I. PENDAHULUAN. Transportasi menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN TRANSPORTASI PENERBANGAN KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

I. PENDAHULUAN. Daya tarik (attractiveness) industri penerbangan cukup besar dan menjanjikan.

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

Oleh : BAGUS DWIPURWANTO

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. V, 3 April 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. pintu (doorto door service) menyebabkan angkutan umum kurang menarik.

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. IV, 1 APRIL 2016

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya bisnis yang bergerak dalam

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER 2015

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/12/18/Th. IV, 1 Desember 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/10/18/Th. IV, 3 Oktober 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/02/18/Th. IV, 1 FEBRUARI 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. V, 2 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan.

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. IV, 1 MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. IV, 2 MEI 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 3 Juli 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. IV, 1 JULI 2016

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER 2014 PROVINSI LAMPUNG

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2017 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap kemajuan, Indonesia merupakan negara yang sangat

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dahulu, sarana transportasi laut menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JULI 2017 PROVINSI LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2014 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. III, 1 April 2015

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masroulina, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, yang dapat digunakan oleh siapa saja dengan cara membayar atau

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan penangganan pesawat udara untuk dioperasikan dan setelah

BAB I PENDAHULUAN. ini. Oleh karena itulah membangun kepercayaan konsumen dan citra perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 1 Agustus 2017

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINGKAT PEMAHAMAN PENUMPANG LCC (LOW COST CARRIER) TERHADAP PENGEMBALIAN UANG (REFUND) DI BANDARA INTERNASIONAL ADI SOETJIPTO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perpindahan dari satu tempat ketempat lain. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas untuk mempermudah mobilitas masyarakat kota melalui sistem dan. maupun berpindah tempat untuk memenuhi kebutuhannya.

BAB III LANDASAN TEORI. maskapai dengan sistem penerbangan full service carrier. kenyamanan dan pelayanan diberikan secara maksimal..

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan yang pesat dalam segala aspek kehidupan mendorong

1 PENDAHULUAN. 1 Sumber dari 2 Sumber dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup manusia. Jika pada zaman dahulu manusia lebih terbiasa

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/08/18/Th. IV, 1 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada di bumi, meskipun pergerakan atau perpindahan itu masih dilakukan secara sederhana. Keberadaan sebuah sarana transportasi dalam kehidupan manusia menjadi cukup signifikan karena sebagai penunjang lancarnya kehidupan. Transportasi menjadi alat vital atas perkembangan manusia dan dunia, baik dalam pemerataan penduduk, pembangunan ekonomi serta pertumbuhan industrialisasi. Berbagai disiplin ilmu mengartikan bahwa dengan adanya transportasi membuka semua kemudahan dan membuat sebuah peradaban baru yang lebih canggih dan modern. Transportasi berdasarkan moda (jenis angkutannya) dibedakan menjadi transportasi darat, air, dan udara. Moda transportasi udara atau yang lebih dikenal dengan transportasi penerbangan merupakan model transportasi yang memakai moda pesawat dan prasarana bandara. Adanya Keputusan Menteri No. 11 tahun 2001 mengubah secara signifikan kebijakan nasional tentang penyelenggaraan angkutan udara, dengan keputusan tersebut, pemerintah mengubah jenjang tahapan pemberian izin yang diterbitkan untuk kegiatan transportasi penerbangan komersial (angkutan udara niaga), yang meliputi daerah operasi, rute dan pengaturan kapasitas yang semakin terbuka sehingga menjadikan pertumbuhan industri moda transportasi udara semakin

2 meningkat. Berikut disajikan data intensitas keberangkatan route Lampung-Jakarta dalam satu minggu. Gambar 1. Intensitas Penerbangan Lampung-Jakarta (dalam satu minggu) pada tahun 2010 Sumber : Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2010 Realita yang terjadi kemudian adalah munculnya berbagai maskapai penerbangan yang menyemarakkan dunia penerbangan di Indonesia. Pelaku usaha dunia penerbangan berlomba-lomba mensosialisasikan moda transportasi ini kepada para konsumen transportasi yang ada. Dalam perkembangannya saat ini industri pesawat terbang adalah sarana transportasi yang terbukti sangat diminati oleh masyarakat, karena selain menghemat waktu untuk jarak tempuh yang sama dengan moda transportasi darat lainnya, juga seringkali secara langsung terlibat persaingan dalam menarik konsumen, dalam hal ini mendapatkan penumpang atau konsumen. Pertumbuhan Arus Lalu Lintas Udara(ALLU) Bandar Udara Radin Inten II Tahun 2001 s/d 2009 ditunjukan ditunjukan pada Gambar 2. Gambar 2. Arus Lalu Lintas Udara(ALLU) Bandar Udara Radin Inten II Tahun 2001 s/d 2009 Sumber : Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2010 Data di atas menunjukan bahwa PT Sriwijaya Air memiliki jadwal keberangkatan yang paling banyak yakni 35 kali dalam seminggu atau lima kali dalam satu hari, pemberlakuan jadwal baru ini baru di mulai pada pertengahan November 2009.

3 Jadwal keberangkatan terbanyak berikutnya yakni PT Merpati Nusantara Airlines dan PT Garuda Indonesia Airlines dengan jadwal keberangkatan 14 kali dalam seminggu. PT Metro Batavia yang awalnya memiliki jadwal keberangkatan sebanyak 14 kali dalam seminggu semenjak Februari 2009 hanya melayani tujuh kali penerbangan dalam seminggu. Banyaknya pilihan maskapai melayani route Lampung-Jakarta mengakibatkan masing-masing maskapai saling bersaing. Persaingan ini tentu saja menguntungkan bagi konsumen, karena sebagai penumpang pesawat terbang dapat membandingkan dari segi harga atau tarif dan pelayanan yang diberikan oleh industri transportasi tersebut. Dengan adanya persaingan antar pelaku usaha, maka konsumen memperoleh keuntungan berupa penawaran harga yang lebih murah dan semakin banyaknya alternatif pilihan barang atau jasa yang ditawarkan. Alternatif pilihan ini memberikan kesempatan kepada konsumen untuk dapat memilih barang atau jasa sejenis yang mempunyai kualitas terbaik dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan barang atau jasa sejenis lainnya. Pelaku usaha baik itu produsen maupun distributor harus dapat melakukan efisiensi dalam menekan biaya produksi atau distribusi, tentunya dengan tanpa mengurangi kualitas dari produk yang ditawarkannya, sehingga pada akhirnya perusahaan dapat menawarkan produk dengan harga yang lebih rendah tanpa mengurangi kualitasnya. Gambar 3 menunjukan perbandingan tarif penerbangan maskapai yang melayani route Lampung-Jakarta. Gambar 3. Perbandingan Tarif Penerbangan Lampung-Jakarta Tahun 2010

4 Sumber : Maskapai terkait, 2010 Seiring dengan perkembangan moda transportasi udara, hal yang tidak kalah menyita perhatian masyarakat adalah maraknya insiden atau kecelakaan yang kerap terjadi di dunia penerbangan Indonesia. Insiden atau kecelakaan tersebut tentunya memakan korban, baik korban meninggal dunia maupun korban luka-luka. Kecelakaan yang terjadi pada akhir-akhir ini menunjukan bahwa kualitas jasa dalam bidang transportasi udara mengalami penurunan. Gambar 4 menunjukan data insiden dan kecelakaan moda transportasi udara empat maskapai penerbangan yang beroprasi dengan route Lampung-Jakarta yakni: Sriwijaya Air, Garuda Indonesia Airlines, Metro Batavia Air, Merpati Nusantara Airlines pada tahun 2006 s/d 2009 (data nasional). Gambar 4. Data Insiden / Kecelakaan Pesawat Nasional Tahun 2006 s/d 2009 Sumber : www.antara.co.id, www.bandarudara.com, www.maskapai.wordpress.com, www.id.wikipedia.org, www.vivanews.com Fasilitas yang diberikan kepada penumpang penerbangan sangat mempengaruhi kenyamanan selama dalam perjalanan. Kenyamanan dan pelayanan dapat mempengaruhi pengonsumsi dalam melakukan pembelian. Kenyamanan perjalanan dan pelayanan yang disesuaikan dengan tarif terjangkau akan ikut dijadikan bahan pertimbangan dalam pembelian suatu jasa angkutan, yang akhirnya berpengaruh juga terhadap jumlah penumpang angkutan tersebut. Berikut disajikan Pangsa Pasar dan

5 Volume Penumpang Keberangkatan Lampung-Jakarta untuk masing-masing maskapai tahun 2006-2009. Tabel 1. Pangsa Pasar Maskapai Penerbangan (Lampung-Jakarta) Tahun 2006-2009 Tiket Terjual Maskapa Pangs Pangs Pangs i Pangsa 2006 a 2007 a 2008 2009 a Pasar Pasar Pasar Pasar Merpati 13588 8% 4052 2% 32008 17% 7379 2% Sriwijaya 106697 63% 131603 76% 154784 80% 159515 57% Adam 44329 26% 33699 20% 5769 2,9% 0 0% Riau 4161 3% 4052 2% 370 0,1% 0 0% Garuda 0 0% 0 0% 0 0% 55291 20% Batavia 0 0% 0 0% 0 0% 58386 21% Total 168775 100% 173406 100% 192931 100% 280571 100% Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2010 Data di atas menunjukan PT Sriwijaya Air mengalami penurunan pangsa pasar di tahun 2009 yakni sebesar 23% hal ini diakibatkan adanya maskapai Garuda Indonesia Airlines dan PT Metro Batavia melayani route Lampung-Jakarta pada tahun 2009 sehingga dapat mengurangi pangsa pasar PT Sriwijaya Air, namun Adam air dan Riau Air sejak tahun 2009 tidak lagi melayani route Lampung-Jakarta. Gambar 5. Volume Penumpang Keberangkatan Lampung-Jakarta Tahun 2006-2009 Sumber : Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2010

6 Data di atas menunjukan penumpang Sriwijaya Air dari tahun ke tahun semakin meningkat dibandingkan dengan maskapai lainnya. Peningkatan tertinggi yakni pada ditahun 2007 dengan jumlah penumpang 131.603 orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 106.697 atau mengalami kenaikan 24,91% kemudian meningkat lagi di tahun 2008 dengan peningkatan sebesar 154.784 orang atau meningkat sebesar 23,18%. Tahun 2009 PT Sriwijaya Air hanya mengalami penigkatan sebasar 159.515 orang atau hanya 4,73% lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ini dikarenakan penambahan layanan penerbangan baru di mulai pada akhir tahun. Sedangkan jika dibandingkan dengan maskapai lainnya seperti Adam Air terus mengalami penurunan setiap tahunnya dan pada akhirnya tidak beroperasi lagi ditahun 2009. Begitu juga dengan Riau Airlines terus menurun sampai akhirnya tidak lagi beroperasi melayani route Lampung-Jakarta. Seperti halnya penerbangan lainnya, Merpati Nusantara juga mengalami penurun yang sangat tinggi yakni sebesar 37,45% di tahun 2008. Sriwijaya Air perlu mewaspadai dengan masuknya kembali Garuda Indonesia dan Batavia Air yang melayani route Lampung-Jakarta sejak 2009. Meskipun Batavia Air juga mengalami penurunan, hal ini diindikasikan dengan mengurangi penerbangan yang awalnya 2x dalam sehari menjadi 1x dalam sehari namun hal ini patut diantisipasi oleh Sriwijaya Air karena besar kemungkinan pelanggan Sriwijaya Air akan pindah menggunakan Batavia Air dikarenakan tarif Batavia Air yang cenderung lebih murah begitu juga dengan Garuda Indonesia meskipun dengan tarif yang relatif libih mahal namun selalu menjamin kenyamanan penumpangnya.

7 Keberhasilan maskapai penerbangan Sriwijaya Air melayani route penerbangan Lampung-Jakarta tidak hanya dinilai dari meningkatnya penumpang, namun keterisian penumpang (Load Factor) menjadi perhatian yang lebih penting karena dengan Load Factor (L.F) yang tinggi berarti perusahaan dapat menutupi biaya operasionalnya dan memperoleh laba yang besar. Dibandingkan dengan maskapai penerbangan lainnya, Sriwijaya Air memiliki Load Factor keberangkatan yang paling tingggi dan terus mengalami peningkatan. Berikut disajikan gambar data perbandingan Load Factor keberangkatan antar maskapai. Gambar 6. Load Factor Antar Maskapai pada Bandar Udara Radin II Tahun 2006 s/d 2009 Sumber : Dinas Perhubungan Prov. Lampung, 2010 (Data Terlampir) Rute Lampung-Jakarta, bila ditempuh menggunakan moda transportasi darat dan laut, yaitu bus dan kapal very di pelabuhan Bakauheni-Merak, akan memakan waktu sekitar 8 jam dalam waktu normal. Namun waktu ini bisa bertambah jika terjadi kemacetan di jalan raya. Dengan menggunakan transportasi penerbangan yaitu pesawat, yang disesuaikan dengan jadwal penerbangan yang terdapat pada bandara Radin Inten II, jarak tempuh Lampung-Jakarta hanya memakan waktu 50 menit. Konsumen mempunyai banyak pilihan menggunakan jasa transportasi dalam melakukan perjalanannya. Alternatif perjalanan Lampung-Jakarta yang tersedia di Bandar Udara Radin Inten II yang diputuskan digunakan oleh konsumen merupakan

8 pilihan atas banyaknya sarana transportasi. Dibawah ini merupakan daftar jadwal keberangkatan maskapai penerbangan dengan route Lampung-Jakarta. Table 2. Jadwal Penerbangan Lampung-Jakarta Tahun 2010 No. Sriwijaya Air Batavia Air Garuda Merpati 1 Pkl. 08.10 Pkl. 09.05 Pkl. 08.30 Pkl.11.25 2 Pkl. 10.50 - Pkl. 17.35-3 Pkl. 14.40 - - - 4 Pkl. 16.30 - - - 5 Pkl. 17.40 - - - Sumber : Maskapai terkait, 2010 Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala dinas perhubungan udara Provinsi Lampung, terdapat beberapa masalah yang berhubungan dengan pelayanan yang diberikan, baik itu berupa komplain atau teguran langsung yang disampaikan penumpang, maupun pembatalan pemesanan tiket pesawat. Masalah-masalah tersebut di antaranya dikarenakan keterlambatan penerbangan yang dikarenakan pesawat belum dinyatakan full passanger dengan status ok untuk terbang, keramahan beberapa karyawan yang masih kurang baik, sampai sistem reservasi tiket yang mati. Gambar 7. Ketepatan Waktu Penerbangan Bandar Udara Radin Inten II (Jumlah Penerbangan) Tahun 2006 s/d 2009 Sumber : Dinas Perhubungan, 2010 Data di atas menunjukan bahwa ketepatan waktu penerbangan (kedatangan & keberangkatan) tahun 2004-2009 mencapai 21.299 penerbangan dan ketidaktepatan

9 waktu penerbangan (kedatangan & keberangkatan) tahun 2004-2009 mencapai 3.586 penerbangan. Ketidaktepatan waktu penerbangan (kedatangan & keberangkatan) terkecil yakni sebasar 422 penerbangan di Bandar Udara Radin Inten II terjadi pada tahun 2006 atau hanya 8% ketidaktepatan waktu penerbangan. Namun, pada tahun berikutnya yakni tahun 2007 ketidaktepatan waktu keberangkatan meningkat sangat tajam pada posisi 812 penerbangan atau 19%. Meskipun persentase penurunan ketidaktepatan waktu terjadi pada tahun 2009 yakni 13% namun hal tersebut cukup besar yakni 3.185 penerbangan jika dilihat dari volume penerbangan sebelumnya yakni 2.453 penerbangan. Dibawah ini disajikan persentase perbandingan ketepatan waktu keberangkatan pada Bandar Udara Radin Inten II. Gambar 8. Persentase Penerbangan Tepat Waktu VS Tidak Tepat Waktu Lampung- Jakarta Tahun 2009 Sumber : Dinas Perhubungan, 2010 Beberapa masalah mengenai ketepatan waktu dapat diatasi dengan baik sehingga penumpang merasa puas dengan solusi dan jawaban yang diberikan, tetapi ada juga masalah yang tidak dapat diatasi pada waktu itu juga. Perusahaan mengerti bahwa kepuasan konsumen harus diutamakan sehingga dapat memperoleh keuntungan yang diharapkan untuk membiayai kelangsungan operasional perusahaan, sehingga perusahaan harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada penumpang agar tidak terjadi kekecewaan pada penumpang seperti dilansir dari www.vivanews.com pada bulan Februari 2011, yakni terjadinya penyerangan counter Sriwijaya Air di terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta pada tanggal 1 Oktober 2009, yang diduga bermula dari

10 rasa kecewa atas pelayanan Sriwijaya Air, dibawah ini salah satu kasus atas kekecewaan penumpang Sriwijaya Air: Pelaku Kesal dengan Pelayanan Sriwijaya Air" Kasus bermula dari rasa kecewa seorang pelaku atas pelayanan Sriwijaya Air. Kamis, 1 Oktober 2009, 13:44 WIB Pipiet Tri Noorastuti, Sandy Adam Mahaputra VIVAnews - Lima pelaku penyerangan counter Sriwijaya Air di Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta telah tertangkap. Kelimanya masih dalam pemeriksaan intensif aparat untuk mengungkap motif aksi kriminal itu. Kanit Resmob Kepolisian Daerah Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Achmad Rivai, kasus diduga bermula dari rasa kecewa seorang pelaku atas pelayanan Sriwijaya Air. Kala itu, salah seorang pelaku mempertanyakan keterlambatan penerbangan tujuan Makassar. "Karena merasa tidak ditanggapi dengan baik, tersangka merasa kesal sehingga mengajak teman-temannya untuk melampiaskan emosinya merusak loket Sriwjaya," kata Rivai. Sekitar pukul 16.40, Rabu 30 September 2009, sebanyak 11 pelaku mendatangi counter Sriwijaya Air di Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta. Mereka melakukan pengrusakan counter. VIVAnews Sumber : www.vivanews.com (diakses pada tanggal 20 Februari 2010) Kejadian seperti uraian di atas tidak seharusnya terjadi apabila maskapai penerbangan memahami kepuasan pelanggan dengan memberikan penerbangan tepat waktu dan pelayanan yang memuaskan dalam hal ini pemberian informasi keterlambatan penerbangan. Pemahaman mengenai sikap pengonsumsi tentang ketepatan waktu, tarif, kenyamanan penerbangan dan pelayanan terhadap kepuasan penumpang/pengonsumsi merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan mengingat keempat faktor tersebut merupakan indikator pengonsumsi dalam memutuskan menggunakan jasa angkutan yang akhirnya berpengaruh terhadap jumlah

11 penumpang angkutan setiap periodenya. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul: Analisis Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Penerbangan Lampung-Jakarta pada Sriwijaya Air. 1.2 Permasalahan Salah satu keberhasilan perusahaan adalah dengan kepercayaan dan pengakuan yang diberikan oleh pengonsumsi dengan banyaknya membeli produk tersebut atau dalam hal ini adalah sering menggunakan jasa angkutan Sriwijaya Air. Berdasarkan kenyataan yang ada terlihat bahwa jumlah penumpang Sriwijaya dari Lampung terus mengalami peningkatan, dan load factor menunjukan rata-rata diatas 80% lebih tinggi dibandingkan maskapai lainnya yang melayani route Lampung-Jakarta. Namun, masih terdapat keluhan dari konsumen khususnya diakibatkan oleh ketidaktepatan waktu keberangkatan. Dibalik persaingan yang makin kuat antar maskapai penerbangan, penulis ingin mengkaji bagaimana kepuasan konsumen terhadap Sriwijaya Air District Tanjung Karang, dibalik kesuksesannya dibanding dengan maskapai lainnya mengingat ketepatan waktu, tarif, kenyamanan penerbangan dan pelayanan merupakan faktor penting pengonsumsi dalam memutuskan mengunakan jasa angkutan, maka permasalahan yang dirumuskan adalah: Apakah kinerja PT Sriwijaya Air District Tanjung Karang telah sesuai dengan harapan penumpang? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

12 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja yang diperlihatkan Sriwijaya Air Distric Tanjung Karang tentang ketepatan waktu, tarif, kenyamanan penerbangan dan pelayanan sehingga mampu memberikan kepuasan bagi pengonsumsi atau sebaliknya, dengan pelayanan yang minimal perusahaan penerbangan Sriwijaya Air telah melupakan kepuasan konsumennya, sehingga Sriwijaya Air District Tanjung Karang dapat mempertahankan prestasi yang telah dicapai. 1.3.2 Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan putusan yang berkaitan dengan ketepatan waktu, tarif, kenyamanan penerbangan dan pelayanan. 2. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan bahan ilmu pengetahuan dalam bidang

13 pemasaran. 1.4 Kerangka Pemikiran Jasa penerbangan memiliki keunggulan dari jasa moda lainnya, seperti kecepatan sangat tinggi dan dapat digunakan secara flexibele karena tidak terikat pada hambatan alam, kecuali cuaca. Sifat atau karakteristik umum jasa angkutan udara adalah sebagai berikut (M. Nur Nasution, 2004: 230): a. Produksi yang dihasilkan tak dapat disimpan dan dipegang, tetapi dapat ditandai dengan adanya pemanfaatan waktu dan tempat. Unit produksi adalah seat-km tersedia dan ton-km tersedia. Seat-km tersedia (available seat-km) adalah satu seat yang diterbangkan satu km. Bila seat-km dan ton-km tersedia telah digunakan users, maka produksi tersebut menjadi revenue passanger-km dan revenue cargo-km. b. Permintaan bersifat elastis Permintaan jasa angkutan udara bersifat derived demand, yaitu sebagai akibat adanya permintaan atau kebutuhan dilokasi lain. Karena tarif angkutan udara relatif mahal, maka bila terjadi perubahan harga maka permintaan menjadi elastis. c. Selalu menyesuaikan teknologi maju Perusahaan penerbangan pada dasarnya bersifat dinamis yang dengan cepat menyesuaikan perkembangan teknologi pesawat udara. Penyesuaian teknologi maju tidak hanya dibidang teknik permesinan pesawat terbang saja, tetapi juga dibidang-

14 bidang lainnya, seperti sistem informasi manajemen, metode-metode, peraturanperaturan dan prosedur serta kebijakan. d. Selalu ada campur tangan pemerintah Seperti pada umumnya kegiatan-kegiatan transportasi hajat hidup orang banyak selain itu juga untuk menjaga keseimbangan antara penumpang dan operator (dalam hal ini pentarifan), jumlah investasi, dan menjamin keselamatan penerbangan. Menurut Suharto Abdul Majid (2009:29), Pada kasus penerbangan di Indonesia, terdapat empat hal yang menonjol, berkaitan dengan alasan orang melakukan penerbangan sebagai cerminan apa yang diinginkan atau diharapkan konsumen, yaitu tepat waktu, harga tiket terjangkau atau murah, kenyamanan terjamin dan pelayanan yang memuaskan. Dari uraian di atas, penulis menentukan kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 9. Kerangka Pemikiran Penulisan