BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada intinya memiliki keterkaitan dengan penelitian, yang selanjutnya akan

dokumen-dokumen yang mirip
PRAKTEK MEDIASI OLEH MEDIATOR NON HAKIM DI PENGADILAN AGAMA BLITAR DALAM PERKARA PERCERAIAN TAHUN 2014

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lain sebagainya. Dari pengertian diatas jika kita melihat di lapangan maka

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

BAB II PENJELASAN UMUM MEDIASI DAN MEDIATOR. Istilah mediasi cukup gencar dipopulerkan oleh para akademisi dan praktisi

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

BAB II KONSEP MEDIASI DAN MEDIATOR SERTA PENJELASAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2008 DAN 2016

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi akademik.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2016

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

Bahan Ajar Mata Kuliah PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

FUNGSI MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI DAN PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN. A. Latar Belakang Lahirnya Prosedur Mediasi di Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan selama ini. Keberadaan lembaga peradilan sebagai pelaksana

BAB IV EFEKTIVITAS MEDIASI PADA PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA BONDOWOSO 4 TAHUN SESUDAH BERLAKUNYA PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang menunjukan hal yang luar biasa. 1 Apabila sebagai contoh

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

BAB IV MEDIASI DALAM PERKARA CERAI GUGAT DIPENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya benturan-benturan

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016. TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh: Agung Akbar Lamsu 2

BAB IV ANALISIS TERHADAP IMPLEMENTASI MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

BAB V PENUTUP. Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan. 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI. Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS.

MEDIASI DALAM PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS. data register laporan perbulan yang di dapat dari Wakil Panitra Pengadilan

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. namun demikian keberadaan badan peradilan dalam menyelesaikan. sengketa di masyarakat terkadang dirasakan belum mampu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

EKSISTENSI DAN KEKUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh : Wiska W. R Rahantoknam 2

ABSTRAK HENDRY RAUF, NIM KONSEP HUKUM MEDIASI DAN PENERAPAN HAKIM TERHADAP PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI GORONTALO.

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

BAB II PERANAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMBAGIAN WARIS POLIGAMI

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

BAB IV ANALISIS KRITERIA HAKIM MEDIATOR DALAM UPAYA EFEKTIFISASI MEDIASI PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KAJEN

BAB V PENUTUP. 1. Prosedur mediasi di Pengadilan Agama Rantau sudah dilakukan sesuai

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Implementasi PERMA No.1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi

BAB I PENDAHULAN. seseorang adalah hal penting yang kadang lebih utama dalam proses

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. perselisihan antar warga cara penyelesaiannya melalui perdamaian lewat

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

Oleh Helios Tri Buana

BAB IV ANALISIS PERAN MEDIATOR DI PENGADILAN AGAMA KENDAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN KARENA SYIQAQ

BAB I PENDAHULUAN. kekal yang di jalankan berdasarkan tuntutan agama. 1. berbeda. Pernikahan juga menuntut adanya penyesuaian antara dua keluarga.

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI. mediator atau orang yang menjadi penengah. 19

EFEKTIFITAS MEDIASI PADA KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SINJAI

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

BAB I PENDAHULUAN. atau di dengar dalam kehidupan sehari-hari. Konflik atau sengketa bisa

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017. penyunan dan penandatanganan akta kesepakatan. Kata kunci: Penyelesaian sengketa, perbankan, mediasi

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN

PERANAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMBAGIAN WARIS POLIGAMI (STUDI AKTA PERDAMAIAN NOTARIS MEDIATOR NOMOR 40 TANGGAL 23 JUNI 2011)

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H.

MEDIASI DALAM PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 Abdul Halim Talli *

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis

BAB III IMPLEMENTASI PERMA NO.1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DALAM PERKARA PERCERAIAN (STUDI DI PENGADILAN AGAMA KOTA SEMARANG)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mediasi, yang memainkan peran utama adalah pihak-pihak yang bertikai.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perselisihan Hubungan Industrial. Kepentingan, Perselisihan Pemutuan Hubungan Kerja (PHK), dan Perselisihan

MEDIASI SEBAGAI WADAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERCERAIAN


Business Law PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE) ANDRI HELMI M, SE., MM 1

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat adat yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini terlihat dari

Moh Jamin, SH,MH Fakultas Hukum UNS

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan penelitipeneliti sebelumnya, baik dalam bentuk buku maupun yang masih berbentuk skripsi atau tesis dan belum diterbitkan, baik metode ataupun substansinya yang pada intinya memiliki keterkaitan dengan penelitian, yang selanjutnya akan peneliti bedakan fokus penelitian ini dengan peneliti sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari duplikasi atau copy paste data dari penelitian terdahulu. Jenis-jenis penelitian terdahulu yang peneliti cantumkan sebagai berikut: 1. Skripsi, Fanny Dwi Lestari, Efektifitas Mediator dalam Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan Negeri, 14 (Study di Pengadilan 14 Fanny Dwi Lestari, Efektifitas Mediator dalam Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan Negeri, Study di Pengadilan Agama medan), Skripsi, (Sumatra Utara: Fakultas Hukum, Universitas Sumatra Utara Medan, 2013) abstrak 13

14 Agama medan) Fakultas Hukum Universitas Hukum Universitas Sumatra Utara Medan 2013, pada penelitian ini Fanny lebih melakukan penelitian dengan menggunakan yuridis-normatif dan pada penelitian ini yang menjadi fokus objek penelitian adalah mediator hakim. Pada penelitian ini Fenny menyimpulkan tentang efektifitas mediasi dengan menerapkan PERMA No.1 tahun 2008. Penelitian ini menjelaskan tentang tidak efektifitasnya mediasi dalam penyelesaian sengketa, penelitian diatas sangatlah jelas perbedaanya dengan penelitian yang dilakukan di Pengadilan Agama Blitar. Pada penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada mediator non hakim dan menggunakan metode penelitian empiris, dengan menggunakan analisa prosedur mediasi di Pengadilan Agama sesuai dengan PERMA No. 1 Tahun 2008. 2. Skripsi, Mutiah Sari Mustakim, 15 Efektifitas Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Perceraian di Pengadilan Agama Maros Universitas Hasanuddin makasar, 2014.Pada penelitain Mutiah Sari Mustakim lebih menekankan pada upaya Pengadilan Agama dalam mengefektifitaskan mediasi dalam perkara perceraian sehingga dapat mengurangi angka perceraian, serta faktor penghambat dan pendukung keberhasilan mediasi. 15 Mutiah Sari Mustakim, Efektifitas Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Perceraian di Pengadilan Agama Maros, Skripsi, (Makasar, Universitas Hasanuddin makasar, 2014). h 88-90

15 Penelitian yang dilakukan peneliti berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penelitian saat ini peneliti lebih memfokuskan pada kinerja mediator non hakim dalam melaksanakan mediasi di pengadilan Agama Blitar, dan peneliti menganalisa menggunakan PERMA No. 1 Tahun 2008, apakah memiliki kesesuaian antara teori dengan Praktek. 3. Skripsi, Megawati Kartika Intan Permatasari, Implementasi Peran Mediator dalam Mendorong Keberhasilan Mediasi di Pengadilan, universitas Katolik Soegijapranata Semarang 2013. 16 Pada penelitian ini intan membahas tentang peran mediator hakim yang mendorong keberhasilan dalam melaksanakan mediasi. hak diatas tentulah berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Pengadilan Agama Blitar, yang di dalamnya peneliti memfokuskan pada objek penelitian yaitu mediator non hakim, dan meneliti cara kinerja mereka dalam melaksanakan mediasi. dengan menggunakan teori prosedur mediasi yang ada dalam PERMA No.1 Tahun 2008, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 4. Skripsi, Abdul Ghofur, 17 Problem yang Dihadapi Hakim Mediator dalam Mediasi Perceraian Suami Istri di Pengadilan Agama Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. 16 Megawati Kartika Intan Permatasari, Implementasi Peran Mediator dalam Mendorong Keberhasilan Mediasi di Pengadilan, Skripsi, (Semarang, universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 2013) Abstrak. 17 Abdul Ghofur, Problem yang Dihadapi Hakim Mediator dalam Mediasi Perceraian Suami Istri di Pengadilan Agama Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010). h 75-77

16 Pada penelitian ini Abdul Ghofur telah memfokuskan pada pembahasan kendala atau problem yang dihadapi oleh mediator hakim dengan menggunakan data perkara masuk di Pengadilan Agama Yogyakarta serta menggunakan analisa sosiologis, namun penelitian diatas memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan di Pengadilan Agama Blitar. Dari empat penelitian terdahulu terlihat jelas perbedaanya dengan penelitian yang peneliti lakukan di Pengadilan Agama Blitar. Pada penelitian terdahulu yang dijadikan objek penelitian adalah mediator hakim baik peran dan rintangan yang dihadapi dalam melakukan mediasi. Sedangkan pada kesimpulan penelitian ini lebih fokus memberikan gambaran tentang praktek mediasi oleh mediator non hakim di Pengadilan Agama Blitar, dalam meminimalisir angka perceraian, dan menjelaskan faktor mediasi dikatakan gagal dan berhasil dalam Pengadilan Agama. B. KERANGKA TEORI 1. Pengertian Mediasi. Berbicara tentang pengertian mediasi jika kita pandang dengan menggunakan kacamata hukum maka pengertian mediasi selalu menimbulkan perbedaan pendapat khususnya para praktisi hukum dan sarjanawan hukum, baik hukum positif maupun hukum islam yang

17 masing-masing memberikan pengertian sesuai sudut pandangnya, 18 berikut beberapa pengertian tentang mediasi dari beberapa pakar: a. Muhammad saifullah 19 mediasi adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa inggris mediation yang memiliki arti penyelesaian sengketa dengan cara menengahi, sehingga dapat memberikan kesimpulan (win win solution)sama-sama menguntungkan para pihak. b. Menurut Takdir Rahmadi 20 mediasi adalah sebuah langkah yang dambil seseorang untuk menyelesaikan perselisihan antara dua orang atau lebih dengan jalan perundingan sehingga menghasilkan sebuah perdamaian. c. Begitu juga dengan pendapat Folberg dan A.Taylor 21 yang dikutip dari buku Mahkamah Agung 2005 mengatakan the process by which the participants, together with assistance of a neutral person, systematically isolate disputed issues in order to develop options, consider alternatives, and rech a consensual settlement that mil accommodate their needs. d. Dalam PERMA no 1 tahun 2008 pasal 1 angka (7) menjelaskan tantang mediasi, mediasi adalah cara penyelesaian sengketa 18 Amriani nurnaningsih,mediasi alternative penyelesaian sengketa perdata di pengadilan.(jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2012),cet 2 h 60. 19 Saifullah Muhammad,mediasi dalam injauan hukum islam dan hukum positif di Indonesia,(Semarang: Walisongo Press, 2009), cet 1, h 75. 20 Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), h. 12-13. 21 Mahkamah Agung, mediasi dan perdamaian, (Jakarta, 2005) h 149

18 melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. 22 e. Dalam pasal 1851 KUH Perdata yang dimaksud dengan perdamaian atau mediasi adalah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak menyerahkan, menjanjikan maupun menahan suatu barang untuk mengakhiri suatu perkara yang sedang dihadapi atau mencegah timbulnya sebuah perkara. 23 Dari ke lima pengertian diatas intinya memiliki pengertian yang sama tentang mediasi yakni proses penyelesaian segketa dengan mendatangkan seseorang sebagai mediator atau penengah yang netral (tidak memihak pada salah satu pihak), serta melakukan proses tawar-menawar untuk menemukan sebuah soslusi sehingga di akhir perundingan para pihak tidak ada yang merasa dirugikan (win-win solution), dan peneliti lebih cenderung sependapat dengan Muhammad saifullah. 2. Landasan Hukum dalam Mediasi. Landasan Hukum mediasi yang dijadikan pedoman oleh mediator dalam melaksanakan tugasnya di Pengadilan Agama adalah 24 a. HIR Pasal 130 dan Rbg Pasal 154 telah mengatur lembaga perdamaian. Hakim wajib terlebih dahulu mendamaikan para pihak yang berperkara sebelum perkaranya diperiksa. 22 Amriani nurnaningsih,mediasi alternative penyelesaian sengketa perdata di pengadilan.(jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2012),cet 2 h 59. 23 Subekti-Tjitro Sudibyo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pratnya Paramita, 1992), h 414 24 Abdul Kadir Muhammad, hukum acara perdata Indonesia, cet 3 (Bandung: Alumni 1996), h165

19 b. SEMA No. 1 tahun 2002 tentang pemberdayaan lembaga perdamaian dalam Pasal 130 HIR/154 Rbg. c. PERMA Nomor 2 tahun 2003 tentang prosedur mediasi di Pengadilan. d. PERMA Nomor 1 tahun 2008 tentang prosedur mediasi di Pengadilan. e. Mediasi atau APS di luar Pengadilan diatur dalam Pasal 6 UU Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. f. Pasal 3 ayat 1 UU No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman. g. Surat PTA Surabaya No. W 13-A/3185.HK.05/X/2011Tgl.17 Oktober 2011 jo Surat PTA Surabaya Nomor W 13- A/3804/OT.01.3/X/2012 Tgl 4 oktober 2012 3. Tujuan mediasi. 25 a. Tercapainya penyelesaian sengketa dengan hasil yang disepakati bersama sehingga para pihak tidak menempuh upaya banding dan kasasi dalam berperkara yang menimpa mereka. b. Penyelesaian perkara lebih cepat dan biaya murah. c. Hubungan baik para pihak yang bersengketa tetap dapat di jaga. d. Lebih tinggi kemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan. e. Mengurangi kemacetan dan pengurangan perkara di Pengadilan. 25 Khaeril, Prosedur mediasi di Pengadilan Agama, power point, disajikan dalam oelatihan mediasi, tanggal 15-17 mei, (Hotel Purnama, Batu, Malang, 2013), h 2

20 f. Memperlancar jalur keadilan di masyarakat. 4. Manfaat Mediasi. 26 Dalam mediasi diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi para pihak, keuntungan tersebut diantaranya: a. Mediasi dihaarpkan dapat menyelesaikan perkara dengan cepat dan murah dibandingkan dengan membawa perkara kepengadilan atau kelembaga Arbitase. b. Mediasi tidak hanya terpaku pada hak-hak hukumnya tetapi juga memfokuskan pada psikologi para pihak. c. Mediasi memberikan kesempatan para pihak dalam berpartisipasi menyelesaikan sengketa mereka. d. Mediasi dapat memberikan control dalam proses maupun hasil mediasi. e. Mediasi dapat mengubah hasil sedangkan arbitase sulit untuk mengubah hasil. f. Mediasi memberikan hasil yang tahan uji sehingga saling menciptakan pengertian yang lebih baik diantara para pihak yang bersengketa. g. Mediasi dapat menghilangkan konflik, daripada lembaga pengadilan dan lembaga arbitase yang seolah-oleh bentuk putusanya adalah memaksa. 26 SyahrizalAbbas, mediasi dalam hukum syariah, hukum adat, dan hukum nasional, (Jakarta: Kencana, 2011) cet 2 h 25

21 5. Model-Model Mediasi. Lawrence boulle adalah seorang professor dalam ahli hukum serta Directur Dispute Resolution centre-bond Univercity dalam bukunya Syahrizal Abbas telah membagi model mediasi menjadi empat model mediasi diantaranya: 27 a. Settlement mediation dikenal sebagai mediasi kompromi yang memiliki tujuan utamanya adalah mewujudkan terjadinya kompromi diantara tuntutan kedua belah pihak yang sedang bertikai. b. Facilitative mediation disebut juga sebagai mediasi yang berbasis kepentingan (interest-based) dan problem solving yang bertujuan untuk menghindarkan para pihak yang bersengketa dari posisi mereka dan menegosiasikan kebutuhan, kepentingan para pihak dari hak-hak legal mereka secara kaku. c. Transformative mediation disebut juga sebagai mediasi terapi rekonsiliasi, pada model ini lebih ditekankan untuk mencari penyebab yang mendasari munculnya permasalahan diantara kedua belah pihak yang bersengketa dengan pertimbangan untuk meningkatkan hubungan diantara mereka melalui pengakuan dan pemberdayaan sebagai dasar resolusi konflik dari pertikaian yang ada. 27 Syahrizal Abbas, mediasi dalam hukum syariah, hukum adat, dan hukum nasional, (Jakarta: Kencana, 2011) cet 2 h 68

22 d. Evaluasi mediation dikenal sebagai mediasi normatif yang memiliki tujuan untuk mencari kesepakatan berdasarkan hak-hak legal dari para pihak yang bersengketa dalam wilayah yang diantisipasi oleh pengadilan. 6. Prosedur dan Tahapan Mediasi. 28 a. Tahap pendahuluan. Dibutuhkan suatu proses pemahaman yang cukup sebelum melakukan proses mediasi, konsultasi dengan para pihak, identitas aturan tempat duduk para pihak dll. b. Sambutan mediator. Menerangkan urutan kejadian, meyakinkan para pihak yang masih ragu, menyusun aturan dasar dan melaksanakan tahapan, menjelaskan para pihaklah yang berhak mengambil keputusan. c. Presentasi para pihak. Para pihak berhak dan diberi kesempatan untuk menjelaskan rututan kejadian secara bergantian, tujuan presentasi ini adalah untuk memberikan kesempatan para pihak untuk mendengarkan sejak dini, dan juga memberi kesempatan setiap pihak mendengarkan permasalahan dari pihak lain secara langsung. d. Identifikasi hal yang disepakati. Mengidentifikasi masalah yang sudah disepakati 28 Abbas Syahrizal, mediasi dalam hukum syariah, hukum adat, dan hukum nasional, (Jakarta: Kencana, 2011) cet 2 h 26

23 e. Mendefinisikan dan mengurutkan masalah. Mediator membuat sekema permasalahan yang sedang berkembang saat ini f. Negosiasi dan Pembuatan Keputusan. Pada kesempatan ini mediator akan mengajukan pertanyaan kepada para pihak/wakilnya serta mengatur arah pembicaraan. g. Pertemuan terpisah. Hal ini perlu dilakukan jika kedua belah pihak yang sedang berperkara tidak bisa di ajak kerja sama dalam artian saat kondisi ricuh penuh emosi. h. Pembuatan keputusan akhir. Dalam kondisi ini dimaksudkan untuk mediator memperhatikan bahwa semua masalah telah di bahas dan diharapkan para pihak dapat puas dengan keputusan akhir. i. Mencatat keputusan. Yang dicatat dan ditanda tangani para pihak adalah pokok-pokok hasil mediasi. Dan pada umumnya putusan dituangkan dalam tulisan. j. Kata penutup. Mediator menutup proses mediasi dengan bahasa formal Mediator. 7. Syarat Mediasi Dikatakan Gagal oleh Mediator. 29 Dalam PERMA no 1 tahun 2008 pasal 14 menyatakan: 29 Mahkamah Agung, mediasi dan perdamaian,(jakarta, 2005) h 09

24 a. mediator berkewajiban menyatakan mediasi telah gagal jika salah satu pihak atau para pihak atau kuasa hukumnya telah dua kali berturut-turut tidak menghadiri pertemuan mediasi sesuai jadwal pertemuan mediasi yang telah disepakati atau telah dua kali berturut turut tidak menghadiri pertemuan mediasi tanpa alasan setelah dipanggil secara patut. b. Jika setelah proses mediasi berjalan, mediator memahami bahwa dalam sengketa yang sedang dimediasi melibatkan aset atau harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata berkaitan dengan pihak lain yang tidak disebutkan dalam surat gugatan sehingga pihak lain yang berkepentingan tidak dapat menjadi salah satu pihak dalam proses mediasi. Mediator dapat menyampaikan kepada para pihak dan hakim pemeriksa bahwa perkara yang bersangkutan tidak layak untuk dimediasi dengan alasan para pihak tidak lengkap, selain itu ada beberapa aspek yang menyebabkan suatu perkara gagal mencapai kesepakatan dalam meja mediasi diantaranya : 1) Aspek perkara yang tidak layak untuk dimediasi, terkadang apa yang dipermasalahkan di meja mediasi perkara yang tidak tertera dalam Salinan posita. 2) Asperk mediator yang kurang memahami dan kurang jeli dalam mencari celah jalan keluar dari perkara tersebut.

25 3) Aspek pihak yang berperkara dengan maksud para pihak yang berperkara sudah sepakat untuk bercerai atau mengakhiri sebuah perkawinan, sehingga sebuah perceraian dimata para pihak bukanlah hal yang tabu (bukan aib). 4) Aspek advokad dari advokad atau pengacara yang tidak memberikan pengertian dan maksud diadakanya sebuah mediasi sehingga mayoritas para pihak yang berperkara menganggap bahwa mediasi merupakan sebuah formalitas. 5) Aspek tempat mediasi kebanyakan dari Pengadilan Agama di Indonesia tidak memiliki fasilitas mediasi yang memadai sehingga membuat para pihak semakin panas baik psikis maupun cuaca di ruang mediasi. Gary Goodpaster, 30 mengatakan Mediasi akan berhasil atau berfungsi dengan baik bilamana: a) Para pihak memiliki kekuatan tawar-menawar yang sebanding. b) Para pihak menaruh perhatian terhadap hubungan dimasa depan. c) Terdapat persoalan yang memungkinkan terjadi sebuah pertukaran. d) Terdapat urgensi atau batas waktu untuk menyelesaikanya. e) Para pihak tidak memiliki permusuhan yang berlangsung lama dan mendalam. 30 Gary goodpaster, tinjauan terhadap penyelesaian sengketa, dalam seri dasar-dasar hukum ekonomi 2: arbitase di Indonesia, ghalia indonesia, Jakarta, 1995, h 17

26 f) Apabila para pihak memiliki pendukung atau pengikut, dan tidak memiliki pengharapan yang besar tetapi dapat dikendalkan. g) Mempertahankan suatu hak tidaklah penting dibandingkan menyelesaikan persoalan yang mendesak. h) Jika para pihak berada dalam proses litigasi, kepentingankepentingan pelaku lainya, seperti para pengacara dan penjamin tidak akan diperlakukan dengan baik dibandingkan dengan mediasi. 8. Jangka Waktu Mediasi. Jangka waktu mediasi memiliki batas waktu yang telah ditentukan diantaranya sebagai berikut a. Proses mediasi berlangsung selama 40 (empat puluh) hari, kerja sejak mediator dipilih oleh para pihak atau mediator yang ditunjuk oleh ketua majlishakim dan atas dasar kesepakatan para pihak. 31 b. Apabila masih kurang dalam waktu 40 (empat puluh) hari maka waktu mediasi dapat ditambah selama 14 (empat belas) hari kerja sejak berakhir masa 40 (empat puluh) hari. 32 c. Jangka waktu proses mediasi tidak termasuk jangka waktu pemeriksaan perkara. 33 31 Team Pengadilan Tinggi Agama Surabaya, PERMA NO. 01TAHUN 2008 tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN, power point, disampaikan pada pelatihan mediator hakim pengadilan agama sewilayah PTA Jawa Timur, tanggal 15-17 mei 2013 (Batu, Malang: hotel purnama). 32 Lihat Perma pasal 13 ayat 4 no. 1 tahun 2008

27 d. Jika diperlukan dan atas kesepakatan para pihak, mediasi dapat dilaksanakan secara sejak jauh dengan menggunakan alat komunikasi. 34 9. Biaya Mediasi. Biaya mediasi merupakan mediasi pemanggilan para pihak untuk menghadiri proses mediasi harus lebih dahulu dibebankan para pihak penggugat melalui panjar biaya perkara. Jika para pihak berhasil mencapai kesepakatan, biaya perkara ditanggung bersama atau sesuai kesepakatan. Apabila gagal biaya dibebankan kepada yang kalah, 35 namun pada umumnya pihak penggugat yang membayar biaya perkara sebesar Rp.60,000,00. 10. Pengertian Mediator. Mediator adalah seseorang atau tim ahli yang membantu dalam menangani masalah melalui proses perundingan yang dihadiri para pihak, 36 mediator adalah seorang yang menjadi fasilitator yang menjadi penengah dalam masalah sengketa, Mediator merupakan seorang atau tim ahli yang merupaka sebuah profesi yang berat, ia harus mampu bersikap bijak, netral dan tidak memihak dalam satu pihak yang bersengketa. 37 33 Lihat Perma pasal 13 ayat 5 no. 1 tahun 2008 34 PERMA No.1Ttahun 2008, pasal 13 ayat 6 35 Lihat Perma pasal 03 no. 1 tahun 2008 36 Saifullah Muhammad,mediasi dalam injauan hukum islam dan hukum positif di Indonesia,(Semarang: Walisongo Press, 2009), cet 1,h 76. 37 Rachmadi usman, pilihan penyelesaian sengketa di luar pengadilan,(bandung,: PT.Citra Additia Bakti, 2003) h 34-35.

28 Mediator adalah seseorang atau pihak ketiga yang memiliki tugas untuk menjembatani pertemuan para pihak melakukan dan mengontrol proses negosiasi untuk mencapai penyelesain yang diharapkan. Dalam pasal 1 ayat 6 PERMA no 1 tahun 2008 menyakatan bahwa mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak yang bersengketa dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. 11. Macam-Macam Mediator. Meditor pada umumnya terbagi atas dua bagian diantaranya: a. Mediator non hakim adalah sebutan bagi seorang mediator yang dari luar yang tidak memiliki jabatan sebagai seorang hakim ataupun pegawai pengadilan yang telah memiliki sertifikat mediasi dan telah terdaftar dalam nama-nama mediator di Pengadilan tinggi Agama Surabaya, serta telah mengikuti kegiatan seminar/pelatihan mediasi yang dilakukan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia sedikitnya dua kali. b. Mediator hakim adalah mediator yang merangkap menjadi hakim dan telah memiliki sertifikat mediasi dari Mahkamah Agung Republik Indonesia, hal ini terjadi apabila di Pengadilan Agama tersebut tidak memiliki mediator non hakim yang bersertifikat dan semua hakim bisa dimasukkan dalam daftar mediator.

29 12. Syarat-syarat menjadi mediator. Syarat-syarat menjadi mediator berupa kemampuan personal, antara lain: a. Kemampuan mediator dalam membangun kepercayaan dengan para pihak. b. Kemampuan mediator dalam menunjukan sikap empati c. Tidak menghakimi dan memberikan reaksi positif terhadap sejumlah pernyataan yang disampaikan para pihak selama proses mediasi berlangsing d. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik,jelas, teratur serta mudah difahami oleh para pihak e. Kemampuan menjalin hubungan antar personal f. Disetujui oleh kedua belah pihak, g. Tidak memiliki hubungan sedarah atau semenda sampai dengan derajat kedua atau salah satu pihak h. Tidak memiliki hubungan kerja dari salah satu pihak yang bersengketa. i. Tidak memiliki kepentingan finansial atau kepentingan lain terhadap kesepakatan para pihak. 13. fungsi dan peran Pokok Mediator. Seorang mediator pastilah memiliki peran dan fungsi khusus untuk menyelesaikan sebuah sengketa, fungsi dan peran mediator selalu memiliki perbedaan dimata para pakar hukum namun pada

30 kenyataanya hakikat dari fungsi dan peran tersebut adalah sama, fungsi dan peran seorang mediator, menurut fuller dalam Riskin, Westbrook, dan Suyud M sebagai berikut: a. Sebagai katalisator mengandung pengertian bahwa kedatangan mediator dalam proses perundingan mampu memberikan dan mendorong suasana yang konstruktif bagi diskusi. b. Sebagai pendidik berarti mediator berfungsi sebagai seseorang yang harus memahami aspirasi, prosedur kerja, dan kendala-kendala yang ada para pihak, oleh sebab itu mediator haruslah berusaha melibatkan diri dalam dinamika perbedaan antara para pihak. c. Sebagai penerjemah intinya seorang mediator harus mampu merumuskan dan usulan pihak satu kepadapihak lainya dengan melalui ungkapan dan bahasa yang baik tanpa mengurangi sasaran yang dicapai oleh pengusul. d. Sebagai nara sumber intinya seorang mediator haruslah berusaha untuk menggunakan sumber-sumber informasi yang tersedia seperti buku, kitab kuning, as-sunah, al-qur an. e. Sebagai penyandang berita jelek berarti seorang mediator harus memahami bahwa pihak yang bersengketa dalam proses perundingan dapat mengelami emosional, sehingga diharapkan seorang mediator untuk melakukan pertemuan secara terpisah guna menampung usulan ataupun uneg-uneg dari para pihak.

31 f. Sebagai agen realitas berarti seorang mediator haruslah member pengertian secara jelas kepada salah satu pihak bahwa sasaranya tidak masuk akal tercapai dalam proses perundingan. g. Sebagai kambing hitam dengan maksud seorang mediator haruslah siap disalahkan oleh para pihak yang bersengketa, misalnya dalam hal membuat tawaran ataupun kesepakatan hasil perundingan. Selain itu fungsi mediator menurut Christoper W More, 38 mediator memainkan fungsi penting dalam menentukan pihihan penyelesaian sengketa diantaranya : a. Menjadi penguji kenyataan. b. Memeriksa apakah pemecahan masalah benar-benar memenuhi kebutuhan. c. Membantu para pihak untuk membendingkan pilihan dalam jangka pajang dan jangka pendek. d. Timbul keraguan apakah para pihak memiliki pilihan lain dari pilihan yang disajikan oleh mediator. e. Membantu para pihak dalam memilih dan memodifikasi pilihan yang diberikan moderator. f. Membantu para pihak melihat alternative terbaik dan terburuk yang paling memungkinkan dalam hal mediasi. g. Membantu para pihak mengidentifikasi keuntungan beserta kerugian dari solusi yang ditawarkan. 38 Christoper W More, mediasi lingkungan, (Jakarta: Indonesian center and CDRA,1995), hlm 41

32 Setelah kita mengetahui hal-hal yang menjadi fungsi mediator maka kita perlu juga mengetahui dari pada peran mediator, adapun peran kuat yang harus dimiliki seorang mediator adalah 1) Mempersiapkan dan notulasi perundingan. 2) Merumuskan dan mengartikulasikan kesepakatan para pihak. 3) Membantu para pihak agar menyadari bahwa yang namanya sengketa bukanlah sebuah pertarungan yang harus dimenangkan. 4) Membantu para pihak untuk menganalisis berbagai pilihan pemecahan masalah. Berbicara tentang peran mediator dalam praktek sering ditemukan sejumlah peran mediator yang sering muncul saat proses perundingan diantaranya: 1) Menumbuhkan dan mempertahankan kepercayaan di antara para pihak. 2) Menerangkan proses dan mendidik para pihak dalam hal komunikasi dan menguatkan suasana yang baik. 3) Membantu para pihak untu menghadapi situasi dan kenyataan yang sedang dihadapi. 4) Mengajar para pihak dalam proses tawar-menawar dalam pemecahan masalah. 5) Membantu para pihak mengumpulkan informasi penting, dan menciptakan pilihan-pilihan untuk memudahkan menyelesaikan problem.

33 14. Tipologi Mediator. 39 Moore dalam bukunnya Christopher mengatakan mediator dapat dibedakan menjadi tiga tipologi: social network,authoritative mediators, independent mediator. Tipologi pertama Mediator berperan dalam sebuah sengketa atas dasar adanya hubungan sosial antara mediator dengan para pihak yang bersengketa. Tipologi kedua mediator adalah mereka yang membantu para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan dan memiliki posisi yang kuat sehingga mereka mempunyai kapasitas untuk mempengaruhi hasil akhir dalam proses mediasi. Akan tetapi authoritative mediators selama menjalani peranya tidak menggunakan kewenangan atau pengaruhnya, hal ini disebabkan adanya keyakinan bahwa penyelesaian senngketa bukanlah para mediator tapi pada para pihak yang bersengketa. Tipologi ketiga (indepedent), mediaotor dapat menjaga jarak antara para pihakmaupun dengan persoalan yang telah dihadapi, mediator semacam ini lebih banyak ditemukan didalam masyarakat. Budaya yang mengajarkan tentang kemandirian maka nantinya akan melahirkan mediator-mediator yang professional. 39 Syahrizal Abbas, mediasi dalam hukum syariah, hukum adat, dan hukum nasional, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 74-76