Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

Oleh Helios Tri Buana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

BAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI. mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PERDAMAIAN DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

JURNAL. Peran BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dalam Menyelesaikan Sengketa Konsumen Melalui Proses Mediasi di Yogyakarta

1. Contoh Akta Perdamaian/Putusan Perdamaian :

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN. A. Latar Belakang Lahirnya Prosedur Mediasi di Pengadilan

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

PEMBAHARUAN SISTEM HUKUM ACARA PERDATA Oleh: Dwi Agustine * Naskah diterima: 11 Juni 2017; disetujui: 15 Juni 2017

UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN SELA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SUATU PERKARA PERDATA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

ELIZA FITRIA

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

P U T U S A N. Nomor 0318/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

PERBANDINGAN HUKUM GUGATAN SEDERHANA DI INDONESIA DAN SMALL CLAIM COURT DI EROPA. Tia Aprilliani ( ) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan. berkembang dan berkehidupan yang adil dan berdaulat.

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

Oleh : YUDI PRASETYO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT)

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi dalam kehidupan ini.

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

hal 0 dari 11 halaman

Adapun dari sisi materi, perubahan materi buku II Edisi Revisi 2009, dibandingkan dengan Buku II Edisi 2009, adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

P U T U S A N Nomor : 06/Pdt.G/2010/MS-Aceh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN AHLI WARIS DAN P3HP /PERMOHONAN PERTOLONGAN PEMBAGIAN HARTAPENINGGALAN

PERANAN HAKIM DAN PARA PIHAK DALAM USAHA UNTUK MEMPERCEPAT PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

P U T U S A N Nomor 000/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

PERSPEKTIF Volume XV No. 1 Tahun 2010 Edisi Januari MEDIASI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DI PENGADILAN AGAMA

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUN UMUM TENTANG PENGADILAN NEGERI BANGKINANG. A. Sejarah Berdirinya Pengadilan Negeri Bangkinang

UPAYA PENYELESAIAN PERKARA MELALUI PERDAMAIAN PADA PENGADILAN AGAMA, KAITANNYA DENGAN PERAN BP4 1. Oleh. Wahyu Widiana 2

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

Transkripsi:

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DENGAN JALUR MEDIASI OLEH PENGADILAN BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Oleh : ANGGA PRADITYA C100 130 063 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DENGAN JALUR MEDIASI OLEH PENGADILAN BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa perdata dengan jalur mediasi oleh Pengadilan Negeri Karanganyar, Untuk mengetahui perbedaan penyelesaian sengketa perdata dengan jalur mediasi di Pengadilan Negeri Karanganyar berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008. Metode pendekatan yang penulis pakai adalah pendekatan yuridis empiris. Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian deskriptif. Lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Karanganyar. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penyelesaian sengketa perdata dengan cara mediasi yang di lakukan oleh Pengadilan Negeri Karanganya telah sesuai sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan. Kesesuaian tersebut akan secara langsung menguntungkan baik kepada Pengadilan Negeri Karanganyar, khususnya para pihak berperkara di Pengadilan Negeri Karanganyar. Kata kunci: prosedur mediasi, sengketa pedata, penyelesaian ABSTRACT This study aims to determine the process of civil disputes settlement with mediation path by Karanganyar District Court, to know the difference of civil disputes settlement with mediation path in Karanganyar District Court based on Supreme Court Regulation No. 1 of 2016 with Supreme Court Regulation No. 1 of 2008. The approach method Writers wear is an empirical juridical approach. The type of research used by the authors in this study is to use descriptive research type. Research location in Karanganyar District Court. Based on the results of research and analysis that has been done can be concluded that the settlement of civil disputes by mediation conducted by the District Court Karanganyar has been in accordance as set in the Supreme Court Regulation Number 1 Year 2016 About Mediation Procedures In the Court. The suitability will be directly beneficial to the Karanganyar District Court, especially the litigants in the Karanganyar District Court. Keywords: mediation procedure, pedata dispute, settlement 1

1. PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang tentunya tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain dalam menjalani kehidupan. Sifat dasar manusia inilah yang menjadikan manusia berinteraksi dengan orang lain. Namun terkadang, dalam interaksi sosial tersebut tidak selalu berjalan kearah positif yang disebabkan oleh ego dan kepribadian manusia yang berbeda-beda, cara pemikiran dan sudut pandang serta kepentingan yang berbeda-beda pula, dan masih banyak lagi perbedaan dalam setiap insan manusia. Tidak jarang perbedaan tersebut yang menjadi titik awal dari suatu pertentangan atau konflik. Benturanbenturan yang terjadi merupakan upaya untuk mempertahankan dan melindungi kepentingan, hak, maupun kewajibannya sebagai manusia. Berbagai upaya didalam penyelesaian sengketa dapat diupayakan diantaranya dengan mediasi ataupun dengan ligitasi atau sistem peradilan. Belakangan penyelesaian sengeketa melalui ligitasi atau melalui sistem peradilan dipandang sebagai jalan terbaik dalam menyelesaikan sengketa. Sehingga setiap kali muncul konflik maka yang timbul dalam pikiran adalah penyelesaiannya harus melalui pengadilan. Meskipun didalam penyelesaian perkara di pengadilan mengenal asas sederhana 1, cepat 2, biaya ringan 3 namun nyatanya didalam menyelesaikan perkara pengadilan cenderung berlarut-larut, memakan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit 4. Selain itu pengadilan menganut sistem winlose solution didalam penyelesaian perkara. Sehingga akan ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan, hal ini terkadang menimbulkan rasa ketidakpuasan di salah satu pihak karena merasa putusan yang dijatuhi tidak adil. Dalam rangka mewujudkan proses sederhana, cepat dan murah, maka lembaga perdamaian dalam bentuk mediasi menjadi salah satu solusi alternatif. Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam menyikapi hal ini telah 1 Sederhana adalah acara yang jelas, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Lihat Sudikno Mertokusumo, 2014, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Universitas Adma Jaya Yogyakarta, cet 5, hal 47. 2 Cepat menunjuk kepada jalannya peradilan. Terlalu banyak formalitas merupakan hambatan bagi jalannya peradilan. Lihat Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hal. 48. 3 Biaya ringan adalah agar terpikul oleh rakyat. Lihat Sudikno Mertokusumo, Loc. Cit. 4 http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1hukum/207712078/bab1.pdf diakses pada 23 Februari 2014 pukul 22.23 WIB 2

mengeluarkan beberapa peraturan yang secara khusus mengatur keberadaan mediasi, sebagai contoh adalah PERMA No 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan diganti dengan PERMA No 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang merupakan implementasi dari Hukum Acara Perdata Pasal 130 Herziene Inladsch Regiemen (HIR) yang berlaku untuk wilayah Jawa dan Madura, dan Pasal 154 Rechtsreglemen voor de Buitengewesten (R.Bg) yang berlaku untuk wilayah di luar Jawa dan Madura, yang pada intinya mengisyaratkan upaya perdamaian dalam menyelesaikan sengketa. Berbeda dengan ligitasi, mediasi menganut sistem win-win solution dalam penyelesaian sengketa, sehingga tidak ada satu pihak pun yang merasa dirugikan karena keputusan yang diambil merupakan hasil dari musyawarah bersama. Itulah alasan mediasi dipandang lebih memberikan rasa adil. Mahkamah Agung dengan peraturannya didalam PERMA No 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan adalah pijakan para hakim untuk menyelesaikan sengketa dengan jalur mediasi dipengadilan namun didalam pengaturannya masih dirasa memiliki kekurangan, salah satunya adalah batas maksimal waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian dengan jalur mediasi, yakni berdasarkan Pasal 13 ayat (3) PERMA No 1 tahun 2008 adalah 40 hari waktu kerja, sehingga pada tanggal 3 Februari 2016 Mahkamah Agung Republik Indonesia mengganti PERMA No 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan PERMA No 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang mengurangi batas maksimal waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian sengketa dengan mediasi berdasarkan Pasal 3 ayat (6) menjadi 30 hari masa kerja. Dari rumusan di atas maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa perdata dengan jalur mediasi oleh Pengadilan Negeri Karanganyar, Untuk mengetahui perbedaan penyelesaian sengketa perdata dengan jalur mediasi di Pengadilan Negeri Karanganyar berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008. 3

2. METODE Metode pendekatan yang penulis pakai adalah pendekatan yuridis empiris, yaitu suatu penelitian yang berusaha mengidentifikasikan hukum yang terdapat dalam masyarakat dengan maksud untuk mengetahui gejala-gejala lainnya. 5 Penulis akan mengkaji secara lengkap kebijakan hukum perdata dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan penegakan hukumnya terhadap penyelesaian sengketa perdata dengan jalur mediasi oleh Pengadilan di Pengadilan Negeri Karanganyar. Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian deskriptif, yang merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa yang ada pada saat penelitian dilakukan berdasarkan data. 6 Tujuannya untuk memberikan gambaran seteliti mungkin secara sistematis dan menyeluruh tentang kebijakan hukum perdata dan penegakan hukum terhadap penyelesaian sengketa perdata dengan jalur mediasi oleh pengadilan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis menemukan fakta-fakta dilapangan sebagai berikut: 3.1.1. Letak Geogafis Pengadilan Negeri Karanganyar Pengadilan Negeri Karanganyar terletak di Jalan Lawu Barat No.76 B, Karanganyar, Kec. Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 57713. Dengan ketinggian rata-rata 511 meter diatas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 22 o C - 31 o C. Batas-batas wilayah Pengadilan Negeri Karanganyar adalah: a) Sebelah Timur : Polres Karanganyar b) Sebelah Selatan : Jl. Mas Mansur c) Sebelah Barat : Jl. Suharso 5 Soerjono Soekanto, 1986, Penegakan Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, hal. 10-15. 6 Suharsimi Arikunto, 1990, Menejemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 309. 4

d) Sebelah Utara : Jl. Lawu 3.1.2. Kasus Perdata yang ditaangani Oleh Pengadilan Negeri Karanganyar Kasus perdata yang masuk ke Pengadilan Negeri Karanganyar sejak dikeluarkannya PERMA Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan hingga hari ini tanggal 12 Mei tahun 2017 sebanyak 135 perkara. 3.1.3. Contoh Perkara Perdata yang Berhasil Penulis Dapatkan Contoh perkara perdata yang berhasil penulis dapatkan di lapangan dengan pokok perkara perdata Nomor : 16/Pdt.G/2016/PN.Krg. Gugatan disini adalah gugatan wanprestasi yang diajukan pada tanggal 18 Februari 2016 dan diputus pada tanggal 22 Agustus 2016 dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar. 3.2. Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Muh. Zakarim, S.H. selaku Panitera Muda Hukum (yang diberi wewenang oleh Ketua Pengadilan Negeri Karanganyar untuk membantu penulis dalam proses penyelesaian penulisannya, dikarenakan hakim yang memeriksa perkara sudah dimutasi jabatan) dalam perkara Nomor 16/Pdt.G/2016/PN.Krg., beliau menuturkan bahwa dalam proses penyelesaian sengketa tersebut melalui mediasi ada ada dua tahap penyelesaian yaitu : 3.2.1. Tahap Pra Mediasi Pada tahap ini Penggugat terlebih dahulu mengajukan gugatannya ke Pengadilan Negeri Karanganyar dan diterima oleh Pengadilan untuk kemudian diperiksa oleh Ketua Pengadilan dan Ketua Pengadilan menunjuk Majelis Hakim pemeriksa perkara tersebut dengan surat penetapan Ketua Pengadilan Negeri Karanganyar dengan Nomor 16/Pdt.G/2016/PN.Krg. Pada sidang pertama yang dilakukan pemanggilan kedua belah pihak berperkara beserta kuasa hukumnya oleh Juru Sita Pengganti. Majelis hakim dalam hal menangani perkara perdata menerangkan pada kedua belah pihak berperkara, bahwa penyelesaian sengketa perdata harus melalui mediasi terlebih dahulu. Adapun kedua belah pihak sepakat 5

untuk menyelesaikan perkara dengan mediasi dan menyerahkan semua prosesnya kepada Pengadilan termasuk penunjukan mediator. 3.2.2. Tahap Mediasi Dalam hal ini mediator kemudian menempuh langkah-langkah untuk mulai mempuh proses mediasi ataupun tahap mediasi. Langkah tersebut adalah sebagai berikut : a) Meminta Agar Para Pihak Menghadap Mediator b) Menentukan Jadwal Pertemuan c) Mempertemukan Kedua Belah Pihak d) Melaporkan Hasil Mediasi 3.3. Akibat Hukum Bagi Kedua Belah Pihak Hasil dari kesepakatan mediasi dari kedua belah pihak menjadikan suatu akta perdamaian, oleh sebab itu dalam hal ini hal-hal yang menjadi akibat hukum bagi kedua belah pihak adalah sebagai berikut : 3.3.1. In Kracht Van Gewijsde (Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap) Akta perdamaian yang mempunyai kekuatan hukum tetap yaitu sama dengan putusan hakim. Dengan adanya kekuatan hukum tersebut apabila para pihak tidak mau melaksanakan apa yang di perintahkan dalam suatu Akta Perdamaian tersebut maka para pihak tersebut langsung mendapatkan sanksi berupa eksekusi secara paksa (putusan dengan cara paksa). 3.3.2. Tidak Dapat Diajukan Gugatan Baru Lagi Apabila dalam hal ini akta perdamaian sudah dibuat, maka para pihak tidak mungkin atau tidak dapat mengajukan gugatan baru lagi atas suatu perkara yang sama dalam suatu pengadilan. 3.3.3. Tidak Ada Upaya Hukum Lain Apabila suatu perkara sudah masuk dalam Pengadilan Negeri dan sudah dilakukan mediasi, maka perkara tersebut tidak bisa dilakukan upaya hukum atau tidak boleh mengajukan permohonan banding, kasasi maupun peninjauan kembali. 6

3.3.4. Dapat di Eksekusi Suatu putusan dapat di eksekusi apabila para pihak disini tidak dapat melakukan sesuatu, terutama dalam hal ini baik Penggugat dan Para Tergugat dihukum untuk mentaati isi persetujuan yang telah disepakati dan membayar biaya perkara 3.4. Perbedaan Penyelesaian Sengketa Perdata dengan Jalur Mediasi di Pengadilan Negeri Karanganyar Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 Pada sub bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian mengenai perbedaan-perbedaan penyelesaian sengketa perdata dengan jalur mediasi di Pengadilan Negeri Karanganyar berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008, adapun perbedaan-perbedaan yang penulis temukan adalah sebagai berikut : 3.4.1. Waktu Penyelesaian Perkara Perdata Menjadi Lebih Singkat Dengan adanya Pasal 3 ayat (6) Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 yang menghapuskan Pasal 13 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 menjadikan waku penyelesaian sengketa perdata di Pengadilan menjadi lebih singkat 10 (sepuluh) hari kerja yaitu dari semula waktu penyelesaian sengketa perdata adalah 40 (empat puluh) hari kerja menjadi 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya pemberitahuan putusan sela Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung sudah harus selesai. 3.4.2. Kewajiban Para Pihak Menghadii Secara Langsung Pertemuan Mediasi Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 yang berbunyi Para Pihak wajib menghadiri secara langsung pertemuan Mediasi dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa hukum, sehingga dengan kata lain Pasal 6 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 ini mewajibkan para pihak yang berperkara untuk menghadiri secara langsung proses mediasi yang berlangsung baik dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa hukum 7

dari masing-masing para pihak atau salah satu pihak yang berperkara. Hal ini belum diatur dalam aturan sebelumnya yaitu Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008. 3.4.3. Adanya Itikad Baik dan Akibat Hukum (Saksi) Bagi Pihak yang Tidak Beritikad Baik Sebenarnya aturan ini sudah ada didalam Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 namun penjabarannya dirasa masih belum mendetail sehingga dalam penerapannya masih kurang dari apa yang diharapkan dan Mahkamah Agung dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 Pasal 7 lebih menekankan hal ini dengan mewajibkan para pihak beritikad baik ketika bermediasi. 3.4.4. Pengecualian Perkara yang dimediasikan Pengecualian perkara yang dimaksud adalah dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 yang tidak lagi membatasi penyelesaian sengketa perdata melalui mediasi hanya pada proses mediasi yang terkait dengan bereperkaranya di Pengadilan saja melainkan semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan baik perkara perlawanan (verzet) atas putusan Verstek dan perlawanan pihak berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui Mediasi, kecuali ditentukan lain berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung ini. 4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan Pertama, proses penyelesaian sengketa perdata dengan cara mediasi yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri Karanganyar, dalam hal ini ada dua tahap yang dilakukan dalam menyelesaikan sengketa perdata yaitu: a) Tahap Pa Mediasi; b) Tahap Mediasi. Kedua, akibat hukum mediasi bagi kedua belah pihak dalam penyelesaian sengketa perdata dengan cara mediasi yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri Karanganyar yaitu: a) In Kracht Van Gewijsde (mempunyai kekuatan hukum 8

tetap); b) Tidak dapat diajukan gugatan baru lagi; c) Tidak ada upaya hukum lain; d) Dapat dieksekusi. 4.2. Saran Pertama, Diharapkan Hakim-hakim Pengadilan Negeri Karanganyar dan Pengadilan-pengadilan Negeri lainnya agar lebih bisa mengupayakan penyelesaian perkara perdata dengan jalur mediasi, karena dapat lebih bisa menghemat biaya dan waktu dalam penyelesaiannya. Juga dapat mengurangi penumpukan perkara di Pengadilan. Kedua, diharapkan agar Seluruh hakim di Indonesia dalam hal menangani sengketa perdata mencari solusi agar para pihak berperkara lebih mau dan tertarik menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan jalur mediasi. Persantunan Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya dan karya ilmiah ini saya persembahkan kepada pertama, orang tua tercinta yang telah memberikan kasih sayang serta doanya, sehingga saya menyelesaikan karya ilmiah ini, kedua, dekan yang telah memberikan arahan dalam pembuatan karya ilmiah ini, ketiga, pembimbing saya yang telah memberikan arahan dan masukan dalam pembuatan karya ilmiah ini, keempat, dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta yang selama ini sudah mendidik serta memberikan ilmu selama diperkuliahan, kelima, sahabat-sahabatku tercinta yang selalu memberikan dukungannya. DAFTAR PUSTAKA Buku-buku Arikunto, Suharsimi, 1990, Menejemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Mertokusumo, Sudikno, 2014, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Universitas Adma Jaya Yogyakarta. Soekanto, Soerjono, 1986, Penegakan Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press. 9

Website/Internet http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1hukum/207712078/bab1.pdf. Diakses pada 23 Februari 2014 pukul 22.23 WIB. Peraturan Perundang-undangan Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Peatuan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. 10