1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan yang mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu wadah kegiatan yang berusaha untuk membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan yaitu membina mental, rasio, intelektual dan kepribadian dalam rangka manusia seutuhnya. Oleh karena itu pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif dari pemerintah, masyarakat maupun pengelola pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Supriyoko (dalam Mularsih 2010:65) Hasil survei The Political and Economic RiskConsultancy (PERC) menyimpulkan bahwa sistempendidikan di Indonesia berada pada peringkat terakhirdari 12 negara dan di bawah Vietnam yang menempatiperingkat 11. Bukti lain hasil studiinternational Institute for Management Developmentmenempatkan Indonesia pada peringkat paling rendahdari 49 negara dalam hal pencapaian CompetitivenessIndex (CI) yang merupakan salah satu indikator tentangrendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya. Peran lembaga pendidikan sangat menyokong berhasilnya suatu proses belajar mengajar dan membantu mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan
2 upaya dalam peningkatan kualitas pendidikan, salah satunya dengan meningkatkan kualitas guru khususnya guru pelajaran ekonomi. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar mengajar yang dituntut harus memiliki kemampuan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pengajaran di kelas. Guru memegang peranan penting dalam keberhasilan siswanya, walaupun perangkat telah tersedia dengan baik dan lengkap tetapi bila guru tidak berhasil dalam proses belajar maka siswa tidak bisa menerima pelajaran dengan baik pula. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Septriana & Handoyo (2006:47): Pada dasarnya semua guru menginginkan kompetensi tercapai pada setiap pembelajaran. Salah satu wujud kompetensi tersebut adalah keterampilan berpikir dan kerjasama siswa. Aktivitas berpikir dan kerjasama siswa dalam pembelajaran sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pembelajaran. Melalui keaktifan siswa dan kerjasama diharapkan hasil belajar siswa akan mengalami peningkatan. Namun kenyataannya dilapangan berbeda, kegiatan belajar yang seharusnya menarik, penuh aktivitas, kreatifitas dan ide-ide cemerlang tersebut tidak terlihat, kelas yang ada hanyalah kelas di mana guru yang aktif sedangkan siswa pasif. Atau dapat dikatakan proses pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru (teacher central). Hal tersebut berakibat buruk pada kurangnya kesempatan bagi siswa untuk mandiri dan berkembang melalui penemuan dan proses berpikirnya, sehingga siswa sering menjadi bosan, kurang dapat menyerap materi yang diberikan oleh guru, dan menganggap ekonomi merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan.
3 Berdasarkan hasil observasi penulis di SMA Negeri 1 Tiganderket menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas X tergolong masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari ulangan harian siswa yaitu berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah adalah 70, yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 1.1 Daftar Persentase nilai ulangan harian siswa kelas X Kelas Jumlah siswa Tuntas Persentase ketuntasan Tidak tuntas Persentase Ketidaktuntasan X A 35 orang 20 orang 57% 15 orang 43% X B 33 orang 15 orang 45,4% 18 orang 54,5% X C 30 orang 13 orang 43,3% 17 orang 46,6% X D 32 orang 13 orang 40,6% 19 orang 59,3% X E 30 Orang 10 orang 33,3% 20 orang 66,6% Berdasarkan hasil dari observasi yang penulis lakukan dan dari hasil ulangan di atas, menunjukkan bahwa di kelas X E : 1. Metode pembelajaran yang diterapkan kurang bervariasi, hanya menggunakan ceramah. Guru kurang bisa merancang belajar yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. 2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih kurang untuk membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan siswa, sehingga siswa hanya menghafalkan fakta-fakta dari buku. 3. Siswa kurang diarahkan dan dibawa untuk mengamati dan berinteraksi dengan objek serta lingkungan dunia nyata siswa. Akibatnya siswa kurang memperoleh kesempatan mengembangkan kemampuan untuk membangun pengetahuan melalui interaksi dengan objek dan lingkungan.
4 4. Jumlah siswa yang aktif dalam proses pembelajaran kurang optimal. Partisipasi siswa selama proses pembelajaran cenderung hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru, siswa sulit sekali untuk mengajukan pertanyaan dan pendapat bahkan cenderung diam. Akibatnya interaksi guru dan siswa hanya berlangsung satu arah sehingga suasana pembelajaran menjadi membosankan. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan perbaikan dalam pembelajaran agar proses belajar mengajar terlaksana dengan baik dan hasil belajar meningkat. Salah satu caranya adalah mengubah metode pembelajaran konvensional (ceramah, tanya jawab, dan tugas) dengan menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah Word Square dengan Talking Stick yang diharapkan mampu mencapai keberhasilan pembelajaran di sekolah dan dapat dijadikan sebagai alternatif guna meningkatkan aktivitas yang akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Dalam model pembelajaran Word Square ini siswa mampu menjawab pertanyan dengan teliti dan jeli dalam mencocokkan jawaban pada kotak- kotak jawaban. Jadi selain belajar dari guru, dengan model pembelajaran ini siswa juga mampu menumbuhkan kerja sama, berfikir kritis, teliti, dan bertanggungjawab untuk pembelajaran mereka sendiri.yang selanjutnya dikolaborasikan dengan Talking Stick yang melatih keberanian siswa untuk menjawab soal yang diberikan oleh guru dengan bantuan tongkat yang diiringi dengan musik slow. Seorang siswa yang mendapat tongkat wajib menjawab soal yang diberikan oleh guru begitu selanjutnya sampai semua siswa mendapat giliran.
5 Diharapkan dengan menerapkan kolaborasi Word Square dan Talking Stick diharapkan dapat menjadikan siswa lebih aktif serta membantu dan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran ekonomi. Karena ini sangat menekankan pada ketelitian dan keterampilan berfikir dalam menyelesaikan masalah, tanggung jawab masing-masing angota kelompok yang diacak pada saat menjawab dan adanya kegiatan mengarsisr jawaban dalam kotak Word Square yang bertujuan agar kegiatan belajar mengajar tidak membosankan. Sehingga menciptakan interaksi antar guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa lainnya. Berdasarakan uraian permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Penelitian ini adalah suatu strategi pemecahan masalah yang memanfatkan tindakan nyata serta pengembangan kemampuan dalam memecahkan masalah. Adapun judul penelitian ini adalah: Penerapan Kolaborasi Model Pembelajaran Word Square Dan Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Tiganderket Tahun Ajaran 2011/2012.
6 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas tersebut maka identifikasi masalahnya adalah: 1. Bagaimana cara meningkatkan aktivitas belajar Ekonomi siswa di kelas X semester genap SMA Negeri 1 Tiganderket dalam mengikuti proses belajar mengajar? 2. Bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar Ekonomi siswa di kelas X semester genap SMA Negeri 1 Tiganderket? 3. Bagaimana cara menerapkan kolaborasi model pembelajaran Word Square dan Talking Stick di kelas X semester genap SMA Negeri 1 Tiganderket? 4. Apakah dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Word Square dan Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ekonomi siswa di kelas X semester genap SMA N 1 Tiganderket? 1.3 Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan yang dibahas akan dibatasi agar tidak menyimpang dari maksud penelitian. Maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: penerapan kolaborasi model pembelajaran Word Square dan Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ekonomi siswa pada pokok bahasan Bank dan lembaga keuangan lainnya di kelas X semester genap SMA N 1 Tiganderket T.A. 2011/2012.
7 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Word Square dan Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar Ekonomi siswa di kelas X SMA Negeri 1 Tiganderket? 2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Word Square dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar Ekonomi siswa di kelas X SMA Negeri 1 Tiganderket? 1.5 Pemecahan Masalah Untuk pemecahan masalah di atas, penulis akan melakukan konsultasi kepada guru ekonomi untuk menerapkan kolaborasi model pembelajaran Word Square dan Talking Stick. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, penulis bertindak sebagai observer/pengamat, yakni mengamati permasalahan nyata yang timbul saat pembelajaran berlangsung, respon dan perilaku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung, keuntungan dan kelemahan yang terdapat pada penerapan model pada saat kegiatan pembelajaran, dan sebagainya. Word Square adalah pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran. Dalam penelitian ini model pembelajaran Word Square diterapkan secara berkelompok untuk melatih siswa aktif bekerjasama dengan anggota kelompoknya agar siswa yang mengalami kesulitan dapat berkomunikasi dengan teman yang
8 berkemampuan lebih agar mengetahui dan memahami soal soal yang ada pada LKS Word Square dan dapat menyelesaikan secara bersama-sama. Talking Stick adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran, dengan bantuan tongkat, bagi siswa yang mendapatkan tongkat tersebut wajib menjawab pertanyaan yang diberikan guru, demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan. Talking Stick merupakan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar, mampu berbicara dan berkomunikasi. Kolaborasi model pembelajaran Word Square dan Talking Stick merupakan penggabungan antara dua model pembelajaran kooperatif, dimana siswa secara aktif memberikan pengaruh dari peristiwa alami yang terjadi di kelas dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri, dimana siswa belajar dan berpikir kritis dalam memecahkan masalah bersama kelompoknya yang dapat mengembangkan sikap teliti, merangsang siswa untuk berpikir kritis, menciptakan interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa lainnya. Pelaksanaan kolaborasi kedua model ini adalah dimulai dengan guru menjelaskan tujuan pembelajaran,guru membagi kelompok dengananggota 4-5 orang dan setiap kelompok harus heterogen, guru menjelaskan materi pelajaran, kemudian guru membagikan soal untuk didiskusikan berdasarkan kelompok masing masing. Untuk menguatkan pengetahuan siswa, setelah diskusi selesai guru selanjutnya mengkolaborasikan dengan model pembelajaran Talking Stick
9 dimana guru menyediakan tongkat dan mengajukan pertanyaan kepada siswa, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan mengarsir jawaban pada lembar Word Square. Demikian seterusnya hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Penerapan kolaborasi model pembelajaran Word Squaredan Talking Stick ini diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar serta berpikir siswa, bekerja sama, memberikan gagasan maupun pendapat dalam kelompok untuk memahami materi pelajaran maupun menyelesaikan soal. Selain meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, melalui penerapan kolaborasi model pembelajaran ini, siswa akan lebih memahami bahan pelajaran yang diajarkan, karena siswa dituntut untuk dapat menjawab soal dengan benar sehingga dapat membantu siswa lebih memahami materi pelajaran dan hasil belajar ekonomi siswa juga dapat meningkat. Suasana pembelajaran yang berkesan, menyenangkan dan mencerdaskan siswa merupakan salah satu yang dapat tercipta melalui model pembelajaran kolaborasi Word Square dan Talking Stick. Dari uraian di atas maka pemecahan masalah dalam penelitian ini yaitu dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Word Square dan Talking Stick diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ekonomi siswa di kelas X semester genap SMA Negeri 1 Tiganderket.
10 1.6. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Word Square dan Talking Stickdi kelas X SMA Negeri 1 Tiganderket. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Word Square dan Talking Stickdi kelas X SMA Negeri 1 Tiganderket. 1.7. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai salah satu alternatif bagi pihak sekolah dan guru untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ekonomi melalui penerapan Word Square dan Talking Stick. b. Sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian yang sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model belajar Word Square dan Talking Stick. b. Bagi siswa terutama sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam belajar Ekonomi dengan sambil bermain, kreatif dan menyenangkan melalui kegiatan penyelidikan sesuai perkembangan berfikirnya.