Kebebasan Ruhani Oleh Nurcholish Madjid

dokumen-dokumen yang mirip
PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid

ZIKIR Oleh Nurcholish Madjid

ILMU PERTANDA Oleh Nurcholish Madjid

MAKNA IDUL FITRI Oleh Nurcholish Madjid

Jalan Lurus. Oleh Nurcholish Madjid

TAKWA DAN IKHLAS Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

SEMIOTIKA ISLAM Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

PROPORSI HUBUNGAN ANTARA KEILMUAN DAN KEAGAMAAN

c 1 Ramadan d 28 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

AYAT ASAS Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

TIDAK SEKADAR PUASA BADANI

FITRAH Oleh Nurcholish Madjid

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah sajalah hati akan menjadi tenteram (QS Ar Ra d : 28).

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BEBERAPA SEGI AJARAN DALAM AL-QUR AN DAN PEMECAHAN PERSOALAN UMAT MANUSIA DEWASA INI

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

UMAT Tengah. Oleh Nurcholish Madjid

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

KEADILAN SEBAGAI HUKUM ALAM

Hakikat Manusia Menurut Islam

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

TAKWA, ZIKIR, DAN IKHLAS

Dalam Surat Asy Syura ayat 51 diatas disebutkan bahwa ada 3 cara Allah berkomunikasi dengan manusia :

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

MENGIKUTI HAWA NAFSU

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

SALAM PADA TUHAN Oleh Nurcholish Madjid

AL KHALIQ WA AL - MAKHLUQ. Dosen: Asep Sopian, S.Pd.

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir. Disebarluaskan melalui:

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Masih Spiritualitas Bisnis

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

MENGHAYATI PERAN ISTRI

3 Wasiat Agung Rasulullah

Bimbingan Ruhani. Penanya:

Memahami Islam. Pertanyaan:

ASAS HIDUP TAKWA Oleh Nurcholish Madjid

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

malam bentangkan gelap, ia berdiri menyesali diri karena takut tiada tara menjadi teman kesedihan pada siang hari

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal

Motivasi Untuk Bertaubat

Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann

PUASA SIA-SIA Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Pertemuan Kedua KABAR GEMBIRA BERHADAPAN DENGAN MATERIALISME

JENJANG PUASA NAFSANI

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1

KEMBALI KEPADA FITRAH (MAKNA MINAL AIDIN WAL FAIZIN)

Mutiara Islahul Qulub 6

Dalam sejarah pemikiran Islam klasik, ada kontroversi qadarîyahjabarîyah

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

SEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

EFEK KESEHARIAN TAKWA

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

TENTANG MITOS. Oleh Nurcholish Madjid. The Compact Edition of the Oxford English Dictionary (Oxford University Press, 1971), s.v. Myth dan Mythos.

Sucikan Diri Benahi Hati

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

TAKDIR BUKAN FATALISME

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Pikirlah tentang Allah Bila. Saudara Berdoa

Pengetahuan Baik & Jahat. "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan."

2. "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. " Kolose 4:5.

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

HUBUNGAN DENGAN ALLAH

MTPJ FEBRUARI '16

Motivasi Agar Istiqomah

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid

Diantara rahasia dan hakekat shiyam Ramadhan dapat disimpulkan menjadi tujuh perkara yang dapat dirasakan kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan:

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Ragi orang Farisi & Saduki penyebab kebutaan dan ketimpangan pertumbuhan rohani kita

[ Indonesia Indonesian

Diri manusia merupakan alam Akbar (besar). Sedangkan langit dan bumi merupakan alam Asghar (kecil).

1 Yohannes 1. 1 Yohannes 2

Pendidikan Agama Islam Bab : 1 Eksistensi Manusia

APAKAH YESUS ITU ALLAH? B A B 2

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati

METAFORA LAILATUL QADAR

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

13 Langkah Mengembangkan Potensi Diri

THE FINANCIAL TRANSFORMATION #4 TRANSFORMASI KEUANGAN #4 WISDOM FOR FINANCIAL WONDERS HIKMAT MENGALAMI KEAJAIBAN KEUANGAN

Sebab-sebab Penyakit Hati

Tauhid Yang Pertama dan Utama

KEBEBASAN Oleh Nurcholish Madjid

Transkripsi:

c Prestasi, bukan Prestise d Kebebasan Ruhani Oleh Nurcholish Madjid Pembicaraan tentang kebebasan ruhani bersangkutan dengan usahausaha penuh kesungguhan atau mujāhadah manusia melepaskan diri dari kungkungan jasmani. Sejajar dengan kenyataan diri pribadi manusia yang tersusun dari kenyataan jasmani, nafsani, dan ruhani (raga, jiwa, dan sukma), mujāhadah itu juga berjenjang sejak dari inisiasi lahiri sampai ke pengalaman batini. Tetapi pembicaraan tentang yang ruhani atau batini adalah pembicaraan tentang kenyataan tinggi (kasunyatan adiluhung atau high reality), sehingga memerlukan metaforika atau masal (al-matsal). Metaforika tertinggi hanya dipunyai oleh Allah swt, yang dalam al-qur an disebutkan dalam istilah al-matsal al-a lā, sebab Allah adalah Kenyataan Mahatinggi. Dalam Kitab Suci disebutkan bahwa Allah memiliki al-matsal al-a lā itu di seluruh langit dan di bumi, dan Dia adalah Mahatinggi dan Mahabijaksana (Q 30:27). Metaforika digunakan karena berkenaan dengan suatu kenyataan tinggi, apalagi dengan Tuhan yang merupakan Kenyataan Mutlak, bahasa manusia tidak akan mampu menggambarkan dan menjelaskan. Setiap penjelasan lisan melalui ungkapan kebahasaan tidak akan dapat menggapai hakikat kenyataan tinggi itu. A. Yusuf Ali, dalam komentarnya terhadap keterangan Kitab Suci itu, memberi komentar sebagai berikut: Keagungan Allah dan sifat-sifat Allah berada di atas semua nama yang pernah kita berikan. Bahasa manusia tidak cocok untuk menyatakan itu semua. Dalam tingkat kita yang sekarang, kita hanya dapat membentuk beberapa gagasan

c Nurcholish Madjid d tentang itu dengan jalan perumpamaan dan tamsil. Tapi sekalipun demikian, paling jauh yang dapat kita pikirkan ialah kekurangan kita tentang hakikat yang sebenarnya, sebab Allah lebih tinggi dan lebih bijaksana daripada segala yang tertinggi dan yang paling bijaksana yang dapat kita pikirkan. Maka demikian pula dengan kebebasan ruhani, hal itu tidak dapat dibicarakan kecuali dengan membuat ungkapan-ungkapan perumpamaan, metaforika, dan masal. Ungkapan-ungkapan itu tidak dapat lain dari ungkapan-ungkapan pinjaman dari kenyataan lahiri. Ekspresi terbaik bagi ungkapan serupa itu biasanya ada dalam karya-karya sastra kaum Sufi, seperti misalnya untaian syair-syair Masnawi (Masnavi-ye Ma navi Kaplet Ruhani ). Masalah kebebasan ruhani, pembicaraan tidak terbatas hanya pada kalangan khusus kaum Sufi malalui wacana-wacana esoterik dan ekslusif. Karena kebebasan ruhani merupakan salah satu hakikat pokok kebahagiaan abadi, maka setiap orang berkepentingan dengan masalah ini, dan usaha penjelasannya juga dapat dilakukan oleh siapa saja, dengan sendirinya terutama oleh mereka yang ahli dari kalangan para ulama. Berikut ini adalah percobaan membicarakan masalah itu, dengan bahan dari para ahli yang tidak semuanya mengaku Sufi, tapi punya perhatian mendalam tentang masalah kebebasan ruhani itu. Kebebasan ruhani tidak dapat difapami kecuali dalam konteks pembebasannya dari kungkungan jasmani. Dalam suatu ungkapan yang sudah amat baku dan luas dikenal, kebebasan ruhani ialah pertama-tama dengan mengalahkan hawa nafsu. Istilah hawa nafsu itu sendiri berasal dari kata-kata Arab hawā al-nafs yang berarti keinginan diri-sendiri. Dalam bahasa kontemporer, hawa nafsu sejajar sekali dengan apa yang dikatakan dalam kata-kata Inggris vested interest. Penting sekali dimengerti bahwa hawa nafsu atau vested interest itu dapat sangat membelenggu manusia, seperti dimaksudkan dalam ungkapan tyrany of vested interest. Kebebasan adalah unugerah Tuhan yang pertama sejak zaman primordial. Ketika Adam dan Hawa dipersilakan Tuhan untuk

c Prestasi, c Kebebasan bukan Ruhani Prestise d d masuk ke dalam surga suatu metafora kebahagiaan abadi Tuhan juga mempersilakan mereka berdua makan (merasakan kebahagiaan) surgawi itu dengan bebas, semau mereka. Tetapi bersamaan dengan itu juga dipesan untuk tidak mendekati sebuah pohon terlarang, sebab dengan mendekatinya maka mereka akan masuk dunia gelap (zulm) yang menghapuskan kebahaginan. Kebetulan dalam bahasa Arab, perkataan hawā itu sendiri sebagai kata kerja, artinya jatuh. Karena itu, perkataan hawā dan nafs dalam makna esoteriknya selain berarti keinginan dan diri-sendiri, juga berarti kejatuhan dan diri-sendiri. Maka menahan hawa nafsu adalah juga menahan diri sendiri dari kejatuhan, dengan tetap senantiasa menyadari kehadiran Tuhan. Menahan diri dari kejatuhan itu merupakan persyaratan pokok guna memperoleh kebebasan ruhani yang membawa kebahagiaan abadi, yang dimasalkan dalam kehidupan surgawi (lihat Q 79:40-41, Adapun orang yang senantiasa takut (sadar dan waspada) akan kedudukan (kehadiran) Tuhannya dan menahan diri dari kejatuhan (hawā), maka sesungguhnya surga itulah tempat menetapnya. Kisah langit dalam Kitab Suci itu dengan jelas menggambarkan kebahagiaan hakiki Adam dan Hawa sebagai manusia primordial, dan menggambarkan pula kejatuhannya karena melanggar batas kebebasan yang dianugerahkan itu dengan kegagalannya menahan diri. Karena itu kebahagiaan akan terwujud dalam kebebasan ruhani dari belenggu nafsu jasmani, dan kebahagiaan itu adalah sesungguhnya wujud hakiki manusia sesuai dcngan design Ilahi yang dikenal dengan fitrah yang membawa kahanifan. Sebuah syair melukiskan hal ini, Yā khādim-a l-jism-i, kam tasyqā bi-khidmat-ihī? Fa-anta bi l-rūh-i lā bi-l-jism-i insan-u (Wahai pelayan raga, betapa engkau menderita dengan layananmu itu!? Sebab engkau adalah manusia karena sukma, bukan karena raga).

c Nurcholish Madjid d Makna syair itu adalah peringatan tentang kemungkinan orang menjadi pelayan (khadam) dorongan jasmani, yang berakibat pembelengguan diri dan perampasan kebebasannya. Adanya kemungkinan itu juga digambarkan dalam sebuah syair yang hampir-hampir membentuk sebuah tongue twister namun memiliki makna mendalam yang relevan. Syair itu menyangkut seorang pecinta bernama Isma il yang datang mengetuk rumah kekasihnya yang bernama Asma. Sampai lelah tangan Isma il mengetuk pintu namun tidak dibukakan juga, hanya terdengar teriakan Asma meminta kesabaran, dan yang dirundung kecintaan yang membara telah kehabisan kesabaran: Tarad-tu l-bāb-a hattā kallamatnī, wa-lammā kallāmatnī kallamanī, fa-qālat yā Ismā īl-u ishabr, fa-qul-tu aya Sma ila shabrī (Aku ketuk pintu sampai lenganku lelah, dan setelah lenganku lelah ia pun bicara padaku. Ia berkata, hai Ismail, sabarlah! Dan aku jawab, Hai Asma, telah habis sabarku! ) Apa yang dilukiskan dalam syair itu sejalan dengan wisdom popular bahwa cinta itu buta dan memperbudak. Sebaliknya, kebencian juga membuat orang buta terhadap segi-segi kebaikan sasaran kebenciannya. Inilah bahaya sikap-sikap berlebihan, yang kebanyakan orang tidak menyadarinya. Dalam sikap-sikap berlebihan itulah kita dapat kehilangan kesadaran tujuan yang adil dan wajar. Beberapa syair cinta memberikan ilustrasi tentang masalah ini: Wa ayn-u l-ridlā an kull-i ayb-in kalīlat-un, ka-mā anna ayn-a l-shukht-i tubdī l-musāwiy-a (Mata kecintaan akan tumpul terhadap cacat kekurangan, seperti mata kebencian akan selalu melihat keburukan) Cinta yang membelenggu dan memperbudak itu ialah cinta jasmani, yang karena itu juga berhakikat penurutan kepada hawa

c Prestasi, c Kebebasan bukan Ruhani Prestise d d nafsu, sedikit ataupun banyak. Oleh karena itu, kebebasan ruhani pada khususnya dan kebebasan itu an sich pada umumnya tidak akan diperoleh kecuali jika orang mampu membebaskan diri dari dikte dorongan rendah biologisnya. Keadaan serupa itu manuntut kemampuan meningkatkan diri kepada cinta ilahi. [v]