BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

LAPORAN OPERASIONAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

LAPORAN OPERASIONAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 LAMPIRAN I.13 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 04 LAPORAN OPERASIONAL

INFORMASI TENTANG LAPORAN OPERASIONAL YANG DISAJIKAN DALAM CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA) Oleh : Nathasia dan Susanti

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP 12 LAPORAN OPERASIONAL

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 4 LAPORAN OPERASIONAL DAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LO DAN BEBAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

BAB II LANDASAN TEORI. informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB II Landasan Teori

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Sosialisasi PP 71 /2010 tentang SAP Akrual. A. B. Triharta

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

AKUNTANSI PEMBIAYAAN

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 52

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

BAB II LAPORAN ARUS KAS

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PROFIL KEUANGAN DAERAH

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN

BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

KEBIJAKAN LO. 1. PENDAPATAN-LO Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih (ekuitas).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

Entitas Pelaporan. Entitas Akuntansi dan Pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

AKUNTANSI PENDAPATAN

DAFTAR ISI I. KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH... 1 KOMPONEN UTAMA KEBIJAKAN AKUNTANSI... 1 II. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN...

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO.

LAPORAN KEUANGAN POKOK

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS,

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB III EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN

Transkripsi:

A. Laporan Realisasi Anggaran BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Laporan Realisasi Anggaran Laporan realisasi anggaran adalah laporan yang disusun untuk memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundangundangan. Menurut (Indra Bastian, 2007:387), Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menggambarkan selisih antara jumlah yang dianggarkan di awal periode dengan jumlah yang telah direalisasi di akhir periode. Laporan realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/ABBD. Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Laporan realisasi anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan 5

moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya. Menurut (Mohamad Mahsun dkk, 2006:128), Laporan realisasi anggaran adalah sebagai berikut: laporan yang berisi tentang informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan dari suatu entitas yang dibandingkan dengan anggaran ketiga pos tersebut. Melalui laporan realisasi anggaran dapat diketahui prediksi tentang sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah serta resiko ketidakpastian atas sumber daya ekonomi tersebut. Selain itu, laporan realisasi anggaran juga memberikan informasi tentang indikasi apakah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan digunakan telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip ekonomis, efisiensi dan efektivitas, sesuai dengan anggaran yang ditetapkan serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Informasi tambahan, termasuk informasi non keuangan, yang berkaitan dengan laporan realisasi anggaran disajikan dalam Nota Perhitungan APBN/APBD. Laporan realisasi anggaran dilaporkan selambat-lambatnya 6 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. 2. Tujuan Laporan Realisasi Anggaran a. Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. 6

b. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Manfaat Informasi Realisasi Anggaran a. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan: 1) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi; 2) menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran. b. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. 7

Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi: 1) telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat; 2) telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan. 4. Struktur Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan-lra, belanja, transfer, surplus/defisit LRA dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Dalam Laporan Realisasi Anggaran harus diidentifikasikan secara jelas, dan diulang pada setiap halaman laporan, jika dianggap perlu, informasi berikut: a) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya; b) cakupan entitas pelaporan; c) periode yang dicakup; d) mata uang pelaporan; dan e) satuan angka yang digunakan. 5. Periode Pelaporan Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas 8

berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas mengungkapkan informasi sebagai berikut: a. alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun; b. fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Realisasi Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan. Manfaat suatu Laporan Realisasi Anggaran berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi pemerintah tidak dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas pelaporan untuk menyajikan laporan keuangan tepat waktu. Suatu entitas pelaporan menyajikan Laporan Realisasi Anggaran selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) PP No. 71 Tahun 2010 berlaku efektif untuk laporan keuangan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran 2010. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010. 6. Isi Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga memperlihatkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, 9

surplus/defisit, dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan Realisasi Anggaran menyandingkan realisasi pendapatan, belanja transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dengan anggarannya. Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan. Dalam SAP PP No. 71 Tahun 2010 dijabarkan bahwa Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut: a. Pendapatan b. Belanja c. Transfer d. Surplus atau defisit e. Penerimaan pembiayaan f. Pengeluaran pembiayaan g. Pembiayaan neto; dan h. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA) Pos, judul, dan sub jumlah lainnya disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar 10

Akuntansi Pemerintahan ini, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan Realisasi Anggaran secara wajar. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-51/PB/2008 menjelaskan pos-pos Laporan Realisasi Anggaran kementerian negara/lembaga setidak-tidaknya meliputi: a. Pendapatan: 1) Penerimaan Perpajakan * 2) Penerimaan Negara Bukan Pajak 3) Penerimaan Hibah b. Belanja Negara: 1) Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis belanja: a) Belanja Pegawai b) Belanja Barang c) Belanja Modal d) Belanja Pembayaran Kewajiban Utang * e) Belanja Subsidi * f) Belanja Hibah * g) Belanja Bantuan Sosial h) Belanja Lain-lain 2) Transfer ke Daerah *): a) Transfer Dana Perimbangan b) Transfer Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian c. Pembiayaan *): 11

1) Penerimaan Pembiayaan 2) Pengeluaran Pembiayaan Ket: *) Khusus Departemen Keuangan dan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan serta Departemen tertentu. Menurut (Muindro, 2008:77), Perkiraan Akuntansi untuk Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari: a. Pendapatan Negara dan Hibah: 1) Penerimaan Perpajakan 2) Penerimaan Negara Bukan Pajak 3) Penerimaan hibah b. Belanja Negara: 1) Belanja Pegawai 2) Belanja Barang 3) Belanja Modal 4) Belanja Pembayaran Bunga 5) Belanja Subsidi 6) Belanja Hibah 7) Belanja Bantuan Sosial 8) Belanja Lain-lain 7. Informasi Yang Disajikan Dalam Laporan Realisasi Anggaran Atau Dalam Catatan Atas Laporan Keuangan 12

Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut jenis pendapatan-lra dalam Laporan Realisasi Anggaran, dan rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Klasifikasi belanja menurut organisasi disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran atau di Catatan atas Laporan Keuangan. Klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 8. Penerapan Akuntansi dalam Laporan Realisasi Anggaran Basis Akuntansi Basis Akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan Laporan Operasional (LO), beban, asset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundangan mewajibkan disajikannya laporan keuangan dengan basis kas, maka entitas wajib menyajikan laporan demikian. Basis akrual untuk LO berarti bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada LO. 13

Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas, berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan, serta belanja dan transfer dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Namun demikian, bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual. Menurut (Muindro, 2008:117), basis akuntansi dalam ciri-ciri pokok SAPP adalah cash toward accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas, untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran, dan Basis Akrual, untuk pengakuan asset, kewajiban dan ekuitas dalam Neraca. Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar melalui Kas Umum Negara. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. 14

Akuntansi Pendapatan-LRA Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut jenis pendapatan. Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi. Akuntansi pendapatan-lra dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Dalam hal besaran pengurangan terhadap pendapatan-lra bruto (biaya) bersifat variable terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakna proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum. Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan-lra pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-lra. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas penerimaan pendapatan-lra yang terjadi pada 15

periode penerimaan pendapatan-lra dibukukan sebagai pengurang pendapatan-lra pada periode yang sama. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas penerimaan pendapatan-lra yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut. Akuntansi pendapatan-lra disusun untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah. Akuntansi Belanja Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi 16

ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanjamodal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga. Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatanseharihari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud. Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah. Contoh klasifikasi belanja menurut ekonomi (jenis belanja) adalah sebagai berikut: Belanja Operasi: - Belanja Pegawai xxx - Belanja Barang xxx 17

- Bunga xxx - Subsidi xxx - Hibah xxx - Bantuan Sosial xxx Belanja Modal: - Belanja Aset Tetap xxx - Belanja Aset Lainnya xxx Belanja Lain-lain/Tak Terduga xxx Transfer xxx Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah. Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran. Klasifikasi belanja menurut organisasi di lingkungan pemerintah pusat antara lain belanja per kementerian negara/lembaga beserta unit organisasi di bawahnya. Klasifikasi belanja menurut organisasi di pemerintah daerah antara lain belanja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Sekretariat Daerah pemerintah provinsi/kabupaten/kota, dinas pemerintah tingkat provinsi/kabupaten/kota, dan lembaga teknis daerah provinsi/kabupaten/kota. 18

Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Contoh klasifikasi belanja menurut fungsi adalah sebagai berikut: Belanja : - Pelayanan Umum xxx - Pertahanan xxx - Ketertiban dan Keamanan xxx - Ekonomi xxx - Perlindungan Lingkungan Hidup xxx - Perumahan dan Permukiman xxx - Kesehatan xxx - Pariwisata dan Budaya xxx - Agama xxx - Pendidikan xxx - Perlindungan sosial xxx Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan-lra dalam pos pendapatan lain-lain LRA. 19

Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen untuk mengukur efektivitas dan efisiensi belanja tersebut. Akuntansi Surplus/Defisit-LRA Selisih antara pendapatan-lra dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA. Surplus-LRA adalah selisih lebih antara pendapatan-lra dan belanja selama satu periode pelaporan. Defisit-LRA adalah selisih kurang antara pendapatan-lra dan belanja selama satu periode pelaporan. Akuntansi Pembiayaan Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Akuntansi Penerimaan Pembiayaan Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, 20

penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Cadangan yang bersangkutan. Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah Dana 21

Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan-lra dalam pos pendapatan asli daerah lainnya. Akuntansi Pembiayaan Neto Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam Pembiayaan Neto. Akuntansi Sisa Lebih/Kurang PembiayaanAnggaran (Silpa/Sikpa) SiLPA/SiKPA adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-lra danbelanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih. TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang rupiah. Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama dengan yang digunakan dalam transaksi, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dengan menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi. 22

Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan dalam transaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan rupiah, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi, yaitu sebesar rupiah yang digunakan untuk memperoleh valuta asing tersebut. Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan untuk bertransaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan mata uang asing lainnya, maka: a. Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan dengan menggunakan kurs transaksi; b. Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi. B. Pendapatan dan Belanja 1. Pengertian dan Pengakuan Pendapatan Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lain atas harta dari satu kesatuan atau penyelesaian kewajibannya selama satu periode dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi pokok atau utama yang berkelanjutan dari kesatuan tersebut. Selain itu, pendapatan dapat didefinisikan sebagai peningkatan aktiva atau penurunan utang/kewajiban yang berasal dari berbagai kegiatan di dalam periode akuntansi atau periode anggaran tertentu. 23

Tidak semua dalam pengertian pendapatan adalah peningkatan aktiva yang timbul dari pembelian harta, hibah, pinjaman, ataupun koreksi surplus-defisit. Pendapatan diklasifikasikan menurut sumber pendapatan dan pusat pertanggungjawaban. Sumber pendapatan dirinci berdasarkan kelompok dan jenis rekening. Pusat pertanggungjawaban dirinci berdasarkan bagian atau fungsi dan unit organisasi. Menurut (Mohamad Mahsun dkk, 2006:128), Pendapatan (basis kas) yaitu semua penerimaan kas umum Negara/kas daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar lagi oleh pemerintah (basis kas). Sedangkan pendapatan (basis akrual), yaitu hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaaan bersih. Sedangkan dalam Lampiran IVa Peraturan Direktur Jenderal PerbendaharaanNomor: Per-51/Pb/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara (KUN) yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan. Dalam SAP, PP No. 71 Tahun 2010, Pendapatan Laporan Realisasi Anggaran adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara 24

Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Terdapat dua kriteria pengakuan pendapatan secara umum, yaitu: 1. Pendapatan baru dapat diakui bilamana jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi atau cukup pasti akan segera terealiasasi (reliazed atau reliable). Pendapatan dapat dikatakan telah terealisasi bilamana telah terjadi transaksi pertukaran barang atau jasa dengan kas atau klaim untuk menerima kas, termasuk di dalamnya klaim untuk menerima kas atau pajak dan retribusi daerah. 2. Pendapatan baru dapat diakui bilamana pendapatan tersebut sudah terhimpun/terbentuk (earned). Pendapatan dapat dikatakan telah terhimpun bilamana kegiatan menghasilkan pendapatan tersebut telah berjalan dan seluruh substansial telah selesai dilaksanakan. Pendapatan diakui ketika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi, dengan kata lain pengakuan pendapatan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aktiva atau pengakuan penurunan kewajiban (misalnya, kenaikan bersih aktiva yang timbul dari penerimaan pendapatan atau penurunan kewajiban yang timbul dari pembebasan pinjaman yang masih harus dibayar). 25

Pengakuan pendapatan secara akrual berarti pendapatan diakui segera setelah dukungan administrasi pengakuan pendapatan bagi pemerintah dapat diketahui, tanpa melihat apakah uang telah diterima di kas atau belum. Yang dimaksud dengan dukungan administrasi adalah dasar hukum mengenai jenis serta jumlah pendapatan yang menjadi hak. Pendapatan diakui sebesar jumlah yang akan menjadi hak pemerintah, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka perolehan pendapatan maupun penagihan, serta keringanan-keringanan yang tidak diumumkan dan didefinisikan sebelumnya, dianggap sebagai biaya terpisah dan tidak mengurangi secara langsung jumlah pendapatan yang berkaitan. Dalam SAP PP No. 71 Tahun 2010, Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan. 2. Karakteristik dan Tujuan Pendapatan Dalam konteks laporan kinerja keuangan, pendapatan operasi merupakan salah satu komponennya. Akuntansi operasi mengacu pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh suatu entitas agar mencapai tujuan pokoknya. Pendapatan yang timbul dari aktivitas operasi dapat dibedakan menjadi pendapatan yang timbul dari pemilikan aktiva dengan pendapatan yang timbul dari pendanaan suatu entitas. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul sebagai akibat aktivitas/kegiatan operasi entitas pemerintah selama satu periode yang 26

mengakibatkan kenaikan ekuitas dan bukan berasal dari pinjaman yang harus dikembalikan. Pendapatan hanya terdiri atas arus masuk manfaat ekonomi yang diterima oleh entitas pemerintah untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih untuk dan/atau atas nama pihak ketiga bukan merupakan pendapatan, karena tidak ada manfaat ekonomi bagi entitas pemerintah serta tidak ada kenaikan nilai ekuitas. Tujuan dari penyusunan prosedur pendapatan secara umum adalah: 1. Memberikan prosedur yang baku atau aktivitas yang berkaitan dengan perolehan informasi mengenai pendapatan, mulai dari pengakuan sampai pada proses pencatatannya. 2. Memberikan informasi yang tepat maupun prediktif mengenai jumlah pendapatan yang dimiliki, sehingga dapat diperhitungkan seberapa besar dana yang dimiliki untuk membiayai kegiatan seperti yang dianggarkan. 3. Kebijakan Akuntansi Pendapatann Pendapatan diakui ketika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi. Dengan kata lain, pengakuan pendapatan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aktiva atau pengakuan penurunan kewajiban (misalnya, kenaikan bersih aktiva yang timbul dari penerimaan pendapatan asli daerah atau penurunan kewajiban yang timbul dari pembebasan pinjaman yang masih harus dibayar). 27

Pengakuan pendapatan secara akrual berarti bahwa pendapatan diakui segera setelah dukungan administrasi untuk pengakuan pendapatan dapat diketahui, tanpa memperhatikan apakah uang telah diterima di kas atau belum. Yang dimaksud dengan dukungan administrasi adalah dasar hukum mengenai jenis serta jumlah pendapatan yang menjadi hak, seperti penerbitan SKPD/SKPR. Pendapatan diakui sebesar jumlah yang akan menjadi hak. Biayabiaya yang dikeluarkan dalam rangka perolehan pendapatan maupun penagihan, serta keringanan-keringanan yang tidak diumumkan dan didefinisikan sebelumnya dianggap sebagai biaya yang terpisah dan tidak mengurangi secara langsung jumlah pendapatan yang bersangkutan. 4. Pengertian dan Pengakuan Belanja/Biaya Biaya (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi masa depan atau jasa potensial selama periode pelaporan dalam bentuk arus kas keluar atau konsumsi aktiva atau terjadinya kewajiban yang ditimbulkan, sebagai akibat pengurangan aktiva/ekuitas neto selain dari yang berhubungan dengan distribusi ke entitas ekonomi itu sendiri. Belanja/biaya adalah penurunan aktiva atau kenaikan utang yang digunakan untuk berbagai kegiatan dalam suatu periode akuntansi atau periode anggaran tertentu. Belanja/biaya diklasifikasikan menurut penggunaan belanja atau biaya dan pusat pertanggungjawaban. Tanggungan belanja/biaya dirinci berdasarkan kelompok. Sedangkan 28

pusat pertanggungjawaban dirinci berdasarkan bagian atau fungsi dan unit organisasi pemerintah. Biaya-biaya operasi (operating expense) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyokong kegiatan operasi entitas secara rutin. Belanja barang dan jasa (goods and services expenditure) adalah semua pembayaran pemerintah dalam pertukaran barang dan jasa, baik dalam bentuk upah dan gaji untuk karyawan, kontribusi pengusaha untuk karyawan, atau pembelian lain atas barang dan jasa. Menurut (Mohamad Mahsun dkk, 2006:128), belanja (basis kas) yaitu semua pengeluaran kas umum Negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Sedangkan belanja (basis akrual) yaitu kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Sedangkan dalam Lampiran IVa Peraturan Direktur Jenderal PerbendaharaanNomor: Per-51/Pb/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan di muka (face) laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja, sedangkan 29

di Catatan atas Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi. Dalam SAP, PP No. 71 Tahun 2010, Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Pengakuan dan Pengukuran Belanja/Biaya Belanja/biaya diakui dalam laporan keuangan kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan apabila pengukurannya dapat diuji serta bebas dari bias. Dengan demikian, pengakuan belanja/biaya terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva (misalnya, akrual hak pegawai dan penyusutan aktiva tetap). Seluruh belanja/biaya kecuali biaya penyusutan, amortisasi, dan penyisihan diakui pada saat terjadinya sebesar kas yang akan dikeluarkan atau sebesar harga barang dan atau jasa yang dikonsumsi. Sedangkan biaya penyusutan, amortisasi dan penyisihan diakui secara periodik sebesar perhitungan alokasi. Dalam SAP No. 71 Tahun 2010, Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi asset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Sedangkan belanja diakui berdasarkan 30

terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. 5. Karakteristik dan Tujuan Belanja/Biaya Biaya dapat dikategorikan sebagai belanja dan beban. Belanja adalah jenis biaya yang timbulnya berdampak langsung terhadap berkurangnya saldo kas maupun uang entitas yang berada di bank. Beban dapat berarti pengakuan biaya-biaya non kas, baik karena penyusutan, amortisasi, penyisihan atau cadangan, penyisihan persediaan, maupun pemanfaatan persediaan itu sendiri. Berdasarkan manfaatnya, biaya yang terjadi pada suatu periode dapat diklasifikasikan sebagai biaya operasi dan biaya non operasi. Secara umum, prosedur belanja bertujuan untuk: 1. Memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan dengan perolehan informasi mengenai belanja/biaya, mulai dari pengakuan sampai pada proses pencatatannya. 2. Memberikan informasi mengenai alur belanja atau biaya yang ada, sehingga entitas dapat memperhitungkan tingkat pengeluaran yang memungkinkan, karena disesuaikan dengan tingkat dana yang tersedia. Dengan demikian, sistem ini dapat juga berfungsi sebagai pengendali pengeluaran. 31

6. Kebijakan Akuntansi Belanja/Biaya Belanja/biaya diakui dalam laporan keuangan kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan apabila pengukurannya dapat diuji secara bebas dan bias. Dengan demikian, pengakuan belanja/biaya terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva (misalnya, akrual hak pegawai dan penyusutan aktiva tetap). Seluruh biaya, kecuali biaya penyusutan, amortisasi, dan penyisihan diakui pada saat terjadinya sebesar kas yang akan dikeluarkan atau sebesar harga barang dan atau jasa yang dikonsumsi. Sedangkan biaya penyusutan, amortisasi, dan penyisihan diakui secara periodik sebesar perhitungan alokasi harga perolehan atau penurunan manfaat ekonomi atau perhitungan kemungkinan tidak ditagihnya piutang pada periode berjalan. 7. Pengertian dan Pengakuan Pembiayaan Definisi pembiayaan Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan dan belanja dalam satu periode akuntansi. Sumber-sumber pembiayaan terdiri dari sumber yang berupa penerimaan dan pengeluaran. Sumber penerimaan antara lain selisih perhitungan anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan obligasi serta hasil penjualan atau asset yang dipisahkan. Sumber pengeluaran antara 32

lain pembayaran utang pokok dan penyertaan modal investasi dari pusat pertanggungjawaban adalah bagian dari fungsi atau unit organisasi pemerintah. Menurut (Mohamad Mahsun, 2006:128), pembiayaan yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi, sedangkan pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Dalam SAP, PP No. 71 Tahun 2010, Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan atau pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembayaran antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Pembiayaan diakui selama periode berjalan dan akhir periode akuntansi. Pembiayaan diakui pada saat kas diterima atau sumber 33

pembiayaan yang berupa penerimaan atau pada saat kas dikeluarkan untuk sumber pembiayaan yang berupa pengeluaran kas. Pada akhir periode pembiayaan diakui berdasarkan jumlah selisih pendapatan dan belanja/biaya dialokasikan atau ditutup setelah diperhitungkan dengan elemen-elemen pembiayaan yang telah diakui dalam periode berjalan. C. Pengukuran Kinerja 1. Pengertian pengukuran kinerja a. Pengertian kinerja Menurut (Indra Bastian, 2006:274), Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Untuk mengetahui keberhasilan/kegagalan suatu organisasi, seluruh aktivitas organisasi tersebut harus dapat diukur. Dan pengukuran tersebut tidak semata-mata kepada input (masukan), tetapi lebih ditekankan kepada keluaran, atau manfaat program tersebut. b. Pengertian pengukuran kinerja Pengertian pengukuran kinerja menurut Larry D. Scout dalam buku Indra Bastian (2006:275) Pengukuran/penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah 34

pencapaian misi melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses. Maksudnya, setiap kegiatan organisasi harus dapat diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah organisasi di masa yang akan datang yang dinyatakan dalam visi dan misi organisasi. Produk dan jasa yang dihasilkan diukur berdasarkan kontribusinya terhadap pencapaian visi dan misi organisasi. Sedangkan menurut james B. Whittaker dalam buku Indra Bastian (2006:275) Pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Dalam penerapannya, dibutuhkan artikulasi yang jelas mengenai visi, misi, tujuan, dan sasaran yang dapat diukur dari satu dan keseluruhan program. Ukuran tersebut bisa dikaitkan dengan hasil atau outcome dari setiap program yang dilaksanakan. Dengan demikian, pengukuran kinerja organisasi merupakan dasar yang reasonable untuk pengambilan keputusan. Dalam hal pengukuran kinerja, pendapatan sangat penting bagi organisasi pemerintah. Namun, pendapatan bukan ukuran keluaran organisasi pemerintah. Beban atau belanja organisasi pemerintah relative dapat diukur secara teliti, namun sebagian besar belanja pemerintah tidak memiliki hubungan erat dan nyata dengan keluarannya. Pendapatan organisasi pemerintah biasanya digunakan 35

sebagai batas atas belanja pemerintah. Sebagaimana organisasi bisnis, pemerintah dapat pula membelanjai pembangunan dari dana utang, khususnya utang luar negeri. Ukuran kinerja yang digunakan dalam organisasi pemerintah mencakup ukuran-ukuran moneter dan non moneter. Ukuran kinerja didasarkan atas tujuannya, dapat pula dikelompokkan menjadi 3 yaitu: 1. Ukuran-ukuran hasil-hasil, 2. Ukuruan-ukuran proses, 3. Indikator-indikator sosial. a. Ukuran-ukuran hasil-hasil Ukuran hasil adalah ukuran keluaran yang dianggap berhubungan dengan tujuan organisasi. b. Ukuran-ukuran proses Ukuran proses adalah ukuran yang berhubungan dengan aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi. c. Indikator-indikator sosial Indikator social adalah ukuran luas terhadap keluaran yang mencerminkan hasil-hasil kerja organisasi. Indikator social dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan luar. Menurut (Mardiasmo, 2009:121), Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran 36

kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment sistem. Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, pengukuran sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan. Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indicator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komperhensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kinerja non finansial. 2. Tujuan atau Manfaat Pengukuran Kinerj a Menurut (Mardiasmo, 2009:122), secara umum tujuan pengukuran kinerja adalah sebagai berikut: 37

a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up). b. Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang, sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi. c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah, serta memotivasi untuk mencapai goal congruence: dan d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional. Menurut Mulyadi yang dilansir dalam sebuah situs http:dilgilib.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-sucipto.pdf Tujuan kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Dalam situs http://www.feunpak.web.id/jima.isna.text dijelaskan bahwa tujuan pengukuran kinerja adalah sebagai berikut: a. Menentukan kontribusi suatu unit/divisi dalam perusahaan terhadap organisasi perusahaan secara keseluruhan. b. Memberikan dasar bagi penilaian mutu prestasi manajer unit/divisi dalam perusahaan. c. Memberikan motivasi bagi manajer unit/divisi dalam mengelola divisi seirama dengan tujuan umum perusahaan. 38

Dalam situs http://pustaka.net/hubungan.antara.metode.akuntabilitas.kinerja.instansi.p emerintah.akip.diterapkan.alat.ukur.kinerja.atau.lembaga.instansi.atau.le mbaga.pemerintah Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan. Menurut (Indra Bastian, 2006:275), manfaat pengukuran kinerja adalah alat manajemen untuk: a. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja. b. Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati. c. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan skema kerja serta melaksanakan tindakan untuk memperbaiki kinerja. 39

d. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja yang dicapai setelah dibandingkan dengan skema indikator kinerja yang telah disepakati. e. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi. f. Mengindentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif. i. Menunjukan peningkatan yang perlu dilakukan. j. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi. 3. Evaluasi Kinerja Evaluasi kinerja tidak akan memberikan hasil optimal apabila dilakukan dengan cara atau metode yang tidak tepat. Cara-cara evaluasi kinerja menurut tim studi pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam buku pengukuran kinerja adalah dengan membandingkan antara: 1. Tingkat kinerja yang diidentifikasi sebagai tujuan dengan tingkat kinerja yang nyata. 2. Proses yang dilakukan dengan organisasi lain yang terbaik dibidangnya. 3. Realisasi dan target yang dibebankan dari instansi yang lebih tinggi. 40

4. Realisasi periode yang dilaporkan tahun ini dengan realisasi periode yang sama tahun lalu. 5. Rencana evaluasi lima tahun dengan akumulasi realisasi sampai dengan tahun ini. Evaluasi kinerja ini dapat berhasil jika didukung oleh sistem informasi (pola pengumpulan data) yang baik sehingga menghasilkan data yang tepat, lengkap dan tepat waktu. Sistem informasi bagi pengumpulan data kinerja yang ideal tersebut harus memperhatikan biaya yang akan dikeluarkan dan manfaat nyata yang dapat diperoleh. 4. Jenis-jenis Analisis Belanja Pada Anggaran Pemerintah Menurut (Mahmudi, 2007:146), jenis-jenis analisis belanja pada anggaran pemerintah adalah sebagai berikut: a. Analisis Varian Belanja Di dalam belanja instansi terdapat ketentuan bahwa anggaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang dapat dilakukan pemerintah daerah maupun badan instansi. Dalam hal ini, pemerintah daerah maupun instansi pemerintah akan dinilai baik kinerja belanjanya apabila realisasi belanja tidak melebihi dari yang dianggarkan. Analisis varian merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran. b. Analisis Pertumbuhan Belanja Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui perkembangan belanja dari tahun ke tahun. Pada umumnya belanja 41

memiliki kecenderungan untuk selalu naik. Alasan kenaikan harga biasanya dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan kurs rupiah, perubahan jumlah cakupan layanan, dan penyesuaian faktor makro ekonomi. Pertumbuhan belanja daerah atau suatu instansi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Pertumbuhan Belanja Thn t = Realisasi Belanja Thn t Realisasi Belanja Thn t-1 Realisasi Belanja Thn t-1 c. Analisis Keserasian Belanja Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan antar belanja. Hal ini terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat distribusi, alokasi, dan stabilitas. Analisis keserasian belanja terbagi atas 4 bagian, yaitu: 1) Analisis Belanja per Fungsi Terhadap Total Belanja, dihitung dengan cara membandingkan belanja tiap-tiap fungsi terhadap total belanja dalam APBD atau suatu instansi. Dalam hal ini, terhadap sembilan fungsi yaitu: Pelayanan umum pemerintahan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, pendidikan, perlindungan sosial. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Rasio Belanja per Fungsi= Realisasi Belanja Fungsi Total belanja daerah 42

2) Analisis Belanja Operasi Terhadap Total Belanja Analisis ini merupakan perbandingan antara total belanja operasi dengan total belanja. Belanja operasi merupakan belanja yang manfaatnya habis dikonsumsi dalam satu tahun anggaran, sehingga belanja operasi ini sifatnya jangka pendek dan dalam hal tertentu sifatnya rutin atau berulang. Rasio belanja ini dirumuskan sebagai berikut: Realisasi Belanja Operasional Rasio Belanja Operasi Thd Total Belanja= Total Belanja Daerah atau instansi 3) Analisis Belanja Modal Terhadap Total Belanja Analisis ini adalah perbandingan antara total realisasi belanja modal dengan total belanja daerah. Berdasarkan rasio ini, pembaca dapat mengetahui porsi belanja daerah atau instansi yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal yang dilakukan saat ini akan memberikan manfaat jangka menengah dan panjang. Rasio belanja ini dirumuskan sebagai berikut: Rasio Belanja Modal Thd Total Belanja= Realisasi Belanja Modal Total Belanja Daerah d. Rasio Efisiensi Belanja Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi digunakan untuk 43

mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Realisasi Belanja Rasio Efisiensi Belanja = X 100 % Anggaran Belanja Menurut (Mardiasmo, 2009:123), Informasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja: 1) Informasi finansial Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja aktul dengan yang dianggarkan. Analisis varians secara garis besar berfokus pada: a) Varians pendapatan (revenue variance) b) Varians pengeluaran (expenditure variance) - Varians belanja rutin (recurrent expenditure) - Varians belanja investasi atau modal (capital expenditure variance) Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikasi sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling bawah. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui unit spesifik mana yang bertanggungjawab terhadap terjadinya varians sampai tingkat menajemen yang paling bawah. 44

Penggunaan analisi varians saja belum cukup untuk mengukur kinerja, karena dalam analisis varians masih mengandung keterbatasan (constrain). Keterbatasan analisis varians diantaranya terkait dengan kesulitan menetapkan signifikansi besarnya varians. 2) Informasi non finasial Informasi non finansial dapat dijadikan sebagai tolak ukur lainnya. Informasi non finansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif yang banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balance Scorecard. Dengan balance scorecard kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek finansialnya saja, akan tetapi juga aspek non finansial. Pengukuran dengan metode balance scorecard melibatkan 4 aspek yaitu: a) Perspektif finansial (finansial perspective) b) Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective) c) Perspektif efisiensi proses internal (Internal process efficiency perspective) d) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective) 45