RISK TREATMENT MANAJEMEN RISIKO. Disusun Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Proses Manajemen Risiko PENANGANAN RISIKO. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

COSO ERM (Enterprise Risk Management)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH

BAB II PENETAPAN KONTEKS

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Proses Manajemen Risiko EVALUASI RISIKO. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik

LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Analisis Keuangan dan Pasar Surat Utang Negara

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

2017, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga intermediasi yang menjalankan kegiatan

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara

SOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Evaluasi Pelaksanaan Transaksi

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III ANALISIS METODOLOGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

III KERANGKA PEMIKIRAN

Proses Manajemen Risiko INDENTIFIKASI RISIKO. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Keuangan dan Fiskal

NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Peraturan Surat Utang Negara dan Evaluasi Kinerja

Kebijakan Manajemen Risiko

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan lebih rinci lagi dituangkan

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Kinerja

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Uang dan Derivatif

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Proses Manajemen Risiko PENETAPAN KONTEKS. WITH YOU, WE BUILD PUBLIC TRUST Bersama Anda Membangun Kepercayaan Publik

2018, No Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Infrastruktur Transaksi Surat Utang Negara dan Derivatif

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Membangun Budaya Peduli Risiko

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Pengembangan Instrumen dan Basis Investor

BAB V PENUTUP. lainnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

KEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga

Catatan informasi klien

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kemendagri REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016

Transkripsi:

2014 RISK TREATMENT MANAJEMEN RISIKO Disusun Oleh: 1. Aditia (2) 2. Nararia Sanggrama Wijaya (17) 3. Novriandini ermaningrum (20) 4. Rikki Okto Saputra (23) 5. Sandy Pratomo (26)

A. RISK TREATMENT MENURUT ISO 31000 Penanganan resiko melibatkan pemilihan satu atau lebih pilihan untuk memodifikasi risiko, dan menerapkan pilihan tersebut. Setelah diimplementasikan, penanganan risiko menyediakan atau memodifikasi kontrol Penanganan resiko melibatkan proses siklus: 1) menilai penanganan risiko; 2) memutuskan apakah tingkat risiko residual dapat ditoleransi; 3) jika tidak dapat ditoleransi, menghasilkan penanganan resiko baru; dan 4) menilai efektivitas penanganan tersebut. Pilihan penanganan risiko tidak selalu saling eksklusif atau tepat dalam segala situasi. Pilihan dapat meliputi: 1) menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau melanjutkan dengan aktivitas yang menimbulkan risiko; 2) mengambil atau meningkatkan risiko untuk mengejar kesempatan/peluang; 3) menghilangkan sumber risiko; 4) mengubah kemungkinan; 5) mengubah konsekuensi; 6) berbagi risiko dengan pihak lain atau beberapa pihak (termasuk kontrak dan pembiayaan risiko); dan 7) mempertahankan risiko dengan keputusan yang diinformasikan. 1. Pemilihan Opsi Penanganan Risiko Memilih opsi penanganan resiko yang paling tepat melibatkan penyeimbangan biaya dan upaya implementasi terhadap manfaat yang diperoleh, yang berkaitan dengan hukum, peraturan, dan persyaratan lain seperti tanggung jawab sosial dan perlindungan lingkungan alam. Keputusan juga harus memperhitungkan risiko yang dapat menjamin penanganan resiko yang tidak dapat dibenarkan dengan alasan ekonomi, misalnyal risiko yang berat ( konsekuensi negatif yang tinggi) tapi jarang (kemungkinan rendah) terjadi. Sejumlah pilihan penanganan dapat dipertimbangkan dan diterapkan baik secara individual atau dalam kombinasi. Organisasi biasanya bisa mendapatkan keuntungan dari penerapan kombinasi pilihan penanganan tersebut. Ketika memilih opsi penanganan risiko, organisasi harus mempertimbangkan nilai-nilai dan persepsi pemangku kepentingan dan cara yang paling tepat untuk berkomunikasi dengan mereka. Dimana pilihan penanganan risiko dapat berdampak pada risiko di tempat lain dalam organisasi atau dengan para pemangku kepentingan, harus dilibatkan dalam keputusan. Meskipun sama-sama efektif, beberapa penanganan risiko dapat lebih diterima oleh beberapa stakeholder daripada yang lainnya. Rencana penanganan risiko harus secara jelas mengidentifikasi urutan prioritas di mana penanganan risiko individu harus diimplementasikan. Perlakuan resiko itu sendiri dapat menimbulkan risiko. Sebuah risiko yang signifikan dapat menjadi kegagalan atau ketidakefektifan tindakan penanganan risiko. Pemantauan perlu menjadi bagian integral dari rencana penanganan risiko untuk memberikan jaminan bahwa langkah-langkah penanganan tetap efektif.

Penanganan resiko juga dapat memperkenalkan risiko sekunder yang perlu dinilai, diatasi, dipantau dan dikaji. Risiko sekunder ini harus dimasukkan ke dalam rencana penanganan yang sama seperti risiko original/asli dan tidak diatasi sebagai risiko baru. Hubungan antara dua risiko tersebut harus diidentifikasi dan dipertahankan. 2. Menyiapkan Dan Mengimplementasikan Rencana Penanganan Resiko Tujuan dari rencana penanganan resiko adalah untuk mendokumentasikan bagaimana pilihan penanganan yang dipilih akan dilaksanakan. Informasi yang disediakan dalam rencana penanganan harus mencakup: a. alasan pemilihan opsi penanganan, termasuk manfaat yang diharapkan dapat diperoleh; b. pihak yang bertanggung jawab untuk menyetujui rencana tersebut dan pihak yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tersebut; c. tindakan yang diusulkan; d. kebutuhan sumber daya termasuk kontinjensi; e. ukuran kinerja dan kendala; f. pelaporan dan persyaratan pemantauan; dan g. waktu dan jadwal. Rencana penanganan harus diintegrasikan dengan proses manajemen organisasi dan didiskusikan dengan pemangku kepentingan yang berwenang. Pembuat keputusan dan pemangku kepentingan lainnya harus menyadari sifat dan tingkat risiko residual setelah penanganan resiko. Risiko residual harus didokumentasikan dan diawasi, direview dan, apabila dibutuhkan, dilakukan penanganan lebih lanjut. B. PENANGANAN RISIKO BERDASARKAN PMK 191/PK.09/2008 Proses penanganan risiko yang ada di dalam manajemen risiko di dalam lingkungan Kementerian keuangan di atur melalui PMK Nomor 191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan, dan di rinci melalui petunjuk teknisnya. Penanganan risiko menyangkut identifikasi opsi penanganan risiko, menilai opsi-opsi tersebut, dan persiapan dan implementasi rencana penanganan, sehingga risiko dengan level tertentu bisa memiliki level risiko yang sesuai dengan selera risiko (risk appetite) dari Unit Pemilik Risiko (UPR) yang bersangkutan. Tujuan Penanganan Risiko adalah untuk menentukan jenis penanganan yang efektif dan efisien untuk suatu risiko. Sedangkan di dalam petunjuk teknisnya, tujuan penanganan risiko adalah: a. Menentukan langkah penanganan yang efektif dan efisien terhadap risiko dengan level tertentu. b. Memilih opsi penanganan risiko yang mungkin untuk diterapkan dalam UPR yang bersangkutan. c. Memutuskan rencana penanganan risiko yang akan dilakukan dengan mendasarkan pada pertimbangan yang logis dan rasional. d. Menentukan target kinerja dari rencana penanganan risiko yang akan dijalankan untuk mengukur tingkat keberhasilan aksi penanganan risiko. e. Menentukan jadual waktu pelaksanaan aksi penanganan risiko. f. Menentukan tingkat risiko residual yang diharapkan, dengan mempertimbangkan efektifitas aksi penanganan risiko yang dijalankan.

Penanggung jawab dari penanganan risiko terbagi menurut masing-masing level risikonya, yaitu: a. Risiko dengan potensi level risiko tinggi : Risiko dan Pemilik Risiko b. Risiko dengan potensi level risiko sedang : Pemilik Risiko c. Risiko dengan potensi level risiko tinggi : Koordinator pada masing-masing UPR di bawah pemantauan pemilik risiko Dokumen sumber bagi tahap penanganan risiko ini adalah: a. Formulir 4: Risk Register C Proses Evaluasi Risiko; b. Balanced Score Card; c. Rencana Anggaran dan Biaya (RAB); d. Rencana Kerja Tahunan (RKT); e. Program Kerja Organisasi; f. Piagam Risiko. Tahapan pelaksanaan proses penanganan risiko adalah sebagai berikut: a. Menentukan jenis pilihan penanganan risiko berdasrakan pada pedoman atau prosedur yang berlaku dengan mengkaji terlebih dulu kelengkapan dan kesesuaian penerapannya. b. Jika tidak tersedia pedoman penanganan risiko, maka urutan pilihan penanganan risiko yang harus diambil adalah: 1) menghindari risiko yang ada secara sepenuhnya: menghindari atau menghilangkan ancaman sepenuhnya memiliki konsekuensi hilangnya peluang yang ada. 2) menurunkan frekuensi terjadinya risiko (langkah-langkah preventif) 3) menurunkan tingkat konsekuensi risiko yang terjadi (langkah-langkah reduksi) c. Penanganan risiko diarahkan pada penanganan akar permasalahan (root cause) dan bukan hanya gejala permasalahan. d. UPR perlu mengembangkan rencana kontingensi bila risiko yang telah dianalisis bersama ketua manajemen risiko adalah risiko level tinggi yang melampaui kemampuan unit Eselon I untuk menyerap konsekuensinya. e. Rencana kontingensi mencakup: 1) Langkah-langkah darurat termasuk langkah-langkah pendeteksian dan pembatasan dampak. Langkah-langkah darurat harus dilakukan dalam hitungan jam hingga beberapa hari. Rencana penanganan kondisi darurat/ kritis mencakup: a) Rencana terperinci strategi dan manajemen krisis b) Tim penanganan krisis langsung di bawah kordinasi Risiko c) Rencana media dan saluran komunikasi d) Dana penanganan krisis 2) Langkah-langkah pemulihan, termasuk di dalamnya tahap-tahap pemulihan yakni: a) Rencana pemulihan tahap pertama (continuity response) mencakup: Rencana dan strategi pemulihan Infrastruktur pemulihan Rencana media dan saluran komunikasi

Dana pemulihan tahap pertama b) Rencana pemulihan tahap kedua (recovery response) mencakup: Kegiatan pemulihan Pengembangan proses baru/peningkatan proses yang ada Kajian pasca insiden Dana pemulihan f. Rencana kontingensi ini mengharuskan para Pemilik Risiko dan Risiko merujuk pada praktik terbaik yang bersifat praktis dan tepat untuk kondisi unit Eselon I. Sementara itu, langkah-langkah yang disebutkan menurut PMK Nomor 191/PMK.09/2008 di atas, dijabarkan di dalam petunjuk teknis pelaksanaan menjadi metodologi kegiatan, yaitu sebagai berikut: a. Kegiatan rencana penanganan risiko dalam proses manajemen risiko dituangkan kedalam formulir 5 dari PMK 191 tahun 2008. b. Penyusunan rencana penanganan risiko harus mempertimbangkan sumber daya organisasi yang dimiliki oleh UPR, yang meliputi antara lain: dana, manusia, waktu dan sarana serta prasarana. c. Pemilihan opsi penanganan risiko harus mempertimbangkan level dimensi konsekuensi dan level dimensi frekuensi dari masing-masing risiko. d. Opsi penanganan risiko yang mungkin untuk diambil antara lain: 1) Menerima risiko, artinya terhadap kegiatan yang dilaksanakan yang didalamnya mengandung risiko, tidak dilakukan aksi penanganan terhadap risiko yang terkandung dalam kegiatan tersebut. 2) Menghindari risiko, artinya terhadap kegiatan yang mengandung risiko tidak jadi dilaksanakan sehingga organisasi terhindar dari risiko yang terkandung dalam kegiatan tersebut. 3) Menurunkan dampak atau konsekuensi risiko, artinya terhadap kegiatan yang dilaksanakan yang didalamnya terkandung suatu risiko, atas risiko tersebut diberikan rencana langkah aksi untuk menurunkan dampak negatif apabila risiko tersebut benar-benar terjadi di kemudian hari. Beberapa contoh penanganan berupa penurunan dampak adalah rencana kontinjensi, pengaturan kontrak, rencana pemulihan bencana, rencana pengendalian kecurangan, perencanaan protofolio, hubungan masyarakat, dan pemberian ganti rugi. 4) kemungkinan terjadinya risiko, artinya terhadap kegiatan yang dilaksanakan yang didalamnya terkandung suatu risiko, atas risiko tersebut diberikan rencana langkah aksi untuk menekan atau bahkan mungkin menghilangkan (apabila bisa) kemungkinan keterjadian atas risiko tersebut. Beberapa contoh penanganan penurunan kemungkinan terjadinya risiko adalah audit, peeliharaan, pemeliharaan kualitas, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan personil. 5) Mengalihkan atau membagi risiko, artinya terhadap kegiatan yang dilaksanakan yang didalamnya terkandung suatu risiko, atas risiko tersebut diberikan langkah aksi berupa membagi risiko tersebut kepada pihak lain untuk menurunkan tingkat risiko yang dihadapi oleh UPR. e. Penyusunan rencana penanganan risiko harus memperhatikan penyebab yang menjadi pemicu terjadinya suatu risiko.

f. Rencana penanganan risiko sedapat mungkin diarahkan untuk menghilangkan atau menekan penyebab dari risiko yang bersangkutan. g. Rencana penanganan risiko ditujukan bagi risiko dengan level risiko tinggi dan sedang, sementara itu untuk risiko dengan level rendah tidak dilakukan penanganan risiko, tetapi cukup dipantau saja. h. Rencana penanganan risiko sedapat mungkin diarahkan untuk mampu menekan risiko hingga risiko residualnya berada pada level yang lebih rendah atau berada pada level yang sesuai dengan selera risiko dari UPR. i. Rencana penanganan risiko harus diintegrasikan dengan proses penganggaran dalam UPR. j. Rencana penanganan risiko harus dijalankan dan dipantau pelaksanaannya untuk mengefektifkan proses mitigasi risiko. k. Proses pelaksanaan rencana penanganan risiko harus diawasi oleh penanggung jawab sesuai dengan jabatan dalam struktur manajemen risiko. Hasil atau output dari tahapan penanganan risiko adalah Laporan Penanganan Risiko yang mencakup: a. Hasil identifikasi berbagai opsi penanganan risiko; b. Penilaian atas opsi-opsi tersebut; dan c. Rencana penanganan, persiapan serta implementasinya. Contoh Formulir 5, Rencana Penanganan Risiko: C. RISK TREATMENT MENURUT AS/NZS 4360:2004 Penanganan Risiko ( Risk Treatment) melibatkan identifikasi atas berbagai pilihan/opsi untuk menangani risiko, menilai opsi tersebut, serta persiapan dan pelaksanaan rencana penanganan risiko. 1. Mengidentifikasi Pilihan Untuk Penanganan Risiko Dengan Hasil Positif Pilihan penanganan untuk risiko memiliki hasil positif (peluang ) yang tidak selalu saling bergantung atau tepat dalam segala situasi, termasuk : a. Secara aktif mencari peluang dengan memutuskan untuk memulai atau melanjutkan kegiatan yang memiliki kemungkinan untuk membuat atau mempertahankan peluang tersebut (di mana hal ini

dapat dilakukan). Mengejar peluang yang tidak perlu tanpa mempertimbangkan potensi terjadinya hasil negatif dapat membahayakan peluang lainnya serta mengakibatkan kerugian yang tidak perlu b. Mengubah kemungkinan peluang, untuk meningkatkan kemungkinan hasil yang menguntungkan. c. Mengubah konsekuensi, untuk meningkatkan tingkat keuntungan. d. Membagi peluang Hal ini melibatkan pihak lain atau pihak-pihak yang menanggung atau berbagi sebagian hasil positif dari risiko, biasanya dengan menyediakan kemampuan tambahan atau sumber daya yang meningkatkan kemungkinan peluang yang timbul atau tingkat keuntungan jika itu terjadi. Mekanisme termasuk penggunaan kontrak dan struktur organisasi seperti kemitraan, joint venture, royalti dan perjanjian farm-in. Berbagi hasil positif biasanya melibatkan pembagian beberapa biaya yang muncul untuk mendapatkan hasil tersebut. Perjanjian atas pembagian hasil sering memperkenalkan risiko baru, bahwa pihak-pihak lain mungkin tidak memberikan kemampuan yang diinginkan atau sumber daya secara efektif. e. Mempertahankan Peluang Residual. Setelah peluang diubah atau dibagi, kemungkinan ada peluang residual yang tersisa tanpa tindakan spesifik yang harus segera dilakukan. 2. Mengidentifikasi Pilihan Untuk Menangani Risiko Dengan Hasil Negatif Pilihan penanganan untuk risiko dengan hasil negatif pada prinsipnya adalah sama dengan konsep penanganan risiko dengan hasil positif, meskipun interpretasi dan implikasinya jelas berbeda. Pilihanpilihan tersebut termasuk: a. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai ataupun melanjutkan dengan kegiatan yang dapat menimbulkan risiko (di mana hal ini dapat dilakukan). Penghindaran risiko dapat terjadi secara tidak tepat jika individu atau organisasi memang tidak semestinya menghindari risiko. Menghindari risiko yang tidak pantas dapat meningkatkan signifikansi risiko lainnya atau dapat menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. b. Mengubah, untuk mengurangi kemungkinan hasil negatif. c. Mengubah konsekuensi, untuk mengurangi tingkat kerugian. Ini termasuk langkah langkah preevent seperti pengurangan persediaan atau alat pelindung dan respon post-event misalnya rencana kontinuitas. d. Membagi Risiko Hal ini melibatkan pihak lain atau pihak-pihak yang menanggung atau berbagi sebagian dari risiko, yang didasarkan pada persetujuan bersama. Mekanisme termasuk penggunaan kontrak, perjanjian asuransi dan struktur organisasi seperti kemitraan dan joint venture untuk penyebaran tanggung jawab dan kewajiban. Umumnya terdapat beberapa biaya atau manfaat financial yang terkait dengan pembagian risiko dengan organisasi lain, seperti pembayaran premi asuransi. Dimana risiko dibagi secara keseluruhan ataupun sebagian, organisasi yang mentransfer risiko telah memperoleh risiko baru, yaitu organisasi dimana risiko ditransfer tidak dapat mengelola risiko secara efektif. e. Mempertahankan risiko.

Setelah risiko diubah atau dibagi, akan ada risiko residual yang tersisa. Risiko juga dapat tersisa secara default, misalnya ketika ada kegagalan untuk mengidentifikasi atau membagi secara tepat atau sebaliknya menangani risiko. 3. Menilai Pilihan Penanganan Risiko Memilih pilihan yang paling tepat melibatkan keseimbangan antara biaya pelaksanaan setiap pilihan terhadap manfaat yang akan diperoleh dari pilihan itu. Secara umum, biaya pengelolaan risiko harus sepadan dengan manfaat yang diperoleh. Ketika membuat penilaian biaya dibandingkan manfaat, konteks harus diperhitungkan. Hal ini penting untuk mempertimbangkan semua biaya dan manfaat langsung maupun tidak langsung, apakah berwujud atau tidak berwujud, dan diukur dari segi keuangan atau lainnya. Sejumlah opsi dapat dipertimbangkan dan diterapkan baik secara individual atau dalam kombinasi. Analisis sensitivitas adalah salah satu cara untuk menguji efektivitas pilihan yang berbeda untuk menangani risiko. Organisasi dapat mengambil manfaat melalui penerapan kombinasi pilihan-pilihan tersebut. Contohnya adalah penggunaan efektif kontrak dan penanganan risiko tertentu yang didukung oleh jaminan dan pembiayaan risiko lainnya yang sesuai. Keputusan harus mempertimbangkan kebutuhan untuk mempertimbangkan dengan hati-hati resiko yang jarang terjadi namun merupakan risiko yang berat, yang mungkin memerlukan tindakan penanganan resiko yang tidak beralasan dalam lingkungan ekonomi yang ketat. Persyaratan tanggung jawab hukum dan sosial dapat mengesampingkan analisis biaya manfaat keuangan yang sederhana. Pilihan penanganan risiko harus mempertimbangkan nilai-nilai dan persepsi para pemangku kepentingan dan cara yang paling tepat untuk berkomunikasi dengan mereka. Jika anggaran untuk penanganan risiko dibatasi, rencana penanganan harus secara jelas mengidentifikasi urutan prioritas di mana penanganan risiko individu harus dilaksanakan. Hal ini penting untuk membandingkan seluruh biaya dengan tidak diambilnya tindakan terhadap penghematan anggaran. Penanganan risiko dapat dengan sendirinya memperkenalkan risiko baru yang perlu diidentifikasi, dinilai, diatasi dan dipantau. Jika, setelah penanganan, terdapat risiko residual, keputusan harus diambil mengenai apakah untuk mempertahankan risiko ini atau mengulangi proses penanganan risiko. 4. Menyiapkan Dan Melaksanakan Rencana Penanganan Tujuan rencana penanganan adalah untuk mendokumentasikan bagaimana opsi yang dipilih akan dilaksanakan. Rencana penaganan harus meliputi: tindakan yang diusulkan; kebutuhan sumber daya; tanggung jawab; waktu; ukuran kinerja; dan kebutuhan pelaporan dan pemantauan persyaratan. Rencana penanganan harus diintegrasikan dengan manajemen dan proses penganggaran dalam organisasi.

D. Contoh Risk Treatment pada Ditjen Pengelolaan Utang DEPARTEMEN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DIREKTORAT SURAT UTANG NEGARA Formulir 5.0 : Rencana Penanganan Risiko A. Analisis Opsi Rencana Penanganan Risiko No. Risiko (Berdasarkan Prioritas Risiko dari Daftar Risiko) Opsi penanganan yang mungkin Opsi yang dipilih Dasar pemilihan opsi penanganan 1 Peningkatan yield secara drastis Menurunkan dampak risiko 2 Pasar tidak menerima instrumen baru yang ditawarkan 3 Lelang buyback undersubscribed 4 Pemberian informasi atau akses terhadap informasi yang tidak merata kepada semua investor 2. Menerima risiko 5 Penambahan target pembiayaan defisit APBN dari (dengan sasaran pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal) 1. Menurunkan dampak risiko 2. Menerima risiko Menurunkan dampak risiko 6 Penambahan target pembiayaan defisit APBN (dengan sasaran Stabilitas pasar ) 1. Menurunkan dampak risiko 2. Menerima risiko Menurunkan dampak risiko 7 Penambahan target pembiayaan defisit APBN (dengan sasaran mengembangkan instrumen yang efektif) 1. Menurunkan dampak risiko 2. Menerima risiko Menurunkan dampak risiko 8 Ketidakjelasan prosedur pelaksanaan tugas Efektvitas, efisiensi dan ketepatan waktu 9 Kegagalan atau terganggunya pelaksanaan Lelang 10 Terjadi kesalahan dalam penetapan lelang/penjualan 11 12 Terjadi kegagalan pelaksanaan lelang buyback Terjadi kesalahan dalam penetapan lelang buyback

B. Rencana Penanganan Risiko No 1 2 3 4 Risiko (Berdasarkan Prioritas Risiko dari Daftar Risiko) Peningkatan yield secara drastis Pasar tidak menerima instrumen baru yang ditawarkan Lelang buyback undersubscribed Pemberian informasi atau akses terhadap informasi yang tidak merata kepada semua investor 5 Penambahan target pembiayaan Jika terjadi penambahan target baru: Nominal Sesuai Sedang Semester Menerbitkan tambahan baru penerbitan nominal gap II Tahun termasuk valas. yang baru Anggaran defisit APBN dari (dengan sasaran pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal) Perincian rencana penanganan risiko 1. Komunikasi intensif dengan para pelaku pasar untuk mengetahui sebabnya, serta mengkaji bersama langkah-langkah penanggulangan. 2. Pemerintah dapat terjun langsung bertransaksi langsung di pasar sekunder 1. Mengkaji ulang instrumen baru yang akan diterbitkan 2. Market Intelligent untuk mengetahui preferensi pasar 1. Sosialisasi Surat Utang Negara 2. Menetapkan seri yang tepat untuk di buyback 1. Menegakkan kepatuhan terhadap kode etik; 2. Monitoring dan pelatihan SDM untuk menambah pemahaman terhadap peraturan dan kode etik; 3. Meningkatkan kemampuan teknologi informasi dalam mengamankan data yang bersifat rahasia; 4. Melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait. Ukuran Kinerja Frekuensi incoming bid untuk instrumen baru 1. Frekuensi 2. Jumlah buyback frekuensi Target kinerja Sesuai kebutuhan Jumlah bid yang masuk atas instrumen yang baru Sesuai kebutuhan dan nominal buyback sesuai target sesuai kebutuhan Risiko residual yang diharapkan setelah penanganan Sedang Sedang Sedang rendah Jadual Implemen tasi Selama dibutuhkan Setiap tahun Anggaran 1. Setiap pelaksana an lelang buyback 2. Tahun 2010 selama dibutuhkan Penanggung jawab

No Risiko (Berdasarkan Prioritas Risiko dari Daftar Risiko) Perincian rencana penanganan risiko Ukuran Kinerja Target kinerja Risiko residual yang diharapkan setelah penanganan Jadual Implementasi Penanggung jawab 5 Penambahan target pembiayaan defisit APBN dari (dengan sasaran pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal) Jika terjadi penambahan target baru: Menerbitkan tambahan baru termasuk valas. Nominal penerbitan Sesuai nominal gap yang baru Sedang Semester II Tahun Anggaran 6 Penambahan target pembiayaan defisit APBN (dengan sasaran Stabilitas pasar ) 1. Jika terjadi penambahan target baru: Meninjau ulang target buyback. 2. Koordinasi dengan BI untuk tujuan stabilisasi pasar. Frekuensi dan nominal buyback Sesuai target buyback yang direvisi Sedang Semester II Tahun Anggaran 7 Penambahan target pembiayaan defisit APBN (dengan sasaran mengembangkan instrumen yang efektif) Jika terjadi penambahan target baru: Menerbitkan instrumen baru atau menerbitkan seri baru. Seri atau instrumen baru dan nominal penerbitan Sesuai nominal gap yang baru Sedang Semester II Tahun Anggaran 8 Ketidakjelasan prosedur pelaksanaan tugas 1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap berbagai kegiatan dalam SOP mengenai kesesuaiannya dengan business process yang ada, peraturan serta kebijakan dalam pelaksanaan tugas; 2. Koordinasi secara simultan dan berkesinambungan dengan para pihak terkait. 1. Frekuensi; 2. Frekuensi. 1. Sesuai rendah kebutuhan; 2. Sebanyak pelaksanaan penyusunan dan/atau perubahan SOP Selama dibutuhkan 9 Kegagalan atau terganggunya pelaksanaan Lelang 1. Koordinasi antara D, BI, dan PDs. 2. System backup dan System Recovery Jumlah backup data dan recovery system yang memadai Sebanyak rendah pelaksanaan lelang Selama dibutuhkan

E. Risk Treatment pada Adira Finance Berikut ini merupakan contoh sebagian risiko dan pengelolaannya oleh Adira Finance: Risk Event Action Risk Treatment 1. Risiko Kredit Konsumen tidak Reduce 1. Penerimaan mampu memenuhi Aplikasi Kredit kewajiban dalam yang selektif meluasi kredit 2. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada Lembaga Keuangan Non Bank 3. Analisis Portofolio dan sistem manajemen informasi 4. Pendelegasian wewenang persetujuan kredit 2. Risiko 1. Tidak Reduce 1. Pelaksanaan risk Operasional berfungsinya control self proses internal assessment 2. Kegagalan sistem 2. Pengelolaan kecurangan 3. Kesalahan manusia 3. Tinjauan terhadap kebijakan dan SOP secara rutin 4. Menetapkan Pedoman pengelolaan kelangsungan usaha 3. Risiko Pasar Kenaikan tingkat Mitigasi Penerapan bunga kredit pengelolaan tingkat bunga tetap secara

konsisten dengan menyesuaikan tingkat bunga kredit terhadap tingkat bunga pinjaman dan beban dana 4. Risiko Tidak mematuhi atau Mitigasi Membuat divisi Kepatuhan melaksanakan peraturan sekretaris perusahaan untuk perundang-undangan melakukan dan peraturan lain pengawasan yang berlaku 5. Risiko Hukum Adanya tuntutan Mitigasi Membuat divisi hukum hukum untuk melakukan pengelolaan risiko hukum 6. Risiko Reputasi Adanya publikasi Mitigasi Membentuk tim dan Risiko negatif khusus untuk strategis mendukung penanganan kasus Risiko yang dikelola adalah berdasarkan pada selera risiko Adira Finance. Pada tahap ini Adira Finance mengelola risiko dengan mempertimbangkan dampak, frekuensi, biaya dan manfaat.

DAFTAR REFERENSI 1. PMK Nomor 191/PMK.09/2008 2. ISO 31000 3. AS/NZS 4360:2004