BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
1 BAB I PENDAHULUAN. penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat

I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan teknologi informasi (TI) saat ini tidak dapat diabaikan, karena

Tata Kelola Teknologi Informasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1

Evaluasi Kesesuaian Struktur Organisasi Pengelola Teknologi Informasi dengan Rencana Jangka Panjang Instansi (Studi Kasus pada Dinas XYZ)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat cepat

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dengan berkembangnya era globalisasi, maka manusia mempunyai

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan

COBIT 5 SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

BAB I PENDAHULUAN. disebut Enterprise Governance dan yang kedua merupakan lingkungan yang

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA DOMAIN PO (PLAN AND ORGANIZE) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 (STUDI KASUS DI RENTAL MOBIL PT.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekarang ini Teknologi Informasi (TI) bukanlah hal baru, khususnya pada

pelaksanaan aktifitas dan fungsi pengolahan data pada Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) di STMIK Catur Sakti Kendari. Untuk mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelola TI yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing instansi atau perusahaan

ABSTRAK. Kata Kunci : Manfaat Investasi TI, Val IT Framework 2.0, Aplikasi Metatrader 4.0, Business Case, Portofolio Investasi TI.

PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM)

AUDIT SISTEM INFORMASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 ABSTRAK

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Hasil survei tentang pentingnya TI bagi organisasi

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

ANALISIS TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA BAGIAN LOGISTIK PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS: UKSW SALATIGA)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. dengan yang di sampaikan Cassidy (2005) bahwa perencanaan strategis SI dan TI

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan layanan teknologi informasi (TI) terasa sangat berpengaruh untuk

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP

BAB I PENDAHULUAN. Audit sistem informasi ini memiliki tujuan untuk menciptakan Good

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Jaringan Listrik, Komputer dan Komunikasi Persuahaan Listrik X Desember 2014)

BAB I PENDAHULUAN. sebelah mata, peran perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

JURNAL LPKIA, Vol.1 No.1, September 2017

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penting karena keberhasilan organisasi dapat dinilai salah satunya melalui

ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE

AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X

Model Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit Pada Proses Pendidikan Dan Pelatihan Pengguna

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tata Kelola TIK dan Implementasinya pada Instansi Pemerintah

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES

Pembahasan. Analisa Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pada bidang teknologi sistem informasi dan manajemen. Dua ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era ini perguruan tinggi sangat berperan penting dalam. merupakan tempat dimana mahasiswa dapat menimba ilmu dan tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mendukung tercapainya strategi dan visi perusahaan, hal ini

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI BISNIS

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. dan sasaran organisasi harus diimbangi dengan keefektifan dan keefisiensian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada zaman sekarang ini, banyak perusahaan-perusahaan yang sudah memakai

BAB I PENDAHULUAN. industri keuangan, semakin sengit dan meruncing. Dalam bersaing, banyak

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

Framework Solusi TI Tata Kelola TI Untuk Organisasi. Taryana Suryana. M.Kom

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN

Jl. Mayjen Bambang Soegeng Km. 5 Mertoyudan-Magelang Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGUKURAN KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI PADA SISTEM INFORMASI AKADEMIK JURUSAN DI UNIVERSITAS GUNADARMA DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

KONSEP TATA KELOLA TI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

MAKALAH KEAMANAN INFORMASI. Oleh : Muhammad Shodiqil Khafili Djakfar. Dosen Pengajar : Ferry Astika Saputra, ST, M.Sc

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem Informasi merupakan kumpulan elemen-elemen/sumberdaya dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas layanan sebagai salah satu realisasi dari tata kelola pemerintahan yang baik (Good Corporate Governance) mensyaratkan penerapan tata kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di setiap instansi penyelenggara pelayanan publik [1]. Dalam Pedoman Tata Kelola TI Nasional Versi 1 Tahun 2007, bahwa lingkup proses tata kelola adalah sebagai berikut [2] : a. Perencanaan Sistem Proses ini menangani identifikasi kebutuhan organisasi dan formulasi inisiatifinisiatif TIK apa saja yang dapat memenuhi kebutuhan organisasi tersebut. b. Manajemen Belanja/Investasi Proses ini menangani pengelolaan investasi/belanja TIK. c. Realisasi Sistem Proses ini menangani pemilihan, penetapan, pengembangan/akuisisi sistem TIK, serta manajemen proyek TIK. d. Pengoperasian Sistem Proses ini menangani operasi TIK yang memberikan jaminan tingkat layanan dan keamanan sistem TIK yang dioperasikan. e. Pemeliharaan Sistem Proses ini menangani pemeliharaan aset-aset TIK untuk mendukung pengoperasian sistem yang optimal. Berdasarkan lingkup proses di atas, manajemen investasi TI menjadi penting agar pelaksanaan investasi TI sesuai kebutuhan dan perencanaan strategis dari implementasi TI demi mewujudkan pelaksanaan IT Governance yang efektif dan efiesien. Hal ini menjadi dasar bagi organisasi pemerintahan dalam mengelola dan mengembangkan TIK. 1

Namun demikian tidak mudah untuk mengimplementasikannya. Kesulitan implementasi sangat umum ditemukan di berbagai lembaga tinggi negara [3]. Pengembangan dan implementasi TI pada lembaga pemerintahan, pada umumnya berjalan lambat, inefisien dan minim kesinambungan. Banyak faktor yang menunjang ketidakberhasilan ini, mulai hambatan manajerial, seperti ketidakcukupan anggaran, solusi yang tidak sesuai, buruknya perencanaan, lemahnya koordinasi, implementasi serta monitoring dan evaluasi aplikasi yang dikembangkan, ketidakjelasan distribusi kewenangan antar satuan kerja, sampai hambatan geografis dan infrastruktur [4]. Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) tidak luput dari masalah ini. Sampai saat ini Mahkamah Agung belum memiliki arsitektur sistem informasi yang terintegrasi antara satker-satker di bawah Mahkamah Agung khususnya mengenai organisasi pengelolaan teknologi dan sistem informasi termasuk prosedur pengelolaan TI, arsitektur data/informasi, arsitektur aplikasi, dan arsitektur infrastruktur teknologinya [5]. Sebagai Lembaga Tinggi Negara, Mahkamah Agung (MA) berusaha merevitalisasi fungsi sebagai pengadilan tertinggi, di antaranya dengan modernisasi proses kerja [6]. Untuk mewujudkan keberhasilan pengembangan ini tentu tidak terlepas dari kebijakan pengembangan TI, salah satunya melalui investasi di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pengembangan TI telah mulai dilakukan MA sejak pertengahan tahun 1980-an, dengan dikembangkannya aplikasi database yang melakukan registrasi elektronik pada direktorat perdata. Selanjutnya implementasi TI mulai berkembang ke cakupan yang lebih kompleks [4]. Hingga pada tahun 2004, aplikasi yang dikembangkan adalah sama sekali baru, artinya semua dibangun dari awal, seperti aplikasi sistem administrasi perkara. Lingkup sistempun membengkak, menjadi kumpulan aplikasi yang terdiri dari beragam modul, yang meliputi manajemen perkara, manajemen kepegawaian, manajemen aset, manajemen pengawasan dan pembinaan, perpustakaan, administrasi hukum, logistik, perencanaan, arsip, sampai portal internet. Gaffar dkk [3] menyatakan beberapa realita yang terjadi ketika 2

Mahkamah Agung mengeluarkan Laporan Hasil Kegiatan Pemetaan Keberadaan Sistem Informasi di MA, yaitu: a. Pemborosan dana akibat kegagalan operasional pada beberapa inisiatif komputerisasi di MA dan jajaran pengadilan di bawahnya b. Usaha komputerisasi yang gagal di MA dan jajaran pengadilan di bawahnya juga mencakup inisiatif komputerisasi yang dananya berasal dari bantuan luar negeri c. Tingkat keberhasilan dan mutu yang beragam dari komputerisasi di MA dan jajaran pengadilan di bawahnya d. Komputerisasi yang berjalan tidak memberikan dampak efisiensi dan efektifitas pelaksanaan dan pengelolaan proses kerja MA dan jajaran pengadilan di bawahnya e. Pendekatan komputerisasi di MA dan jajaran pengadilan di bawahnya menyebabkan duplikasi effort dan sumber daya f. Proses kerja tata kelola TI yang dilaksanakan MA dan jajaran pengadilan di bawahnya tidak lengkap, tidak terintegrasi, dan belum memenuhi karakteristik proses kerja yang matang dan terkelola dengan baik g. MA dan jajaran pengadilan di bawahnya tidak memiliki fungsi organisasi TI yang lengkap untuk mendukung terlaksananya tata kelola TI yang baik dan sehat h. MA dan jajaran pengadilan di bawahnya tidak memiliki personil TI yang benar-benar memiliki pengalaman dan keahlian yang nyata dalam bidang TI. Kondisi pemanfaatan TI di lingkungan MA dan badan-badan peradilan di bawahnya masih berjalan secara sporadis. Ada berbagai inisiatif yang secara parsial dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan proses kerja yang ada. Berbagai sistem yang ada juga tidak saling terhubung sehingga tidak bisa memberikan manfaat yang maksimal bagi organisasi. Dengan demikian, terdapat kesenjangan antara kondisi saat ini dengan arsitektur ideal yang diidamkan [6]. Kenyataan ini tentu harus ditanggapi secara serius. Kenapa hal ini terjadi, salah satunya tentu berasal dari bagaimana pengelolaan kebijakan, khususnya 3

investasi TI. Tidak sedikit dana yang dikeluarkan untuk menyukseskan setiap program. Suatu manajemen investasi yang tepat harus dirancang sedemikian rupa sehingga kegagalan-kegalan di masa lalu tidak terulang kembali. Menyadari hal ini, Mahkamah Agung, pada awal tahun 2007, pengelolaan teknologi informasi dilaksanakan secara lebih mandiri, Mahkamah Agung mulai meninggalkan mekanisme ad hoc yang sejak lama dipakainya dalam mengelola TI, dan mengadopsi sistem yang lebih permanen. Fungsi pengelolaan teknologi informasi mulai dimasukkan sebagai salah satu fungsi permanen di bawah Biro Hukum dan Humas Badan Urusan Administrasi (BUA) Mahkamah Agung yaitu Bagian Pengembangan Teknologi Informasi dan Bagian Pemeliharaan Teknologi Informasi, dan pada periode ini pejabat-pejabat struktural dan stafnya mulai efektif bekerja, mengambil alih fungsi-fungsi yang sebelumnya dilaksanakan oleh vendor. Ada beberapa hal yang mencirikan tata pengelolaan teknologi informasi pada periode ini, pertama, dimulainya era kemandirian pengelolaan teknologi informasi, kedua, peningkatan signifikan dalam kapasitas dan kualitas infrastruktur teknologi informasi, dan ketiga, terjadi kemajuan signifikan yang diperoleh dari sinergi inisiatif teknologi informasi Mahkamah Agung dengan dukungan donor yang makin terfokus dan efektif [4]. Tidak hanya itu, Mahkamah Agung terus berbenah diri. Di dalam cetak biru pembaharuan pengadilan 2010-2035, tata kelola TI juga menjadi fokus kajian. Disebutkan bahwa memiliki manajemen informasi yang menjamin akuntabilitas, kredibilitas, dan transparansi serta menjadi organisasi modern berbasis TI terpadu adalah salah satu penunjang penting yang akan mendorong terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang agung [6]. Oleh karena itu, segenap pemangku kepentingan di lingkungan MA dan badan-badan peradilan di bawahnya menempatkan pembenahan TI sebagai salah satu prioritas perubahan. Dengan perubahan-perubahan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung, apalagi setelah ditunjuknya satu biro khusus pengelola TI, maka dirasa perlu untuk menilai pengelolaan TI, khususnya investasi TI. Sebagai catatan, sejak tahun 2007, MA belum pernah melakukan audit sistem pengelolaan TI-nya. Maka penelitian ini menjadi tepat dilakukan sebagai salah satu penilaian awal terkait TI. 4

Salah satu standar yang digunakan dalam menilai pengelolaan investasi TI adalah kerangka kerja COBIT yang pada saat ini telah sampai pada versi 5. Penggunaan COBIT 5 dengan pertimbangan bahwa kerangka kerja ini merupakan standar yang diakui dan diterima secara internasional, direkomendasikan untuk penerapan tata kelola TI yang baik serta merupakan edisi terbaru dari Framework COBIT ISACA (Information System Audit and Control Association) yang menyediakan penjabaran tata kelola TI untuk menggambarkan peran utama dari informasi dan teknologi dalam menciptakan nilai perusahaan [7]. Sebagai evaluasi, COBIT 5 menyediakan suatu model pengukuran untuk mengetahui kapabilitas dari proses yang telah dijalankan. Metode yang digunakan adalah Process Assessment Model (PAM), yang sesuai dengan dengan ISO/IEC 15504. Model ini menyediakan 6 tingkatan kapabilitas dengan indikator-indikator sebagai pedoman atas interprestasi tujuan proses dan outcome yang didefinisikan oleh COBIT 5 dan atribut proses yang didefinisikan dalam ISO/IEC 15504-2 [8]. Pengukuran kapabilitas ini penting dilakukan untuk mengetahui berada pada tingkatan berapakah proses tata kelola yang telah dilaksanakan berdasarkan COBIT 5. Hasil pengukuran ini tentu bisa dijadikan bahan pertimbangan atau perbaikan tata kelola selanjutnya. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Pengelolaan teknologi infromasi yang dilakukan oleh Biro Hukum dan Humas MARI masih belum mencerminkan tata kelola yang baik. b. Biro Hukum dan Humas MARI belum pernah melakukan audit terhadap tata kelola TI-nya sehingga dirasa perlu melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat kapabilitas proses tata kelola khususnya yang terkait dengan investasi TI. 5

1.3 Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai evaluasi atau penilaian terhadap pengelolaan teknologi informasi. Di antaranya adalah : a. Ramadhanty [9], membahas penerapan tata kelola TI pada PT. Indonesia Power dengan menggunakan COBIT 4.1. Penelitian ini menemukan bahwa pelaksanaan pengelolaan TI telah disesuaikan dengan rencana strategis perusahaan dan menghasilkan kematangan pada kisaraan 3, yang berarti belum mencapai tingkatan best practice. b. Kesumawarhani [10] membahas penilaian tata kelola TI di PT. Timah yang diukur dengan menggunakan maturity level dalam COBIT 4.1. Hasil penelitian yang bersifat kualitatif ini menyatakan bahwa PT. Timah memperoleh level 3,7 (defined) dalam pengelolaan TInya. c. Elvina [11] mengukur tingkat layanan TI di Kominfo dengan menggunakan kerangka kerja COBIT 5. Hasilnya menujukkan bahwa tingkat kapabilitas proses TI hanya berada pada level 1 dan 2. d. Siregar [12] mengukur tingkat layanan TI pada Pemerintah Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi dengan menggunakan kerangka kerja COBIT 5. Hasil pengukuran menunjukkan secara umum tingkat kapabilitas proses pengelolaan berada pada level 1. Prioritasi perbaikan tingkat kapabilitas proses pada penelitian ini berdasarkan prinsip nilai kesenjangan (gap value) dan upaya (effort) dari jumlah aktivitas tiap proses. e. Irfansyah [13], melakukan pengukuran dengan Process Assessment sesuai standar ISO 15504 dan Value Chain Framework untuk analisis industri. Dari hasil pengukuran, dapat dikatakan proses teknologi informasi di PT. XYZ masih belum berjalan secara optimal dan keterlibatan teknologi informasi kedalam pengelolaan event masih minim. f. Witanti dan Falahah [14], Kozina dan Popović [15], Tampubolon dan Suharso [16] mengeksplorasi kerangka kerja Val IT dan manfaatnya bagi organisasi. Di sini mereka menjelaskan setiap domain dan proses Val IT. Studi literatur yang dilakukan menemukan bahwa melalui tiga domain dan prinsip Val IT 6

menghasilkan pengelolaan TI yang efektif dengan mengenali kategori yang berbeda dari investasi dan menentukan pertanggujawabannya. g. Suharsono [17] mengangkat tema penggunaan kerangka kerja Val IT untuk menilai perencanaan investasi TI pada Universitas Sangga Buana YPKP Bandung. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh proses Val IT. Kemudian, dilakukan analisis dengan memakai Business Case untuk menilai suatu perencanaan investasi TI berdasarkan analisis keselarasan TI dengan sasaran strategis Universitas Sangga Buana YPKP, analisis keuntungan finansial dan nonfinansial, serta analisis risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Universitas Sangga Buana YPKP telah berhasil menerapakan Val IT sebagai pedoman dalam melaksanakan perencanaan investasi TI. h. Takarendehang [18] melakukan pengkajian tentang keterlibatan unit bisnis pada pengelolaan investasi TI dengan menggunakan kerangka kerja VaL IT dan COBIT. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa unit bisnis TI telah terlibat dalam semua proses pengelolaan investasi TI, namun pengukuran tingkat maturitas untuk setiap proses dalam domain Val IT menujukkan bahwa proses-proses yang telah dilakukan perlu ditinjau kembali. i. Kumaralalita et al [19], melakukan penelitian yang berfokus pada manajemen TI dan memetakannya untuk melihat kepatuhan berdasarkan kerangka kerja yang dipilih. Hasil analisis menggambarkan proses dalam setiap domain berdasarkan praktik saat ini. Kerangka kerja yang digunakan adalah edisi terbaru yaitu Val IT 2.0. Di akhir penelitian disimpulkan bahwa bank tersebut, telah menyelaraskan investasi TI dengan tujuan bisnis. Penelitian ini tidak akan lengkap jika tidak didasari oleh data-data dari Mahkamah Agung sendiri, diantaranya adalah : a. Suyudi dkk [4] melakukan pemetaan implementasi teknologi informasi pada lembaga penegak hukum di Indonesia. Penelitian ini dilakukan di dua institusi, yaitu Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia. Kajian ini dilaksanakan dengan metode pengumpulan data primer dan sekunder, survei website dan focus group discussion. Dari penelitian ini 7

diketahui bahwa perlu perhatian khusus terhadap strategi pengembangan TI berkelanjutan. b. Gaffar dkk [3] mengkritisi sistem informasi Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya. Dengan menggunakan pendekatan root-cause analysis yang menelusuri masalah-masalah TI yang dialami ke penyebab strategisnya serta rekomendasi yang dikelompokkan dan diberi nomor urut prioritas implementasinya. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, serta temuan yang diperoleh mendorong peneliti untuk menganalisis tata kelola investasi di Mahkamah Agung. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena berfokus pada tata kelola investasi TI dengan menggunakan kerangka kerja yang relatif baru yaitu COBIT 5. Penelitian ini juga merupakan penelitian pertama yang dilakukan di Mahkamah Agung dengan menggunakan suatu kerangka kerja terukur. Penelitian tentang kondisi TI pada Mahkamah Agung yang dilakukan sebelumnya hanya didasarkan pada investigasi secara umum tanpa adanya suatu standar pengukuran. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pada level berapakah tingkat kapabilitas proses tata kelola investasi TI di Biro Hukum dan Humas Mahkamah Agung RI, serta memberikan rekomendasi aktivitas yang dapat dilakukan untuk perbaikan tata kelola investasi TI selanjutrnya. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Memberi gambaran dan penilaian yang objektif kepada Mahkamah Agung, khususnya Biro Hukum dan Humas, tentang pelaksanaan tata kelola investasi teknologi informasi. b. Memberi usulan langkah-langkah terbaik bagi Mahkamah Agung pada saat akan mengambil keputusan investasi teknologi Informasi. 8