Tikus Sawah

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengendalian Hama Tikus Terpadu Tikus memiliki karakter biologi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

P R O F I L DESA DANUREJO

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIKAN HAMA PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

PENDAHULUAN. lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

DAFTAR GAMBAR Gambar 2. Areal Tanaman Padi Sawah di Desa Sei Beras Sekata Gambar 3. Areal Tanaman Padi Sawah di Desa Tanjung Selamat

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

Si Pengerat Musuh Petani Tebu..

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

III. METODE PENELITIAN. bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara.

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purbolinggo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Timur.

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Margoluwih memiliki luas

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab

METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidodadi Ramunia dan Desa Baru Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara dengan ketinggian 30m dpl mulai bulan Mei 2016 sampai Desember 2016. Bahan dan Alat Bahan yang dipakai adalah lahan sawah yang telah dipilih yaitu lahan sawah dengan padi jenis Ciherang yang berumur 30 hari. Desa yang menggunakan burung hantu yaitu Desa Sidodadi Ramunia dan Desa tanpa burung hantu yaitu Desa Baru. Masing-masing 5 petakan lahan, jarak kedua Desa sekitar 22 Km, kertas kuisioner yang telah diisi beberapa pertanyaan dan pernyataan sebagai sumber data sekunder yang akan dibagikan kepada anggota kelompok tani maupun petani yang merupakan responden. Alat yang dipakai antara lain pacak untuk memberi label petakan lahan, meteran sebagai alat ukur, timbangan untuk mengukur hasil produksi, kamera untuk dokumentasi. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode penentuan daerah penelitian ditetapkan dengan purposive sampling (sampling dengan maksud dan tujuan tertentu). Luas persawahan yang diamati masing-masing adalah5000 m 2. Total luas lahan keseluruhan 10.000 m 2. Pengambilan sampel untuk masingmasing desa dilakukan diagonal sampling sehingga terdapat 5 petakan lahan pada satu areal persawahan. Total petak lahan yaitu 10 petakan. Luas 1 petakan sampel 20m X 10 m = 200 m 2. Luas total 2000 m 2

Pelaksanaan Penelitian Survei Survei terhadap serangan tikus sawah dilakukan di lahan sawah rakyat di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin dan Desa Baru Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Disamping itu juga dilakukan pengisian kuisioner oleh petani (responden) mengenai persepsi petani terhadap pengendalian tikus sawah. Pengamatan pengendalian tikus sawah diperoleh dengan cara melihat langsung areal di lapangan dan melakukan wawancara terhadap petani. Analisis data Untuk menganalisis data yang di peroleh, digunakan metode dengan analisis kuantitatif korelasi.penelitian ini mencari sebab dan akibat dalam suatu gejala dan mencari hubungan diantara berbagai faktor. Variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain disebut variabel bebas (X). Variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya disebut variabel tidak bebas (Y). Pemeriksaan korelasi antara variabel dan variabel digunakan koefisien korelasi Rank Spearman`s dan dilakukan uji validitas dan reabilitas angket menggunakan analisis korelasi pearson dengan menggunakan program SPSS 22.0 Parameter pengamatan Jumlah sarang tikus aktif (lubang) Jumlah sarang tikus aktif dihitung dengan mengamati setiap sarang tikus di pematang sawah, dan menghitung sarang tikus yang aktif. Dilakukan 10 hari sekali (interval 10 hari).

Persentase serangan (dalam % rumpun / jumlah tanaman )(%) Persentase serangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus ISR = Tanaman terserang (rumpun ) X 100% T. terserang + T. tidak terserang Jarak tanam padi 25cm x 25cm, jumlah rumpun padi keseluruhan 3200 rumpun/petak lahan. Dilakukan 2 kali seminggu, interval 3 hari sampai panen. Produksi panen (Kw/Ha) Produksi panen diperoleh dari responden setelah panen. Persepsi Petani terhadap Pengendalian Tikus Sawah Dengan Memanfaatkan Burung Hantu Diambil dari hasil angket yang diberikan kepada responden yang telah ditentukan dari masing-masing desa. Responden untuk angket ini diambil dari petani Dusun Banjarnegoro Desa Sidodadi Ramunia dan Dusun IV Desa Baru. Untuk Dusun Banjarnegoro terdapat 28 petani padi dan untuk Dusun IV terdapat 32 petani padi. Sampel responden diambil secara refresentatif dengan Rumus Slovin (Sugiyono,2007) yaitu sebagai berikut : n = N 1 + Ne 2 Dengan n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = tingkat kesalahan Berdasarkan rumus tersebut,dan menggunakan tingkat presesi 90 % (tingkat kesalahan 10%) maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

n = 28 + 32 1+ 60 (0,10) 2 n = 38 Sehingga terdapat 19 responden untuk masing-masing desa. Korelasi Antara Jumlah Sarang Tikus Aktif dengan Persentase Serangan Tikus Sawah Untuk menganalisis korelasi antara sarang aktif dengan persentase serangan tikus sawah ditentukan 2 variabel yaitu jumlah sarang aktif sebagai variabel bebas (x) dan persentase serangan tikus sebagai variabel tidak bebas (y). Korelasi persepsi petani terhadap produksi panen Korelasi antara persepsi petani dalam pengendalian tikus sawah dengan menggunakan burung hantu terhadap produksi panen ditentukan oleh 2 variabel yaitu persepsi petani dalam pengendalian tikus sawah x dan produksi panen sebagai variabel tidak bebas y. Data persepsi petani terhadap pengendalian tikus sawah dengan menggunakan burung hantu di peroleh dari kuesioner di buat secara kuantitatif. dengan bobot nilai 1-3 dengan 3 alternatif jawaban, dimana keseluruhan jawaban terhadap kuisioner diklasifikasikan dalam 3 kategori sebagai berikut: Keterangan Bobot Nilai (a) Jawaban A berarti tinggi 3 (b) Jawaban B berarti sedang 2 (c) Jawaban C berarti rendah 1 (Samosir, 2013)

Koefisien korelasi sederhana dilambangkan (r) adalah suatu ukuran arah dan kekuatan hubungan linier antara dua variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), dengan ketentuan nilai r berkisar dari harga (-1 r +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna (menyatakan arah hubungan antara X dan Y adalah negatif dan sangat kuat), r = 0 artinya tidak ada korelasi, r = 1 berarti korelasinya sangat kuat dengan arah yang positif. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel 1. Tabel 1.Pedoman tabel interpretasi koefisien korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00-0,199 Sangat rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat kuat (Sumber: Sugiyono, 2007)

DESKRIPSI WILAYAH Desa Sidodadi Ramunia Letak geografis dan luas wilayah Desa Sidodadi Ramunia Desa Sidodadi Ramunia adalah sebuah desa di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Jarak ke ibukota kecamatan ± 1 km. Jarak ke ibukota kabupaten/kota ± 5 km. Desa Sidodadi Ramunia merupakan desa yang sebagian besar lahannya digunakan untuk lahan usahatani, terutama usaha tani padi. Desa Sidodadi Ramunia mempunyai total luas wilayah sebesar 779 Ha/m². Dengan rincian sebagai berikut : Tabel 2. Pembagian Luas Wilayah Desa Sidodadi Ramunia tahun 2015 No Keterangan Luas wilayah 1 Luas Pemukiman 267 2 LuasPersawahan 477 3 Luas Kuburan 3 4 Luas Pekarangan 60 5 Luas Prasaran umum lainnya 22 Sumber : Kantor kepala Desa tahun 2016 Batas-batas desa Sidodadi Ramunia dapat dilihat padatabel berikut : Tabel 3.Batas-Batas Desa Sidodadi Ramunia tahun 2015 No Keterangan Berbatasan 1 Sebelah Utara Desa Karang Anyar 2 sebelah Selatan Desa Kwala namu 3 Sebelah Timur Sungai Ular 4 Sebelah barat Desa Pasar V Kebun Kelapa Sumber : Kantor kepala Desa tahun 2016

Keadaan Potensi Areal Pertanian Tabel 4. Keadaan Potensi Areal Pertanian Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2015 No Keterangan Luas lahan 1 Sawah Irigasi Teknis 427 2 Tegal/ladang 24,38 3 Pemukiman 265,62 4 Lahan Kering/ Pekarangan 62 Sumber : Kantor kepala Desa tahun 2016 Keadaan Penduduk Jumlah Penduduk tahun 2010 di WKPP Sidodadi Ramunia berjumlah 11.521 orang. Mata pencaharian sebagai petani 1.435 orang, dan buruh tani sebanyak 634 orang, dengan petani pemilik sebanyak 5 orang. Masyarakat desa Sidodadi Ramunia mayoritasnya adalah sebagai petani dengan rincian yang dapat dilihat pada Tabel 5berikut : Tabel 5.Rincian Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2015 No Mata Pencaharian Jumlah (orang) 1 Petani 1.835 2 Buruh Tani 1.405 3 Buruh Migran 53 4 PNS 115 5 Pedagang 100 6 Peternak 32 7 Montir 100 8 Bidan/Perawat 32 9 Asisten Rumah Tangga 190 10 TNI/POLRI 38 11 Pengusaha 144 12 Jasa Pengobatan Alternatif 31 13 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 74 14 Karyawan 263 Sumber : Kantor kepala Desa tahun 2016

Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana Pertanian di Desa Sidodadi Ramunia dapat dilihat pada tabel 6 : Tabel 6.Sarana dan Prasarana Pertanian di Desa Sidodadi Ramunia NO Sarana Jumlah 1 Kios Saprodi Pertanian 3 2 Kilang Padi 3 3 Gapoktan 1 Sumber : Kantor kepala Desa tahun 2016 Tabel 6 menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh petani di desa Sidodadi Ramunia cukup memadai dibidang pertaniannya. Petani di Desa Sidodadi sudah menerapkan pola tanam Pangan- Pangan-Palawija sejak tahun 2012. Pengadaan Burung Hantu Pemanfaatan dan pengembangan tyto alba dalam pengendalian hama tikus pada areal persawahan dimulai ketika adanya kegiatan pengembangan musuh alami tikus di areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Deli Serdang oleh BBP2TP Sumut pada tahun 2012. Lokasi kegiatan tersebut berada di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Desa Perkebunan Ramunia, Kecamatan Pantai Labu, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Hasil kegiatan ini diantaranya ditemukan sarang alami burung hantu yaitu di atap gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan dan atap gedung bangunan yang sudah tidak dipakai di Sidodadi Ramunia. Burung hantu yang ditemukan sedang bertelur,bahkan ada yang sudah menetas. Pada tahun 2012 juga ditemukan rubuha yang sudah ditempati di 2 lokasi yaitu: Desa Sidodadi Ramunia (Bapak Sutiman) dan (Bapak Jumadi). Rubuha

yang dihuni burung hantu berada di atas pohon besar bertempat di belakang rumah Pak Sutiman dan berjarak sekitar 200m dari areal persawahan sehingga dilakukan kerja sama dengan BPTPH Sumut, untuk mengembangkan burung hantu dalam mengendaikan tikus di areal persawahan. Dilakukan penambahan rubuha, dan pada tahun 2013 rubuha yang ditempati ada 2 buah. Pengembangan burung hantu di Desa Sidodadi Ramunia dilakukan dengan pemindahan anakan yang berumur 3-4 bulan agar burung hantu cepat menempati rubuha. Tahun 2014 dilakukan lagi penambahan rubuhan sebanyak 6 buah. Dan pada tahun 2015 rubuha yang sudah dihuni ada 5 rubuha. Rubuha ditambahi sebanyak 3 buah yang dibuat pada tiang rubuha (tidak diatas pohon) dan dilakukan pembuatan tiang hinggap di tengah sawah yang berguna untuk tempat hinggap burung hantu saat keluar dari sarang dan mengintai mangsa. Dan pada tahun 2016 rubuha yang sudah ditempati burung hantu ada 7 rubuha yang masingmasing dihuni sepasang burung hantu yang telah aktif memangsa. Desa Baru Letak geografis dan luas wilayah Desa Baru Desa Baru adalah sebuah desa di Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Jarak ke ibukota kecamatan ± 3 km. Jarak ke ibukota kabupaten/kota ± 5 km. Luas wilayah Desa Baru 4,32 Km 2. Desa Baru merupakan desa yang 40% lahannya digunakan untuk lahan usaha tani, terutama usaha tani padi. Desa Baru memiliki suhu rata-rata berkisar 30ºC dengan curah hujan ratarata berkisar 200 mm/tahun.tanah di desa ini termasuk tanah jenis aluvial dengan tekstur umumnya lempung berpasir.

Desa Baru berada di Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Desa ini terletak 13 km dari Ibukota Kecamatan batang Kuis, 8 km dari Ibukota Kabupaten Deli Serdang dan sekitar 42 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Secara administratif Desa Baru mempunyai batas wilayah sebagai berikut : Tabel 7. Batas-Batas Desa Baru tahun 2015 No. Keterangan Berbatasan 1 Sebelah Utara Desa Paya Gambar 2 Sebelah Selatan Desa Tumpatan Nibung 3 Sebelah Timur Desa Beringin 4 Sebelah Barat Desa Tanjung Sari Sumber : Kantor kepala Desa tahun 2016 Keadaan Penduduk Desa Baru memiliki penduduk sejumlah 8.931 jiwa dan 1.408 rumah tangga, dan untuk Dusun IV terdapat 425 jiwa dengan 114 rumah tangga. Tata Guna Lahan Desa Baru mempunyai luas lahan 4,32 Km 2. Sebagian besar lahan digunakan sebagai lahan persawahan. Penggunaan lahan yang paling luas digunakan adalah untuk pertanian sawah, dan yang selebihnya digunakan untuk pertanian bukan sawah non pertanian dan pemukiman. Pola tanam yang dilakukan petani di desa ini adalah menanam padi sepanjang tahun. Sarana dan Prasarana Desa Baru juga memiliki beberapa sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 8

Tabel 8. Sarana Dan Prasarana Desa Baru 2015 No Sarana dan Prasarana Jumlah 1 Kios pupuk dan pestisida 1 2 Kilang padi 1 3 Koperasi 1 4 SD/ Sederajat 2 5 SMP/sederajat 2 6 TK 2 7 Puskesmas Pembantu 1 8 Posyandu 5 9 BKIA 1 10 BPU 1 11 Prasarana Irigasi 2 12 Balai Desa 1 Sumber : Kantor kepala Desa tahun 2016

Sarang Tikus Aktif (lubang) HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan burung hantu dalam mengendalikan tikus sawah menunjukkan hasil yang berbeda dibandingkan tanpa penggunaan burung hantu. Tabel 9 menunjukkan jumlah sarang tikus aktif di Desa Sidodadi Ramunia dan Desa Baru Kabupaten Deli Serdang. Tabel 9. Jumlah sarang tikus aktif (lubang) Waktu Pengamatan Desa Baru (Tanpa burung hantu) Sidodadi Ramunia ( Dengan burung hantu) I II III IV V Total Rataan I II III IV V Total Rataan 20 hst 2 4 3 3 4 16 3,2 0 0 0 0 0 0 0 30 hst 10 12 16 16 18 72 14,4 0 0 0 0 0 0 0 40 hst 12 16 14 18 16 76 15,2 0 0 0 0 0 0 0 50 hst 16 16 12 14 12 70 14 0 0 0 0 0 0 0 60 hst 12 12 13 10 12 59 11,8 0 0 0 0 0 0 0 70 hst 10 10 12 12 10 54 10,8 0 0 0 0 0 0 0 80 hst 8 7 6 8 8 37 7,4 0 0 0 0 0 0 0 90 hst 6 4 4 8 6 28 5,6 0 0 0 0 0 0 0 100 hst 6 4 4 4 3 21 4,2 0 0 0 0 0 0 0 Hasil pengamatan menunjukkan jumlah sarang tikus aktif tertinggi terdapat di Desa yang tidak menggunakan burung hantu yaitu pada lahan IV (40 hst) dan V (30hst) dengan jumlah sarang tikus aktif 18 lubang (Tabel 9). Data ini menunjukkan keberhasilan pengendalian tikus sawah menggunakan burung hantu di Desa Sidodadi Ramunia. Teknik pengendalian menggunakan perangkap yang dilakukan petani di Desa Baru dinilai sudah tidak efektif dalam mengendalikan tikus sawah. Menurut literatur Anggara et al, (2008) indera perasa tikus sawah sangat peka. Ini menyebabkan tikus dapat menilai makanan yang aman dan menolak makanan yang tidak disukainya (beracun). Deteksi juga dapat dilakukan

dengan menyentuhkan sensor peraba pada permukaan benda sehingga tikus dapat menentukan arah dan mengetahui ada tidaknya rintangan. Jumlah sarang tikus aktif tertinggi di Desa Baru didapati pada saat tanaman berumur 40hst yakni sebanyak 76hst dan berkurang 6 lubang pada 50hst. Perubahan jumlah sarang tikus aktif ini menunjukkan bahwa umur tanaman padi berpengaruh terhadap serangan tikus sawah. Berdasarkan penelitian Sudarmaji (2007) dinyatakan bahwa tingkat hunian tikus bervariasi tergantung kondisi lingkungan dan tidak semua sarang dihuni (aktif). Pada periode kekurangan pakan, sarang tikus akan ditinggalkan. Pada kondisi ketersediaan pakan padi yang melimpah, populasi tikus sawah akan meningkat. Hal ini disebabkan kecepatan kelahiran yang meningkat dengan ketersediaan pakan padi. Jumlah sarang tikus aktif (lubang) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3 4 5 Desa Baru Sidodadi Ramunia Lahan Pengamatan Gambar 5. Histogram jumlah sarang tikus aktif di Deli serdang Jumlah sarang tikus aktif terendah terdapat di Desa Sidodadi Ramunia yaitu 0 lubang. Data tersebut menunjukkan bahwa teknik pengendalian tikus sawah di Desa ini telah berhasil menekan populasi tikus yang ditandai dengan tidak ditemukannya sarang tikus aktif di lahan pengamatan. Pengendalian dengan manipulasi habitat yaitu membentuk pematang sawah dengan ukuran tinggi 15cm

dan lebar 20cm ternyata menyebabkan pematang sawah tersebut kurang disenangi tikus sawah untuk membangun sarang. Lam pada tahun 1983 menyebutkan bahwa tikus sawah pada umumnya menyukai habitat pematang sawah yang tinggi dan lebar. Pematang sawah yang dianjurkan dibuat rendah kira-kira tinggi kurang dari 30 cm, agar pematang tersebut tidak digunakan tikus bersarang dan berkembangbiak. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Sudarmaji, 2007) yang menjelaskan bahwa sanitasi dan manipulasi habitat akan menyebabkan tikus kehilangan tempat persembunyian sehingga secara tidak langsung menurunkan populasi tikus di daerah tersebut Jumlah sarang tikus aktif (lubang) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 Waktu pengamatan (hst) Gambar 6. Histogram jumlah sarang tikus aktif di Desa Baru

Persentase serangan (% ) Persentase serangan tikus sawah di lahan penelitian dilihat dari jumlah rumpun padi yang terserang tikus sawah. Persentase serangan tikus sawah di Desa Baru lebih tinggi dibandingkan di Desa Sidodadi Ramunia (tabel 10). Tabel 10. Persentase serangan tikus sawah di Deli Serdang (%) Waktu Pengamatan Desa Baru (Tanpa burung hantu) Desa Sidoadi Ramunia ( Dengan burung hantu) Ratarata I II III IV V Total I II III IV V Total 20 hst 0,69 1,50 0,97 1,31 1,19 5,66 1,13 0 0 0 0 0 0 0 30 hst 3,78 4,44 4,50 6,81 7,16 26,69 5,34 0 0 0 0 0 0 0 40 hst 3,81 5,81 5,38 8,00 6,81 29,81 5,9 0 0 0 0 0 0 0 50 hst 3,56 3,78 3,50 4,50 5,53 20,88 4,18 0 0 0 0 0 0 0 60 hst 2,84 2,75 2,44 3,06 3,19 14,28 2,86 0 0 0 0 0 0 0 70 hst 1,72 1,44 1,31 1,91 2,25 8,63 1,73 0 0 0 0 0 0 0 80 hst 0,44 0,44 0,38 0,25 0,88 2,59 0,52 0 0 0 0 0 0 0 90 hst 0,31 0,13 0,13 0,06 0,25 0,88 0,18 0 0 0 0 0 0 0 100 hst 0,19 0,13 0,13 0,19 0,25 0,88 0,18 0 0 0 0 0 0 0 Total 17,3 20,4 18,7 27,5 26,3 0 0 0 0 0 Rata Rata Persentase serangan tikus sawah di Desa Baru bearada dalam kategori ringan sampai sedang. Serangan sedang terjadi di Lahan 4 dan 5 yaitu 27,5 %, dan 26,3% kemudian lahan 1, 2, 3, berada dalam kategori ringan yakni < 25%. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Pertemuan Koordinasi Percepatan Data UPSUS Tanaman Pangan Tahun 2015, menyatakan kriteria serangan hama yaitu serangan ringan jika 25%, serangan s edang jika >25-50% dan serangan berat >50% - 85% dan puso jika > 85%. Persentase serangan tikus di Desa Baru (tabel 4) tertinggi terjadi pada saat padi berumur 40 hst (fase bunting-matang susu) dengan persentase serangan 29,81% dan terendah pada saat berumur 90-100 hari yaitu 0,18%. Data ini menunjukkan bahwa umur padi mempengaruhi serangan tikus sawah.

Rochman & Toto (1976) menyebutkan bahwa ternyata tikus sawah lebih suka menyerang tanaman padi yang sedang bunting, sehingga pada umumnya padi stadium bunting akan mengalami kerusakan yang paling tinggi. Solikhin dan Purnomo (2008) pada saat primordial kemungkinan tanaman padi mengeluarkan senyawa-senyawa tertentu, misalnya senyawa yang mudah menguap atau berupa gas (volatil) yang disukai tikus sawah. 3,50 Persentase serangan tikus (%) 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 1 2 3 4 5 Lahan pengamatan Desa Baru Sidodadi Ramunia Gambar 7. Histogram persentase serangan tikus sawah (%) Persentase serangan tikus sawah terendah terdapat di Desa Sidodadi Ramunia yaitu 0%. Data tersebut menunjukkan keberhasi;an teknik pengendalian tikus sawah yang dilakukan oleh petani di Desa Sidodadi Ramunia diantaranya pemanfaatan burung hantu dan manipulasi habittat. Pemanfaatan burung hantu yang dilaksanakan di areal perkebunan kelapa sawit mampu menekan serangan tikus dari 20 30% menjadi 5% (Erik,2008) dan menjadi alternatif yang berkesinambungan yang mampu mengendalikan tikus sawah hingga di batas ambang ekonomi (kerusakan buah digigit <5%) (Rajagukguk, 2014)

Persentase serangan (%) 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Waktu Pengamatan (hst) 1 2 3 4 5 Gambar 8. Histogram intensitas serangan tikus sawah (%) di Desa Baru Produksi Panen (Kw/Ha) Produksi panen responden dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Produksi Panen Resonden Produksi Panen Responden Sidodadi Desa Baru Total Rata-rata 1 56.16 36.12 92.28 46.14 2 56.28 35.25 91.53 45.765 3 47.13 38.21 85.34 42.67 4 54.22 31.18 85.4 42.7 5 53.11 31.77 84.88 42.44 6 57.14 38.06 95.2 47.6 7 51.15 33.29 84.44 42.22 8 50.07 39.22 89.29 44.645 9 52.08 37.3 89.38 44.69 10 51.87 37.41 89.28 44.64 11 53.44 41.01 94.45 47.225 12 53.25 38.23 91.48 45.74 13 56.92 38.03 94.95 47.475 14 53.22 37.52 90.74 45.37 15 53.46 36.04 89.5 44.75 16 54 33.81 87.81 43.905 17 49.07 35.15 84.22 42.11 18 48.86 35.07 83.93 41.965 19 50.21 36.11 86.32 43.16 Total 1001.64 688.78 1690.42 845.21 Rataan 52.71789 36.25 88.96 44.48

Hasil pengamatan produksi padi di Desa Sidodadi Ramunia dan Desa Baru dapat dilihat pada tabel. Produksi tertinggi terdapat di Desa Sidodadi Ramunia yaitu 57,14Kw/Ha dan produksi terendah terdapat di Desa Baru yaitu 31,18Kw/Ha. Hal ini dikarenakan adanya tingkat serangan tikus sawah yang berbeda pada masing-masing Desa dan perbedaan teknik pengendalian yang dilakukan petani. Serangan tikus sawah dapat menurunkan produksi padi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kementerian Pertanian (2013) yang menyatakan bahwa Indonesia kehilangan hasil produksi padi akibat serangan tikus sawah diperkirakan dapat mencapai 200.000 300.000 ton per tahun. Usaha pengendalian yang intensif sering terlambat, karena baru dilaksanakan setelah terjadi kerusakan yang luas dan berat. Oleh karena itu, usaha pengendalian tikus sawah perlu memperhatikan perilaku dan habitatnya, sehingga dapat mencapai sasaran. Tinggi rendahnya tingkat kerusakan tergantung pada stadium tanaman dan tinggi rendahnya populasi tikus sawah yang ada. 60 Produksi panen (Kw/Ha) 50 40 30 20 10 Sidodadi Desa Baru 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Responden Gambar 9. Histogram rataan produksi panen responden di lokasi pengamatan

Persepsi Petani terhadap Pengendalian Tikus Sawah Dengan Memanfaatkan Burung Hantu Survei menunjukkan bahwa di Desa Sidodadi Ramunia 100% responden telah mengetahui pengendalian tikus sawah dengan menggunakan burung hantu sedangkan di Desa Baru hanya 31% responden yang mengetahui pengendalian tikus sawah dengan menggunakan burung hantu 31% kurang mengetahui dan 38% tidak mengetahui (Lampiran 1). Survei menunjukkan bahwa di Desa Sidodadi Ramunia 63% responden mengetahui pengendalian tikus sawah dengan menggunakan burung hantu dari pelatihan yang pernah dilakukan di Desa tersebut oleh (BPTPH) Medan dan BBP2TP Medan, 25 % mengetahui dari PPL setempat dan 12% mengetahui dari tetangga maupun kerabat sedangkan di Desa Baru 10 % responden yang mengetahui dan kurang mengetahui mendapat informasi dari pelatihan, 20 % dari PPL dan 60 % dari tetangga maupun kerabat (Lampiran 1 ). Survei menunjukkan bahwa peran penyuluh maupun lembaga pendukung di bidang pertanian seperti GAPOKTAN sangat penting untuk petani, hal ini disebabkan masih rendahnya tingkat pendidikan petani, hampir 66 % responden di Desa Baru hanya tamat SMP /SLTA Sederajat sehingga penyuluh pertanian maupun GAPOKTAN merupakan sumber informasi yang paling dikenal petani. Sismanto (1994) memaparkan bahwa kelompok tani merupakan kelompok belajar yang bertujuan untuk saling bertukar informasi serta berbagi pengalaman tentang berbagai kemajuan di bidang pertanian. Dalam kelompok tersebut biasanya terjadi dialog dan diskusi antar anggota kelompok menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan yang mendukung usaha pertanian.

Korelasi Jumlah Sarang Aktif dengan Persentase Serangan Tikus Sawah Korelasi jumlah sarang tikus aktif dengan persentase serangan tikus sawah didasarkan pada hipotesis operasional sebagai berikut Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sarang tikus aktif dengan persentase serangan tikus sawah Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sarang tikus aktif dengan persentase serangan tikus sawah Untuk mengetahui korelasi antara julah sarang tikus aktif dengan persentase serangan tikus sawah dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 12. Analisis korelasi jumlah sarang tikus aktif dengan persentase serangan tikus sawah Hubungan antar variabel Korelasi Nilai Jumlah sarang tikus aktif (x) dengan persentase serangan (y) R xy 0,917** Korelasi signifikan pada taraf 0,01 Jumlah sarang tikus aktif (x) bersifat signifikan terhadap persentase serangan tikus sawah (y) dengan koefisien korelasi adalah 0, 917 (Ha diterima dan Ho ditolak) dengan tingkat korelasi sangat kuat. Pada pengamatan dapat diketahui bahwa tinggi rendahnya jumlah sarang tikus aktif diikuti dengan tinggi rendahnya tingkat persentase serangan tikus sawah. Hal ini disebabkan oleh sifat alami tikus yang memilih habitat yang memberikan perlindungan dan aman dari gangguan predator serta dekat dengan sumber pakan dan air. Soedarmaji (2007) yang mengatakan bahwa sarang tikus berfungsi sebagai tempat berlindung, memelihara anak dan menimbun pakan. Pada stadium fase vegetatif,konstruksi sarang masih dangkal, pendek dan belum banyak cabang. Setelah pertumbuhan tanaman padi mencapai stadium generatif, konstruksi sarang menjadi lebih dalam dan bercabang cabang serta memiliki pintu keluar lebih dari satu.

Korelasi Persepsi Petani Terhadap Produksi Panen Untuk mengetahui hubungan persepsi petani dalam pengendalian tikus sawah terhadap produksi panen dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Analisis korelasi persepsi petani terhadap pengendalian tikus sawah dengan produksi panen Hubungan antar variabel Korelasi Nilai Jumlah persepsi petani (x) dengan produksi panen (y) R xy 0,810** Korelasi signifikan pada taraf 0,01 % Persepsi petani dalam mengendalikan tikus sawah (x) bersifat signifikan terhadap produksi panen (y) dengan koefisien korelasi adalah 0,810 (korelasi kuat) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (Tabel 13). Pada pengamatan dapat diketahui bahwa pemahaman pengendalian tikus sawah diikuti dengan tinggi rendahnya produksi. Persepsi petani terhadap pengendalian organisme pengganggu tanaman (termasuk tikus sawah) mempengaruhi produktivitas lahan petani. Dengan tingkat kesadaran ramah lingkungan yang petani terapkan, misalnya pengguanaan musuh alami dan penekanan pemakaian pestisida, meningkatkan produksi lahan karena mengurangi residu pestisida lahan, sedangkan persepsi penaganan OPT dengan penggunaan pestisida akan mengakibatkan penurunan produktivitas lahan petani akibat residu yang ditimbulkan. Dari pengamatan di Desa Sidodadi Ramunia tingkat keberhasilan penggunaan burung hantu dianggap efektif karena berhasil menekan populasi tikus sawah. Hal ini dilihat dari data sekunder pengamat di Desa Sidodadi Ramunia pada tahun 2010 dari 328 Ha areal persawahan yang ditanami padi terdapat sekitar 8,2 Ha lahan padi yang terserang hama tikus dengan intensitas

ringan sampai dengan sedang, sedangkan pada tahun 2011 jumlah lahan yang terserang hama tikus naik menjadi 9,6 Ha dengan intensitas ringan sampai dengan berat. Pada tahun 2012, tanaman padi yang terserang hama tikus mencapai 11,2 Ha pada intensitas ringan sampai dengan sedang. Tingginya serangan hama yang mengakibatkan kerugian besar bagi petani tersebut mendorong penyuluh dari BPTPH SUMUT untuk melakukan pengenalan program pengendalian tikus menggunakan musuh alami burung hantu Menurut Widodo (2000), hasil penelitian menunjukkan bahwa kotoran burung hantu Tyto alba 99% adalah jenis tikus, sedangkan yang 1% adalah serangga. Keberhasilan pemanfaatan burung hantu ini didukung oleh persepsi dan perilaku petani dalam mengendalikan tikus sawah, yang pada umumnya merupakan anggota dari kelompok tani. Sehingga penyuluh di Desa ini memanfaatkan Kelompok tani tersebut sebagai sarana dalam pengenalan dan pengembangan burung hantu. Seperti yang dinyatakan oleh Sismanto (1994), kelompok tani merupakan kelompok belajar yang bertujuan untuk saling bertukar informasi serta berbagi pengalaman tentang berbagai kemajuan di bidang pertanian. Dalam kelompok tersebut biasanya terjadi dialog dan diskusi antar anggota kelompok menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan yang mendukung usaha pertanian. Peran kelompok sendiri dibagi menjadi unit belajar, unit kerjasama, unit produksi, dan unit bisnis. Dengan melihat peranan kelompok tani, maka prospek, perkembangan, dan keberhasilan program pengendalian hama tikus menggunakan burung hantu sebagai musuh alami akan sangat tergantung pada peranan kelompok tani yang bersangkutan.

Peranan kelompok tani yang merupakan wadah bagi petani untuk saling berbagi pengalaman, bertukar informasi, teknologi serta inovasi di bidang pertanian akan mepengaruhi keberhasilan kegiatan-kegiatan yang diprogramkan. Dalam pengembangan program pengendalian hama tikus menggunakan burung hantu di Desa Sidodadi Ramunia, sudah mulai muncul kesadaran masyarakat petani akan keunggulan burung hantu dalam mengatasi hama tikus. Hal ini terlihat dari ketua kelompok tani maupun perangkat desa yang mulai mencari informasi dan mengajukan proposal-proposal untuk memperoleh bantuan karantina, rubuha, maupun burung hantu kepada Dinas Pertanian. Semangat yang dimiliki pemerintah desa maupun pengurus kelompok tani menjadikan anggota kelompok tani terlibat dan berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan kegiatan, hal ini terlihat dari kerjasama, koordinasi, serta peranan kelompok tani yang sudah memulai program pengendalian tikus menggunakan burung hantu.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Sarang tikus aktif terbanyak terdapat di Desa Baru dengan jumlah 18 sarang aktif dan terendah di Desa Sidodadi Ramunia yaitu 0 sarang aktif. 2. Persentase serangan tikus tertinggi terjadi di Desa Baru pada berumur 40hst dengan persentase serangan 29,81% 3. Produksi tertinggi terdapat di Desa Sidodadi Ramunia yaitu 57,14 Kw/Ha dan produksi terendah terdapat di Desa Baru yaitu 31,18 Kw/Ha.. 4. Di Desa Sidodadi Ramunia pengendalian tikus sawah dengan menggunakan burung hantu telah diketahui oleh seluruh responden sedangkan di Desa Baru hanya 31% yang mengetahui, 31% kurang mengetahui dan 38% tidak mengetahui 5. Jumlah sarang tikus aktif memiliki korelasi searah yang kuat dengan intensitas serangan tikus sawah dengan nilai 0, 917 6. Persepsi petani terhadap pengendalian tikus sawah memiliki korelasi searah yang kuat dengan produksi panen dengan nilai 0,810 Saran Sebaiknya dilakukan pengamatan serangan tikus sawah di lahan yang masih kurang dari 1 tahun menggunakan burung hantu dalam mengendalikan tikus sawah dengan lahan yang sama sekali belum menggunakan burung hantu.