VALIDITAS DIAGNOSTIK BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS PADA KARSINOMA PAYUDARA Dody Novrial 1 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto E-mail: dodynovrial@yahoo.com ABSTRACT Breast cancer incidence is still in the second position after cervical cancer within women malignancy. Fine needle aspiration biopsy (FNAB) has been widely known and used in diagnosing breast lesions last few decades. FNAB diagnostic procedure is considered less invasive and relatively less expensive than surgery biopsy. This research was diagnostic study with cross sectional design. Research done by reading FNAB cytology and histopathology slides from 86 patients with breast tumor between January 2004 until December 2007. WHO classification and Elston & Ellis method was used to diagnose breast tumor variant and grading. While fnab cytology used the NHS Breast Screening Program (NHSBSP) guidelines. Diagnostic tests of FNAB showed sensitivity 91%, specificity 79%, and accuracy 87%. The sensitivity and specificity values of FNAB on this research was still quite high, because in many literature explained that the sensitivity and specificity rates of FNAB ranged between 66% and 92% depending on the experience of diagnostic and hospital procedure. Keywords : breast cancer, fine needle aspiration biopsy PENDAHULUAN Karsinoma merupakan jenis keganasan yang paling umum dijumpai pada payudara. Kanker payudara sendiri masih menduduki peringkat kedua keganasan pada wanita setelah kanker leher rahim. Pada tahun 2001, tercatat hampir 240.000 wanita di dunia didiagnosis menderita kanker payudara, dan 40.000 diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut 1. Berbagai upaya telah banyak dilakukan untuk menekan insidensi kanker payudara, termasuk diantaranya pengembangan tehnik diagnostik berupa biopsi aspirasi jarum halus (AJH). Biopsi AJH telah dikenal luas dan digunakan dalam mendiagnosis lesi payudara beberapa dekade terakhir. Prosedur diagnostik AJH ini dinilai kurang invasif dan relatif lebih murah dibandingkan biopsi operasi 2. Teknik ini pada beberapa pusat patologi telah menurunkan tindakan operatif pada lesi jinak payudara, dan secara umum mengurangi prosedur operasi pada wanita dengan karsinoma payudara 3. Di Indonesia, hanya beberapa sentra patologi yang telah menerapkan prosedur AJH pada pasien dengan lesi payudara, sehingga validitas pemeriksaan ini belum terdata dengan baik. Dengan latar belakang ini, penelitian tentang keakuratan diagnostik AJH perlu dilakukan, khususnya di lingkungan patologi anatomi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan (FKIK) Unsoed/RSUD Margono Soekarjo, dengan harapan dapat meningkatkan kompetensi keilmuan dan kualitas pelayanan 76
patologi, khususnya dalam mendiagnosis karsinoma payudara. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian diagnostik dengan desain cross sectional study (studi potong lintang). Metode sampling yang digunakan adalah total/consequtive sampling terhadap sediaan patologi anatomi 86 pasien yang memenuhi kriteria inklusi di Laboratorium Patologi Anatomi FKIK Unsoed/RSUD Margono Soekarjo periode Januari 2004 sampai Desember 2007. Materi penelitian berupa sediaan patologi anatomi penderita dengan tumor payudara yang telah dilakukan tindakan biopsi AJH diikuti dengan biopsi eksisi atau operasi sesuai prosedur standar pelayanan medik RSUD Margono Soekarjo. Variabel prediktor adalah hasil pembacaan sitologi biopsi aspirasi jarum halus, sedangkan variabel outcome adalah hasil pembacaan sediaan histopatologi (baku emas). Sediaan histopatologi dinilai berdasarkan jenis tumor sesuai dengan klasifikasi WHO 4 dan grading tumor menggunakan metode semi kuantitatif 5. Sediaan sitologi biopsi AJH dinilai berdasarkan NHS Breast Screening Programme (NHSBSP) guidelines 6. Seluruh sediaan diperiksa oleh dua orang ahli patologi anatomi dan dilakukan secara tersamar (masked/blinded). Analisis data menggunakan uji diagnostik dengan tabel 2 x 2, selanjutnya dilakukan perhitungan nilai konstan meliputi sensitivitas dan spesifisitas; nilai klinik meliputi nilai duga positif, nilai duga negatif, akurasi dan prevalensi, serta likelihood ratio positif dan negatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari 86 sampel yang memenuhi kriteria dimana dilakukan AJH dan biopsi atau operasi tumor payudara, didapatkan distribusi usia sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi penderita tumor payudara berdasarkan usia Usia (tahun) Jumlah Prosentase 21-30 12 13,95 31-40 20 23,26 41-50 36 41,86 51-60 13 15,12 61-70 4 4,65 71-80 1 1,16 Jumlah 86 100 Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rentang usia 41-50 tahun merupakan usia terbanyak kejadian tumor payudara, sebesar 41,86%. Gambaran sitologi AJH yang dilakukan pada 86 pasien sampel penelitian, didapatkan 58 sediaan menunjukkan sel ganas positif, dan 28 sediaan menunjukkan sel ganas negatif. Pada sediaan histopatologi biopsi maupun operasi dari 86 pasien sampel 77
penelitian, didapatkan 57 sediaan menunjukkan keganasan, dan 29 sediaan tidak ditemukan keganasan. Selengkapnya disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Uji diagnostik AJH Histopatologi Tidak Ganas Jumlah Ganas Ganas 52 6 58 AJH Tidak Ganas 5 23 28 Jumlah 57 29 86 Dari Tabel 2, dapat dilakukan analisis sebagai berikut : Sensitivitas = 91% (IK 95%: 85-97) Spesifisitas = 79% (IK 95% : 70-87) Nilai duga positif = 89% (IK 95% : 82-96) Nilai duga negatif = 82% (IK 95% : 74-80) Akurasi = 87% Prevalensi = 66% Rasio kemungkinan (Likelihood ratio) positif RK positif = 10,11 RK negatif = 0,11 Pre test odds = 1,94 Post test odds = 19,61 Post test probability = 95% Dari serangkaian uji diagnostik yang dilakukan untuk membuktikan validitas AJH dalam mendiagnosis karsinoma payudara, didapatkan hasil bahwa AJH memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, yaitu 91% dan 79%. Demikian pula dengan nilai duga positif maupun nilai duga negatifnya. Bila melihat pre-test probability (prevalensi) sebesar 66%, maka untuk diagnosis karsinoma payudara, nilai sensitivitas yang tinggi menjadi hal yang lebih penting dibandingkan nilai spesifisitas. Metode AJH menunjukkan hasil uji diagnostik positif kuat dan bermakna penting dimana RK positif lebih dari 10, demikian juga untuk uji diagnostik negatif di mana RK negatif sebesar 0,11. Metode ini juga menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi dalam menegakkan diagnosis karsinoma payudara dengan melihat perbandingan antara pre-test dan post-test probability sebesar 0,66 : 0,95. Didapatkan peningkatan kemungkinan (probabilitas) pasien untuk bisa terdeteksi menderita karsinoma payudara sebesar 29% setelah dilakukan pemeriksaan AJH. Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian ditempat lain, seperti yang dilaporkan oleh Smith et al (1997) 7, Rocha et al (1997) 8 dan Arisio et al (1998) 9. Nilai sensitivitas dan spesifisitas AJH pada penelitian ini masih cukup tinggi, karena dalam banyak kepustakaan dijelaskan bahwa angka sensitivitas dan spesifisitas AJH berkisar antara 66 % dan 92 % tergantung pada pengalaman diagnostik dan prosedur tetap AJH di Rumah Sakit yang bersangkutan 10. Peneliti lain juga telah 78
melaporkan hasil penelitian validitas diagnostik AJH karsinoma payudara mempunyai nilai sensitivitas berkisar antara 65 % - 98 % dan nilai spesifisitas antara 34 % - 100% 11. Dari 6 kasus kesalahan diagnosis berupa positif palsu, satu kasus dengan tumor berukuran diameter 9 12 cm, gambaran sitologi menunjukkan adanya sel spindel mirip dengan karsinoma sel spindel, tetapi setelah dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi menunjukkan tumor phyloides benigna, hal ini dapat terjadi kemungkinan karena peningkatan jumlah sel stroma intra lobular 1. Satu kasus yang lain, setelah dikonfirmasi dengan histopatologi menunjukkan gambaran lesi proliferatif berupa fibroadenoma, sedangkan empat kasus lainnya menunjukkan gambaran sitologi mirip dengan ductal carcinoma, disertai reaksi radang berupa sel-sel limfosit, setelah dikonfirmasi dengan histopatologi menunjukkan mastitis kronis. Hasil negatif palsu didapatkan pada lima kasus dengan tumor berukuran diameter 2-3 cm, tanpa pembesaran kelenjar limfe, setelah dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi, dua kasus menunjukan karsinoma intraduktal (DCIS) dan tiga kasus lainnya menunjukkan karsinoma lobular invasif (ILC). Menurut Peters 10, hasil positif palsu memang dapat terjadi pada pemeriksaan aspirasi jarum halus pada lesi prolifertif contohnya adenosis, fibroadenoma, ginekomastia, laktasi, dan juga pada lesi reaktif seperti peradangan atau pada pasca radiasi dimana ukuran sel epitel kelenjar serta intinya menunjukkan variasi ukuran yang besarnya mirip seperti sel ganas atau disebut sel atipik. Kesalahan diagnosis AJH dapat terjadi hampir 10 % dari semua kasus karsinoma payudara, tetapi hal ini hampir tidak pernah terjadi jika Tripple Diagnosis yang meliputi pemeriksaan klinis, mammografi dan AJH diikuti, dan menurut Osuch Jr et al 12, walaupun terjadi kesalahan dalam pemeriksaan Tripel diagnosis resiko kesalahan tidak lebih dari 1 %. Kesalahan-kesalahan diagnosis yang mungkin terjadi pada AJH dapat dikarenakan antara lain : tidak adanya sel tumor yang teraspirasi karena target yang kecil atau fibrotik, sel tumor tidak dikenali oleh ahli sitopatologi misalnya pada campuran antara sel jinak dan sel ganas atau pada karsinoma yang berdiferensi baik, dan hapusan-hapusan mungkin secara kuantitatif atau kualitatif tidak mencukupi. Kecurigaan terhadap keganasan dapat muncul meskipun kriteria diagnosis tidak terpenuhi, kasuskasus ini merupakan daerah kelabu dimana kriteria yang ada tidak dapat membedakan kelainan lesi jinak dan ganas. Daerah kelabu yang berasal dari lesi jinak biasanya dari lesi proliferatif seperti adenosis, fibroadenoma, tumor phylloides benigna, sebaliknya dari 79
lesi ganas biasanya dari karsinoma yang berdiferensiasi baik dengan inti kecil dan monomorfik seperti karsinoma tubular, karsinoma lobular invasif dan karsinoma intraduktal 10. KESIMPULAN Biopsi aspirasi jarum halus (AJH) memiliki tingkat validitas yang tinggi sebagai metode diagnostik pada karsinoma payudara, dengan sensitivitas 91%, spesifisitas 79% dan akurasi 87%. DAFTAR PUSTAKA 1. Lester SC. 2004. The breast. In Robbin and Cotran Pathologic Basis of Disesase 7 th ed, Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Elsevier Saunders. Pennsylvania. Pp:1129. 2. Lee CH, Egglin TIK, Philpotts LE, et al..1999. Cost effectiveness of stereotaxic core needle biopsy: analysis by means of mammographic findings. Radiology. 202:849-54. 3. Logan-Young W, Dawson AE, Wilbur DC, et al.1998. The cost effectiveness of fineneedle aspiration cytology and 14-gauge core needle biopsy compared with open surgical biopsy in the diagnosis of breast carcinoma. Cancer. 82:1867-73. 4. WHO. 2003. Pathology and genetics: Tumours of the breast and female genitical organs. IARC Press. Lyon 5. Elston CW, Ellis IO. 1991. Pathological prognostic factors in breast cancer. I. The value of histological grade in breast cancer: experience from a large study with longterm follow-up. Histopathology. 19:403-10. 6. NHS Cancer Screening Programmes. 2001. Guidelines for non-operative diagnostic procedures and reporting in breast cancer screening. NHSBSP publication no. 50. Sheffield. 7. Smith S.D., Cason. Z., Cabaniss D.E., Benghuzzi H.A., Lemos L.B, et al.1997 Accuracy of fine needle aspiration biopsy of the breast. Biomed Sci Instrum, 33: 286 91. 8. Rocha P.D, Nadkami N.S, Menezes S. 1997. Fine needle aspiration biopsy of breast lesions and histopatology corelation. An analysis of 837 cases in four years. Acta Cytol. 4 (3); 705-12. 9. Arisio.R., Cuccorese.C., Accenilli.G., Mano.M.P., Bordon. R., Fessia.L.1998. Role of fine needle aspiration biopsy in breast lesion: analysis 4,110 cases. Diagn Cytopathol. 18 (6):462 67. 10. Peterse.J.L.2001.2nd Four day Post Graduate Course on Clinical Cytology: FNA and cytology Yogyakarta. 11. Foster.R.S. 2000. Technique of Diagnosis of Palpabel Breast Masses. In Harris JR, Lippman ME. Morrow M, Osborne CK, editors. Disease of the Breast Philadelpia : Lippincott William & Wilkins.; pp; 95 100. 12. Osuch.JR., Bonham..V.L., Morris.LL. 1998. Primary care guide to managing a breast mast; step-by-step workup. Mescap Womens Health.3 (5): 4.. 80