BAB I PENDAHULUAN. hukum publik menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

DAFTAR PUSTAKA. Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. risiko yaitu yang paling mungkin terjadi adalah terjadinya tunggakan

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi serta dilaksanakan seirama dan serasi dengan kemajuan-kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara internasional maupun domestik masing-masing Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

PELANGGARAN-PELANGGARAN HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA Senin, 06 Desember :46

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengamanan pemberian dana atau kredit tersebut.jaminan merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 11 Agustus 2009 pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

KREDIT SINDIKASI SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN KREDIT DALAM SKALA BESAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Perdata mengenal dua subjek hukum, yaitu individu atau perorangan dan badan hukum. Badan hukum dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu badan hukum prifat seperti yayasan, koperasi dll dan badan hukum publik seperti majelis-majelis, bank dll. Bank sebagai badan hukum publik menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan(selanjutnya disingkat Undang-Undang Perbankan) merupakan badan usaha yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kegiatan perkreditan adalah salah satu jasa yang diberikan oleh lembaga perbankan. Perkreditan berperan penting dalam kemajuan iklim bisnis di Indonesia karena kredit sebagai salah satu sarana pemupukan modal bagi masyarakat. Bank dalam pemberian kredit dapat dilakukan secara mandiri maupun secara bersama sama atau disebut kredit sindikasi. Pada dasarnya antara kredit sindikasi dengan kredit biasa memiliki konsep yang sama, namun didalam suatu kredit sindikasi terdapat lebih dari satu kreditur dalam pemberian fasilitas kredit pada debitur. Dalam upaya pengikatan kredit sindikasi, kredit yang diberikan harus didasarkan pada syarat dan ketentuan yang sama bagi masing-masing perserta yang sama dalam wujud perjanjian antara nasabah dengan senua bank peserta sindikasi 1

2 sama. 1 Pengaturan mengenai kredit sindikasi di Indonesia belum dapat kita temukan didalam peraturan perundang-undangan namun dalam prakteknya pelaksanaan kredit sindikasi banyak dilaksanakan dalam lalu lintas bisnis. Pada intinya kredit sindikasi atau Syndicated Loan ialah pinjaman yang diberikan oleh beberapa kreditur sindikasi, terdiri dari bank-bank dan/atau lembaga-lembaga keuangan lainnya kepada seorang debitur, yang biasanya berbentuk badan hukum, untuk membiayai satu atau beberapa proyek milik debitur. Pinjaman tersebut diberikan secara sindikasi mengingat jumlah yang dibutuhkan untuk membiayai proyek tersebut sangat besar, sehingga tidak mungkin dibiayai oleh kreditur tunggal. 2 Setiap pemberian kredit yang disalurkan kepada pengusaha selalu mengandung risiko. Risiko kredit adalah risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam (conterparty) tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya. 3 Bank perlu memperhatikan prinsip kehatia-hatian untuk menghindari risiko tersebut. Prinsip kehati-hatian tersebut tercantum didalam Pasal 2 Undang-Undang Perbankan bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehatihatian. 1 Adrian sutedi, S.H., M.H, 2012, Tinjauan Yuridis Letter Of Credit dan Kredit Sindikasi, Bandung, Alfabeta, 165 2 Ibid, hlm. 166 3 Ferry N.Idroes,2008, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaaarta, jakarta Rajawali Press,,,h.,22

3 Risiko kredit bermasalah dapat diperkecil dengan cara yang lain, salah satunya dengan jalan melakukan analisa kredit. Tujuan utama kegiatan analisa kredit adalah menilai seberapa besar kemampuan dan kesediaan calon debitur mengembalikan kredit yang mereka pinjam dan membayar bunganya sesuai dengan isi perjanjian kredit. Berdasarkan hasil penilaian itu bank dapat memperkirakan tinggi rendahnya risiko yang ditanggung bila mereka menyetujui kredit yang diminta. Dewasa ini upaya pemenuhan unsur pengamanan (safety) dilakukan dengan cara pengikatan jaminan dalam pelaksanakan perkreditan. Keberadaan jaminan tersebut dipandang penting meski tidak dapat dikatakan mutlak. Namun perlu diperhatikan bahwa pengucuran kredit tanpa disertai jaminan memperbesar tingkat risiko yang harus dihadapi 4 Jaminan merupakan tindakan preventif untuk mengamankan hutang debitor yang telah diberikan oleh kreditor yaitu dengan cara menjaminkan kekayaan debitor agar debitor memenuhi kewajiban untuk membayar kembali atau dengan adanya kesanggupan pihak ketiga untuk memenuhi prestasi debitor 5 Secara garis besar, dikenal dua macam bemtuk jaminan yaitu jaminan umum dan jaminan khusus. Kemudian jaminan khusus dibagi lagi menjadi jaminan perorangan dan jamninan kebendaan. Jaminan yang 4 Siswanto Sutojo, 1995, Analisa Kredit Bank Umum: Konsep dan Tehnik, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, hlm.63 5 Djuhaendah Hasan, 1996, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisontal, Jakarta, Citra Aditya Bakti,,h.201

4 paling disukai oleh bank adalah jaminan kebendaan. 6 Pasal 499 KUHPerdata menjelaskan yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. KUHPerdata masih memberikan pengertian kebendaan secara luas. Didalam Pasal 499 KUHPerdata kebendaan masih terdiri dari barang dan juga hak. Selanjutnya Pasal 503 KUHPerdata menjelaskan mengenai pembagian benda yaitu benda berwujud (lichamelijk) dan benda tak berwujud (onlichamelijk). Benda berwujud merupakan benda yang bersifat konkrit dalam artian dapat ditangkap oleh panca indra contohnya mobil, meja dll sedangkan benda tak berwujud merupakan benda yang tidak dapat ditangkap panca indra, pada umumnya berbentuk hak misalnya piutang, hak paten dll. Benda juga dapat dibagi menjadi benda bergerak dan benda tak bergerak, benda yang dipakai habis dan yang tidak dipakai habis, benda yang sudah ada dan benda yang masih akan ada. Perbedaan yang terpenting ialah pembedaan antara barang bergerak dan barang tidak bergerak, yaitu: 7 Benda tak bergerak dibedakan antar: 1) Benda tak bergerak menurut sifatnya. Contohnya: tanah dan segala sesuatu yang melekat diatasnya 6 Prof. Dr. H. Tan Kamello, S.H., M.S., Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan, 2014, Bandung, Alumni, hlm. 2 7 Prof. Dr. Ny. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, S.H, 2000, Hukum Benda, Yogyakarta, Liberty, hlm.19-21

5 2) Benda tak bergerak karena tujuannya. Contohnya: mesin alat-alat yang dipakai didalam pabrik. Sebetulnya ini merupakan benda bergerak tetapi oleh yang mempunyainya dalam pemakaian dihubungkan atau dikaitkan pada benda yang tidak bergerak yang merupakan benda pokok. Benda dianggap tidak bergerak karena tujuannya dapat dilihat didalam arrest HR. 3) Benda tak bergerak menurut ketentuan Undang-Undang. Ini berwujud hak-hak atas benda-benda yang tak bergerak, contoh: hak memungut hasil atas benda tak bergerak, hak memakai atas benda tak bergerak, hipotik dll Benda bergerak dibedakan atas: 1) Benda bergerak karena sifatnya menurut Pasal 509 KUHPerdata ialah benda yang dapat dipindahkan contoh: meja, kursi atau dapat pindah dengan sendirinya : ternak 2) Benda bergerak karena ketentuan Undang-Undang menurut Pasal 511 KUHPerdata ialah hak-hak atas benda yang bergerak contoh: saham, piutang, hak paten dll. Salah satu jenis benda yang dapat menjadi jaminan adalah piutang. Pembebanan piutang sebagai objek jaminan diatur didalam Pasal 1131 KUHPerdata. Piutang sebagai benda bergerak tak berwujud memiliki karakteristik dalam pelaksanaan pembebanannya. Lembaga jaminan yang dipergunakan adalah lembaga jaminan gadai dan fidusia. Obyek gadai

6 adalah benda bergerak sebagaimana diatur pada Pasal 1150 KUHPerdata, yaitu meliputi benda bergerak berwujud dan benda bergerak tidak berwujud misalnya piutang, hal itu dapat ditemukan dalam Pasal 1152 jo.1153 KUHPerdata. Jaminan Fidusia diatur didalam Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang fidusia (selanjutnya disebut UUJF). Sebelum berlakunya UUJF obyek jaminan fidusia berupa benda-benda bergerak yang terdiri dari benda inventory, benda dagangan, piutang, peralatan mesin dan kendaraan bermotor. Namun semenjak berlakunya UUJF obyek jaminan fidusia diperluas mencakup benda benda bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud serta benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan. 8 Hal mendasar yang menjadi pembeda antara gadai dan fidusia adalah keberadaan objek jaminan. Didalam gadai objek harus dikeluarkan dari kekuasaan si pemberi gadai sehingga pada asasnya benda gadai ada dalam kekuasaan pemegang gadai. 9 Jaminan Fidusia yang diserahkan adalah hak kepemilikan atas benda jaminan, sedangkan secara fisik benda jaminan masih didalam kekuasaan pemberi jaminan Fidusia. Lembaga jaminan Fidusia ini muncul karena adanya kebutuhan dari masyarakat. Dewasa ini Fidusia banyak digunakan oleh masyarakat karena prosedur fidusia lebih mudah, luwes, biaya murah, selesainya cepat, meliputi benda bergerak dan tidak bergerak dan menjamin kepastian hukum. 8 Prof. Dr. H. Tan Kamello, S.H., M.S., Op.Cit, hlm. 11 9 J. Satrio,S.H, 2002, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, hlm.9

7 Pembebanan piutang sebagai objek jaminan fidusia diperjelas didalam Pasal 9 ayat (1) UUJF menyebutkan jaminan fidusia dapat memberikan terhadap satu atau lebih satuan jenis benda termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun diperoleh kemudian. Piutang merupakan hak untuk menerima pembayaran. Didalam dunia bisnis banyak dikenal berbagai macam jenis piutang seperti wesel, cheque, promes, piutang biasa, dan lain-lain. Sebagian dari piutang tersebut disyaratkan dalam bentuk tertulis. Pasal 1 ayat (3) UUJF menjelaskan, piutang sebagai benda bergerak dalam klasifikasi benda tidak berwujud berada didalam ruang lingkup objek yang dapat dibebankan jeminan fidusia, karena merupakan hak untuk menerima bayaran. Piutang yang dapat dibebankan tersebut adalah piutang yang telah ada maupun akan diperoleh dikemudian hari didalam perjanjian yang sama. Piutang tersebut merupakan piutang yang mempunyai nilai uang tertentu sehingga apabila dijual surat piutang tersbut merupakan surat bernilai. Dalam hal surat piutang tersebut berupa piutang atas sejumlah barang surat piutang tersebut merupakan surat kebendaan. Dalam praktek dunia perbankan, selama ini piutang telah digunakan sebagai salah satu jaminan untuk memperoleh dana, yaitu melalui mekanisme pembebanan jaminan fidusia atas piutang. Maraknya penggunaan piutang sebagai jaminan didukung seiring bertumbuhnya perusahaan pembiayaan (multifinance) di Indonesia yang memerlukan dana besar untuk opersionalnya sehingga membutuhkan kredit dengan

8 menjaminkan piutangnya. Dengan keluarnya UUJF yang memungkinkan penggunaan piutang sebagai objek fidusia, maka dalam pelaksanaannya para pihak yang berkepentingan telah memperoleh kepastian hukum. Namun, piutang sebagai benda bergerak yang tidak berwujud jelas memiliki risiko tinggi dalam hal menjadikannya jaminan terutama dalam hal objek yang dibebankan berupa piutang terhadap pihak ketiga. Pembebanan piutang sebagai jaminan kredit modal usaha sudaha lama dipraktekan oleh PT. Bank BPD DIY terutama dalam bentuk kredit sindikasi. PT. Bank BPD DIY berkedudukan sebagai salah satu kreditur sindikasi dengan PT. X yang bergerak dibidang pembiayaan kendaraan bermotor selaku debitur. Sebagai salah satu kreditur dalam perjanjian kredit sindikasi PT. Bank BPD DIY memerlukan perlindungan hukum. Perlindungan hukum tersebut terkait pelunasan dan kedudukan para pihak terhadap benda jaminan. Jaminan fidusia merupakan jaminan yang mempunyai sifat kebendaan yang didalamnya terdapat hak mendahului terhadap kreditur yang lain sehingga perlu diatur mengenai kedudukan para kreditur secara jelas. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji didalam penulisan yang berjudul Piutang Terhadap Pihak Ketiga Sebagai Obyek Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Modal Kerja Secara Sindikasi antara PT.X dan PT. Bank Pembangunan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (PT. Bank BPD DIY).

9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka munculah beberapa rumusan masalah yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Bagaimana pelaksanaan pembebanan piutang terhadap pihak ketiga sebagai objek jaminan fidusia pada perjanjian kredit yang dilakukan secara sindikasi antara PT. Bank BPD DIY sebagai salah satu kreditur sindikasi dengan PT.X? 2. Bagaimana perlindungan hukum bagi PT. Bank BPD DIY sebagai salah satu kreditur dalam perjanjian kredit modal kerja yang dilakukan secara sindikasi dengan jaminan berupa piutang pihak ketiga dalam hal debitur mengalami wanprestasi? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan secara obyektif dan subyektif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan pembebanan piutang terhadap pihak ketiga sebagai objek jaminan fidusia pada perjanjian kredit yang dilakukan secara sindikasi antara PT. Bank BPD DIY sebagai salah satu kreditur sindikasi dengan PT.X

10 b. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk perlindungan hukum bagi PT. Bank BPD DIY sebagai salah satu kreditur dalam perjanjian kredit modal kerja yang dilakukan secara sindikasi dengan jaminan berupa piutang dari pihak ketiga 2. Tujuan Subjektif Tujuan subjektif penulis dalam penelitian ini adalah dalam rangka penyusunan Penulisan Hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penulisan Berdasarkan hasil pengamatan dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan penulis pada berbagai referensi dan penelitian kepustakaan pada sumber kepustakaan, ditemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan topik penulisan hukum dengan judul Piutang Terhadap Pihak Ketiga Sebagai Obyek Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Modal Kerja Secara Sindikasi antara PT.X dan PT. Bank Pembangunan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (PT. Bank BPD DIY) Penulisan hukum tersebut adalah: 1. Tesis yang ditules oleh Ujang Iskandar mahasiswa kenotariatan fakultas hukum UGM(20060/PS/MK/06) berjudul Piutang Sebagai Jaminan Pinjaman Bank Perkreditan Rakyat (BPR) kepada

11 PT.Pemodalan Nasional Madani(Persero) Cabang Padang, dengan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana pelaksanaan pembebanan piutang Bank Perkreditan Rakyat menjadi jaminan pinjaman kepada PT. Permodalan Nasional Madani(Persero) cabang Padang? b. Bagaimana pelaksanaan eksekusi piutang Bank Perkreditan Rakyat oleh PT. Permodalan Nasional Madani(Persero) Cabang Padang apabila BPR cidera janji? Hasil penelitian dari penulisan hukum tersebut adalah: 1) Tidak semua piutang yang dimiliki oleh BPR dapat dijadikan jaminan kepada PT.PNM, harus dilakukan penyerahan secara fidusia dan pengikatan terhadap piutang tersebut dilakukan dengan Akta Jaminan Fidusia yang dibuat dengan akta notaris dan didaftarkan pada Kantor Pendaftaran fidusia sebelum berakirnya jangka waktu penjanjian pembiayaan yang merupakan perjanjian pokok 2) Pelaksanaan eksekusi piutang BPR sebagai objek Jaminan Fidusia dalam hal terjadi kredit macet cara eksekusi yang ditempuh PT. PNM tidak dilakukan menurut cara sebagaiman diatur dalam Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, akan tetapi dilakukan dengan cara

12 menjadikan kredit macet tersebut sebagai penyertaan modal PT.PNM pada BPR. Hal mendasar yang membedakan adalah didalam penulisan hukum yang lama dengan penulisan hukum ini adalah letak piutang yang dijaminkan merupakan piutang pihak kedua terhadap pihak ketiga selain itu penulisan hukum yang lama membahas mengenai bentuk perjanjian kredit sindikasi yang dilakukan oleh pemberi fasilitas kredit dan upaya mitigasi risiko. Sendangkan penelitian hukum ini terkait mengenai perlindungan hukum bagi para pihak yang mengadakan perjanjian kredit dengan obyek jaminan fidusia berupa piutang. Disamping itu tempat dilaksanakannya penelitian juga berbeda, penelitian sebelumnya berlokasi di BPR dan PT.PNM yang ada di Padang, sedangkan penelitian ini berlokasi di Bank Pembangunan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 10 E. Manfaat Penelitian Penelitian yang Penulis lakukan memiliki beberapa kegunaan atau manfaat bagi berbagai pihak, yaitu: 1. Manfaat Teoritis a. Penulisan hukum ini dilaksanakan dengan harapan dapat 10 Ujang Iskandar, 2008, Piutang Sebagai Jaminan Pinjaman Bank Perkreditan Rakyat (BPR) kepada PT.Pemodalan Nasional Madani(Persero) Cabang Padang, Penulisan Hukum,Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.

13 memberikan kontribusi yang baik bagi ilmu pengetahuan sebagai bahan informasi dan pengetahuan di bidang Hukum Jaminan, khususnya yang berkaitan dengan pembebanan piutang sebagai objek Jaminan Fidusia dalam perjanjian kredit modal kerja dan akibat hukumnya. b. Diharapkan hasil penelitian dari penulisan hukum ini dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian yang sejenis dan memiliki keterkaitan 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis, diaharapkan hasil penulisan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan Penulis dalam bidang hukum perdata, khususnya terkait dengan hukum Jaminan di Indonesia b. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penulisan ini mampu memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pelaksanaan pembebanan piutang sebagai objek jaminan fidusia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia